𝖙𝖍𝖗𝖊𝖊

495 90 1
                                    

𝘽𝙚𝙧𝙟𝙖𝙡𝙖𝙣 dengan wajah datar, Keira pergi mencari Dwi yang memberi pengarahan ke calon undead. Mungkin baginya dia hanya sedang berjalan biasa, tapi untuk jin disana Keira sangat menakutkan dengan matanya yang berkilat merah.

Mendengus kasar setelah melihat lift yang sudah penuh Keira langsung memutar arahnya. Saat berbelok keujung lorong, sendiri ditengah sunyi. Tersenyum simpul mengingat ekspresi takut atasannya itu.

Lagi pula bagi Keira, kehilangan pekerjaan ini bukanlah sesuatu musibah. Dengan ini dia bisa dengan bebas menyelusuri alam fana bukan?

Yang sangat disayangkan adalah gaji yang diberikan oleh departemen D.E.A.D yang besar.

Tapi, bukan style-nya untuk mengemis pada atasannya itu. Terlepas dari perintah dan segala peraturan sangatlah menyenangkan bukan.

Pintu ruangan yang ditempati jin sakit mental - panggilan sayang untuk Dwi dari Keira - sudah ada didepan mata Keira.

Berdiri didepan pintu menunggu selesainya pengarahan Dwi didalam. "Lama." gumam Keira menatap bosan kearah pintu.

Tak berselang lama pintunya pun terbuka menanpakkan 10 calon undead berwajah masam, ada yang kesal dan takut.

'Pada kerasukan apa ni, suram semua mukanya' pikir Keira menatap calon undead yang juga menatapnya kearahnya bengong. Segerombolan undead yang hanya bengong didepannya tanpa berjalan menjauh. Menghalangi jalan.

"......"

"......"

Keira dibuat bingung jadinya, bukankah biasanya mereka akan berjalan tanpa memerdulikan hal lain? Mengerutkan dahinya sambil bertanya.

"Didalam masih ada Dwi kan?"

"......."

Menghelas nafas, berjalan menerobos rombongan undead kedalam ruangan. Setelah pintu ruangan tertutup, seorang pria berkulit sawo matang membuka pembicaraan.

"Ayo jalan." katanya langsung berjalan diikuti dengan yang lain. Andre Salim, namanya. Seorang mahasiswa pintar yang mati karena penyakit asmanya kambuh saat menyelamatkan perempuan idamannya di rumah yang penuh dengan api dan asap.

Lift berbentuk seperti kapsul itu kacanya menyajikan pandangan diluar gedung yang mereka tempati sekarang. 'Suasananya jadi tegang' pikir perempuan berambut ungu dengan raut muka yang lembut sambil menatap penghuni lift, Nirmala Wijaya.

"Mama... Papa... Aku mau pulang..."

hiks hiks

"Nangis terus! Berisik tau!"

"Memangnya dengan kamu nangis ada yang berubah hah!? Diam!"

Bentak 'Danny' pada 'Kayla' yang sedang menangis.



"Kalian punya dua pilihan.... Pergi dari sini lalu mati atau lakukan apa yang aku perintahkan dan dapatkan kesempatan hidup. Semuanya terserah kalian."

'Padahal dia kelihatan baik waktu diruang kesehatan' pikir Nirmala mengingat apa yang Dwi katakan pada mereka diruangan tadi.




Sedangkan ditempat Keira dan Dwi berada....

"Bukankah kau seharusnya bersikap lebih lembut, dokter Dwi?"

Ucap Keira dengan senyuman manis berjalan kearah Dwi yang bersiap-siap untuk keluar.

"Apa yang kau lakukan disini." delik Dwi jelas tidak senang dengan keberadaan Keira di sini.

"Berbahagia lah sedikit untukku Dwi."

𝐔𝐍𝐃𝐄𝐀𝐃 | 𝐁𝐅𝐃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang