BAB 1

2 0 0
                                    

Bab 1

Nizam PoV

"Mas aku hamil" Kata Siska. Sahabat dari istriku Chacha.

"Hah, kamu hamil Siska?" Tanyaku heran sekaligus bahagia.

"Iyaa Mas. Ini anak kita" Kata Siska sambil mengelus perutnya yang datar.

"Sayang.. I love you"

"I love you to Mas"

Aku bahagia sekali. Aku dan Chacha menikah selama enam tahun dan kami belum dikaruniai anak. Tapi dengan Siska aku langsung bisa punya anak.

Aku peluk erat Siska. Betapa bahagianya aku. Tapi bagaimana caranya aku memberi tahu Chacha?

Chacha adalah istriku yang amat aku cintai. Baik padaku dan keluargaku. Sayangnya dia belum hamil. Lambat laun membuat orang tuaku sering nyinyir padanya.

"Mas.." Panggil Siska lembut.

"Hmmm??" Saahutku.

"Aku akan menikah denganmu kan?" Tanya Siska.

"Iyaa. Tapi tunggu bayi ini lahir. Aku juga akan memberitahukan pada Chacha., tapi bagaimana caranya ya ? Bagaimana jika.. -"

Tak kuduga. Aku yang tengah mengelus perut Siska, datang seorang pria dan beberapa ajudannya mendobrag pintu.

"Ba*in*an kamu!!" Pria itu langsung memukul perutku. Sakit!!
Dan menampar Siska amat keras.

"Kamu!!! Beraninya selingkuh dengan dia ??? Siapa kamu hah!!" Bentak pria itu.

Reyhan. Reyhan adalah suami sahnya Siska. Tapi Siska sudah setahun ini tidak pernah disentuh oleh Reyhan. Mereka sering bertengkar.

Aku tak menjawab apapun. Aku hanya memikirkan bayiku di dalam kandungan Siska. Siska yang menangis ketakutan langsung kubawa ke mobil.

Beberapa bodyguard mencegahku. Tapi Reyhan mengode dengan kepalanya agar melepaskanku dan  membiarkan membawa Siska pergi denganku.

Masih dalam keadaan menangis. Tak ku pikirkan lagi tempat sembunyi Siska selain di rumah ku. Rumah yang kutempati dengan Chacha.

Sesampainya di rumah, Chacha membuka pintu dengan daster kaftannya dan paras cantiknya.

"Ya Allah Siska" Ucap Chacha langsung merangkul Siska ke dalam.
"Ada apa Siska?" Tanya Chacha panik.

"Reyhan Cha.. Reyhan melakukan kekerasan.. Aku dipikul" Ucap Chacha menangis masih takut.

"Yaudah minum dulu" Chacha langsung memberikan minuman pada Siska.
Dan setelahnya membawanya ke kamar untuk istirahat.

Setelah Siska tenang, barulah aku dan Chacha bicara berdua.

"Mas.. Kamu ketemu Siska di mana tadi? Kok bisa dia sampai begitu?" Tanya Chacha.

"Di jalan sayang. Tapi kamu jangan bilang siapapun kalau Siska di sini yaa. Nanti kalau dia bangun jangan tanya apa apa dulu" Ucapku bohong.

"Iya iya Mas. Yaudah. Kamu lanjut ngantor yah. Makasih udah nolongin Siska"

"Iyaa sayang"

Aku kembali ke kantor ku. Saat aku ke rumah Siska tadi adalah jam makan siangku. Aku selalu menyempatkan makan bersama Siska karena kami satu kantor. Dan hari ini Siska tidak masuk karena tidak enak badan, maka aku menjenguknya.

Mendapatkan kabar dia hamil membuatku bahagia. Tapi di sisi lain, aku adalah perebut istri orang.
Dan pengkhianat bagi Chacha istriku.

Chacha juga kebetulan hari ini ijin bekerja di rumah karena dia sakit. Tapi kami tidak sekantor. Chacha bekerja di sebuah kantor produksi kertas.

Dan aku bekerja di sebuah kantor produksi aneka makanan ringan. Milik orangtuaku.

Pukul 23.00

Sepulang dari kantor, aku mendapati Chacha sudah amat terlelap. Badannya sudah membaik dari pada semalam saat demam.
Sedangkan Siska belum tidur. Ku hampiri dia.

"Belum tidur sayang?" Tanyaku pada Siska.

"Gak bisa tidur Mas. Aku kangen kamu tau. Dede juga nii"

"Sabar yaa. Aku kan lagi gencar buat dede"

"Hmmm kamu so sweet Mas"

Dan malam itu, Siska sudah tenang. Aku bersamanya semalaman. Sebelum subuh, aku harus cepat cepat ke kamar Chacha. Beruntung dia masih lelap tidur. Jadi tidak tau jika semalaman aku bersama Siska.

Adzan subuh berkumandang. Chacha menggeliat dan duduk dalam keadaan mata terpejam.

"Maasss.. Emmmm" Suara Chacha khas bangun tidur. Memelukku kencang. Tentu aku membalasnya.

"Sholat dulu sayang" Ucapku sambil mengecup pipinya. Aku sangat mencintai istriku.

"Loh kok" Chacha mengundurkan pelukannya.
"Kamu udah mandi? Kamu wangi banget Mas"

"Ehh iyaa. Gak tau gerah aja ya mandi sayang"

"Oohh iyaa. Tumben ini hari libur kamu mandi pagi hmmm mau ajak aku jalan jalan pagi yaaa hmm??"

"Hehe boleh kalau mau"

"Mau Mas.. Kita ke taman aja yaa nanti"

"Iyaa sayang"

Untung aku berhasil mengelabuhi Chacha. Entah berapa lama lagi ini akan terbongkar. Aku tidak tau. Aku belum siap juga jika harus mengatakannya pada Chacha.

Dan aku jalan jalan dengan istriku. Siska terpaksa aku tinggal dulu.

Saat di taman, Chacha melihat pasangan yang membawa anak kecil mereka ke taman. Aku tau itu. Sorot matanya menginginkan hal itu juga. Sambil dia mengelus perutnya yang tidak berisi bayi.

"Mas kapan yaa kita bisa begitu?"

"Sabar sayang. Pasti nanti dikasih"

"Semoga Allah lekas memberi kita momoi yah Mas"

"Pasti sayang"

Lidahku kelu. Aku sama sekali tidak punya nyali bicara pada istriku. Jika aku selingkuh. Parahnya lagi dengan istri orang. Sahabat Chacha pula.

Lalu Chacha menerima telfon dari seseorang, tertulis nama Papi.

"Mas.. Gimana ya, Papih nanti ngundang kita ke acaranya yang di kota Q, gimana?" Tanya Chacha.

Ini kesempatan untukku agar bisa menemani Siska.

"Sayang aku antar kamu aja nanti yah. Aku harus lembur. Abi menyuruhku mengharap banyak sekali tugas. Maaf yah"

"Jadi nanti kamu ngantor Mas?"

"Iyaa. Maaf yah"

"Yaudah. Aku nanti naik taxi aja. Papih aja yang antar aku pulang. Gapapa kan? "

"Gapapa istriku.. Emm kamu imut banget sih"

"Iihh nakal Mas ah"

Chacha manja sekali jika bersamaku. Aku sudah berkhianat padanya. Jika nanti dia tahu, apakah dia akan memaafkanku?

SISI KEHIDUPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang