Bab 3
Chacha Pov
Dua minggu setelah kepulanganku dari acara Papi. Aku baik baik saja. Aku sudah tidak begitu trauma lagi dengan Saionji. Akun juga mulai bekerja seperti biasa.
Siska masih berada di rumahku tentunya. Rumahku ada seorang bibi yang membantu beres beres dan pulang setiap jam lima sore.
"Nyonya udah mendingan?" Tanya Bibi Jaenab.
"Mending Bi. Emm bibi mau pulang?" Tanyaku padanya.
"Iyaa non. Emm anu non.. Tadi bibi.. -"
"Hay Cha" Sapa Siska yang makin cantik meski sedang hamil sebelas minggu. Dia pulang dari kantor bersama Mas Nizam. Tapi Mas Nizam ke kamar sedangkan Siska ke dapur bersamaku.
"Haii Sis. Kamu udah mandi?"
Bibi langsung pamit dan pergi begitu ada Siska.
"Haha ya belum lah. Baru juga sampe. Emmm Cha, makasih ya selama aku di sini kamu baik sama aku"
"Iya sama sama. Emmm aku mau bicara sama kamu Sis"
"Oh bicara apa?"
"Emm maaf.. Tapi.. Apa Reyhan gak ada keinginan buat jemput kamu? Kamu kan lagi hamil. Reyhan tau kan kamu lagi hamil?"
"Emm aku belum siap ketemu sama dia. Kenapa sih ? Kamu pasti risih kan Cha aku di sini? Gapapa kalo gitu aku bisa cari kost kok"
"Ehh gak gitu kok. Aku cuma ngrasa, Reyhan jahat banget sama kamu Siska"
"Iyaa Cha. Aku aja gak berani cerita kalau Reyhan itu udah gak kasih nafkah aku selama setahun. Makanya aku minta kamu masukin aku ke perusahaan suamimu"
"Iyaa sih. Oh ya kata Ummi nanti mau ke sini" Ucapku pada Siska.
Makanya aku masak semua ini."Oohh iya? Kebetulan donk. Aku kenalan sama mertua"
"Ha?"
"Mertuamu hehe"
"Oohh iyaa. Yaudah kamu mandi dulu gih. Palingan nanti abis maghrib Ummi sama Abbi ke sini"
"Okey Cha. Aku duluan yah"
Aku angguki dengan senyuman. Siska terlihat bahagia saat di sini. Jujur saja aku sebenarnya agak khawatir sejak Riztika bicara tentang Siska dan mas Nizam.
Belum lagi kata Pak Azka, Pernah melihat mereka di rumah sakit. Aku yakin Pak Azka hanya kelelahan, sampai salah lihat. Tidak mungkin jika Siska dan Mas Nizam itu..
Ting tong!!!
Bel berbunyi. Ternyata yang datang lebih cepat dari yang di nanti. Untung aku tadi izin pulang lebih cepat, dan tinggal membuat sop buah saja.
Kubuka pintu. Ternyata yang datang malah Riztika.
"Haaa Tikaa.. Ayo masuk" Ucapku mempersilahkan duduk.
"Kamu lagi apa Cha?"
"Mau bikin sop buah sih. Kan mertua mau dateng"
"Kamu tuh ceroboh banget sih Cha. Masa iya ini laporan belum kamu kasih tanda tangan.. Jadi Pak Azka nyuruh aku ke sini. Mintain tanda tangan. Kamu bikin aku repot tau huhhh"
"Iiihh apaaan sih dateng dateng ngomel"
"Buruan tanda tangan deh ah!! Besok kalo gini lagi aku bilangin Pak Azka biar potong gaji!!"
"Yeee biarin aja, uang jajan ku banyak weee"
"Rese ya nih anak, masih bagus aku ke sini. Hiiiii"
Riztika melempar ku dengan bantal yang ada di sofa. Aku membalasnya. Dia mencubit ku dan aku menghindar.
Ki sudah biasa seperti ini meski usia kami terbilang tidak muda. Aku merasa punya saudara saat begini dengan Tika.Kami mengobrol kira kira dua puluh menit.
Lalu Mas Nizam keluar diekori oleh Siska. Mereka sama sama sudah mandi.
"Lohh ada tamu kok malah gak dibikinin minum sayang?" Tanya Mas Nizam.
"Gak usah Mas. Tamunya gak diundang kok" Sindirku pada Riztika.
"Iyaa dasar kamu aja tuan rumah gak tau diri!!" Balas Riztika.
"Haha aduuh kalian ini. Dari dulu masih aja suka kaya gini. Kaya anak kembar tau" Kata Mas Nizam.
Lalu Siska bersalaman dengan Riztika. Tapi Tika hanya mendumil tangan Siska sedikit. Ada tatapan tidak suka. Dan Siska terlihat gugup karenanya. Besok akh akan menegur Tika.
Karena kecurigannya sampai begitu. Aku paham sekali dengan situasi ini.
"Eehh Cha adzan maghrib" Ucap Tika.
"Iyaa. Kita sholat dulu yuk" Ajakku pada Tika.
"Naahh gitu donk akur kalian" Tegur Mas Nizam.
"Kita dari dulu akur kok Zam. Yaa meski kita kenal saat kerja, rapi aku sahabatnya Chacha. Kelihatannya aja suka berantem, aslinya mah akur, dari pada kebalikannya, ya kan Zam???" Sahut Tika.
Mas Nizam hanya diam dan bingung.
"Iya kan Zam??? Sahabat biru harusnya melindungi kan??" Tukas Tika.
"Iii Iiya bener Tik" Jawab Mas Nizam.
Sementara Siska hanya tertunduk dan menelan ludahnya.
Lalu kami sholat maghrib di rumah.
Tak lama setelahnya, mertuaku datang membawa banyak oleh oleh. Sudah jadi kebiasaan. Rumah kami sangat dekat jika jalan kaki sampai, tapi karena saking sibuknya Ummi dan Abbi membuat kami jarang bertemu, terlebih mereka sering keluar kota.
"Kalau gitu aku pamit pulang yaa" Ucap Riztika saat setelah bersalaman dengan mertuaku.
"Eehh gak gak. Sini dulu. Makan dulu baru boleh pulang pokoknya" kata Ummi lembut.
"Cha, itu Ummi bawa banyak buat kamu, bagi ke temen temen kamu yaa""Iyaa Ummi"
Lalu Ummi bersalaman dengan Siska.
"Ini siapa?""Ini siksa Ummi, sahabatku juga Chacha dari kecil. Lagi di sini soalnya suaminya lagi keluar negri. Siska lagi hamil" Jawab Mas Nizam cepat.
"Ohhh kalian bertiga di sini ? Udah berapa lama?" Tanya Ummi agak tidak suka.
"Dua minggu" Jawabku.
"Gak baik yaahh. Maaf yaa nak Siska. Bukannya Ummi melarang, tapi kan Nizam dan Chacha sudah berumah tangga. Gak baik ada orang lain tinggal kalau gak sama makhromnya"
"Tapi Ummi.. Hanya sampai suaminya menjemput" Aku bantu jawab.
Ummi tak melanjutkan lagi. Lalu aku berusaha mencairkan suasana dengan mengajak mereka semua makan.
Abbi juga sedari tadi diam. Aku yakin dia juga kurang suka dengan adanya Siska. Dalam hal agama memang keluarga suamiku lumayan ketat.
Kami makan dalam keadaan saling diam. Riztika seolah menunjukkan sikap yang tidak suka. Kentara sekali jika dia tidak suka pada Siska. Ada apa sebenarnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
SISI KEHIDUPAN
General FictionKasih sayang yang hampir tidak ada dalam hidup Chacha Orang tua yang tidak menginginkannya Suaminya berkhianat Dan kakak tiri yang begitu jahat Akankah Chacha bertahan hidup dalam keputus asaannya?