Hari yang suram dan suram, ini adalah kisah orang yang tidak bisa melupakan. Dia pernah hidup di satu dunia sebelum dipindahkan ke dunia lain. Seolah belum cukup, dia kembali dipindahkan.
Dia berusia tujuh tahun saat pertama kali dipindahkan dan pertama kali menyaksikan orang tuanya berteriak satu sama lain. Dia tidak bisa fokus pada teriakan dan suara barang-barang yang pecah di hadapannya saat dia berfikir keras. Dia tidak menyadari serpihan kaca terbang dan menggores pipinya.
Dia berusia delapan tahun saat dia mulai tinggal bersama neneknya. Dia tidak tahu dimana tepatnya tempat ini sekarang, tapi dia tahu dia berada di bumi sayangnya tempat ini bukan Korea.
Orang tuanya telah berpisah dan tidak ada yang menanyakan pendapatnya. Tapi tidak masalah karena neneknya sangat tenang dan selalu tersenyum. Neneknya sangat baik dan tidak bertanya hal-hal merepotkan. Neneknya bukan tipe ibu yang suka berteriak atau tipe ayah yang suka menghancurkan barang-barang. Ini akan lebih baik sekarang.
Tidak seperti yang dia harapkan, neneknya meninggal termakan usia satu tahun kemudian. Dia berada di depan makam neneknya sendirian sampai ibunya datang. Namun, ibunya pergi saat ayahnya juga datang. Mau tidak mau, dia pulang bersama ayahnya.
'Pria ini ingin mempertemukan anaknya sendiri dengan wanita simpanannya. Betapa tidak tahu malu.' Atau setidaknya itu yang dia pikirkan. Kenyataannya, ayahnya menurunkannya di taman dan beralasan meninggalkan ponselnya di mobil. Padahal dia jelas-jelas melihat tonjolan persegi panjang di saku celana ayahnya. 'Klise yang menyebalkan' pikirnya.
Benar saja, ayahnya tidak kembali bahkan saat hari sudah gelap. Dia tahu ini akan terjadi tapi tetap saja. Ini benar-benar menjengkelkan, dengan sangat hingga matanya mulai memanas. Dia tidak menangis. Air matanya sudah kering sejak kehidupan pertamanya. Dia tidak menangis tapi nafasnya sesekali tercekat saat menahan isakannya. 'Ah. Mungkin karna sekarang aku anak kecil.' Dia berfikir untuk dirinya sendiri.
Dia berusia sebelas tahun saat dia mengalami kecelakaan pertamanya, tepat dua tahun sejak dia hidup di jalanan. Tubuh kurusnya makin ringkih karna kekurangan gizi. Itu adalah hari yang mendung dan hujan saat dia mulai memanas setelah menggunakan salah satu kemampuannya. Dia tidak memperhatikan mobil yang melaju kearahnya saat dia menyeberang. Dengan linglung, dia tidak tahu apa yang terjadi hingga dia berakhir berbaring di tengah jalan.
Dia merasakan sakit. Ini sangat menyakitkan. Dia berharap dia mati.
Saat dia membuka matanya, dia tahu dia masih hidup. Dia menatap langit-langit putih di atasnya dengan tatapan kosong.
Dia berusia dua belas tahun saat dia duduk di kelas enam sekolah dasar. Orang yang menabraknya tahun lalu adalah pasutri kaya yang tidak memiliki keturunan. Mengetahui dia juga tidak punya orang tua, mereka mulai merawatnya dan mengirimnya ke sekolah. Dia belum pernah pergi kesekolah sebelumnya. Tapi, dengan kecerdasannya di atas rata-rata, dia loncat kelas dan sekarang bersama anak-anak seusianya.
Ibu angkatnya bukan tipe ibu yang suka berteriak. Ayah angkatnya bukan tipe ayah yang suka melempar barang. Mereka juga tidak seperti tipe neneknya yang pendiam.
Ibu angkatnya akan bertanya tentang harinya dan sekolahnya saat mereka makan malam. Kemudian ayah angkatnya akan bertanya tentang nilainya dan memujinya bahkan ketika itu keberhasilan kecil yang dia peroleh.
Ada waktu ketika dia sengaja mendapatkan nilai buruk untuk membuat ayah angkatnya marah. Mereka akan menunjukan wajah asli mereka ketika mereka marah. Tapi tidak, mereka tidak marah. Ayah angkatnya hanya tersenyum.
"Tidak papa jika nilaimu buruk. Tidak papa jika kamu ingin bermain-main. Kamu masih kecil, anak kecil harus bermain."
Dia merasakan dejavu yang aneh. Itu adalah kata yang pernah dia katakan kepada bayi naga hitam dan dua anak kucing pada kehidupannya sebelum ini. Dia tersenyum tanpa dia sadari. Bukan tipe ibu yang suka berteriak, bukan tipe ayah yang suka melempar barang. Orang tua angkatnya benar-benar tipe yang baru dia temui.
Dia lulus dari sekolah dasar dengan nilai tinggi. Dia tidak meminta apapun tapi orang tua angkatnya memberikan apa yang dia inginkan tanpa mereka bertanya. Untuk pertama kalinya sejak dia datang ke dunia ini dia tersenyum saat dia tertidur. Dia merasa hidupnya bisa tenang sekarang.
Itu tidak lama sejak itu ketika ayah angkatnya melakukan perjalanan bisnis dan menghilang saat pesawat yang dinaiki mengalami kecelakaan. Ibu angkatnya juga berubah setelahnya. Wanita yang selalu tersenyum itu menjadi tipe orang yang suka memukul.
Dia berumur empat belas tahun saat dia duduk di kursi kelas dua sekolah menengah pertama. Dia meletakkan nampan di depan pintu kamar ibu angkatnya sebelum masuk ke kamarnya. Dia mengobati luka baru di lengannya. Luka baru menutupi bekas luka lama di kedua tangan dan kakinya.
Dia merasakan nyeri saat dia mulai berbaring. Benar. Dia hampir melupakan luka yang berada di punggungnya juga. Tidak ada yang bisa dia lakukan untuk itu. Dia menatap langit-langit saat dia bergumam pelan.
"Aku harap ibu memakan makan malamnya kali ini." ini pertama kalinya dia berfikir untuk orang lain. Dia mengabaikan sakit di seluruh tubuhnya saat dia terlelap.
Esok hari dia kembali untuk melihat ibu angkatnya. Dia tidak bisa tidak terkejut melihat tubuh dingin wanita itu bergantung dengan tali di lehernya. Dia menelepon polisi untuk meminta bantuan. Dia ditanyai banyak hal, tapi dia hanya diam.
Hanya dia yang ada saat ibunya dimakamkan. Hujan turun seolah mengerti. Dia mengingat seseorang dari kehidupan keduanya, orang yang menghancurkan hidupnya. 'Aku tidak boleh mencintai siapapun lagi.' sepertinya dia sedikit mengerti yang orang itu rasakan.
'Aku benar-benar dikutuk.'
Dia berusia enam belas tahun ketika dia benar-benar sendirian. Orang tua angkatnya yang sangat kaya sudah pergi meninggalkan harta untuk dia warisi. Dia duduk di bangku kelas satu sekolah menengah atas sekarang.
Dia mengingat neneknya, ayah dan ibu angkatnya. Dia tersenyum tanpa mengetahui luka di hatinya. Tanpa mengetahui tiga pasang mata yang mengawasinya dari tempat berbeda. Tanpa mengetahui gurunya sesekali meliriknya. Tanpa mengetahui yang mengurus warisannya mungkin seseorang yang dia kenal.
Fin.230921
Sementara itu:
Beacrock menjadi koki di kantin sekolah menengah atas.
Ayahnya entah bagaimana mengurus harta yang ditanggung seorang pemuda berbakat.
Rosalyn menjadi murid teladan.
Choi Han adalah maskot pelajaran olahraga jasmani.
Alberu adalah matahari sekolah.
Anak-anak kucing dan raon di bawah Eruhaben.
Eruhaben sendiri seorang guru.
Lock dan anak-anak serigala tinggal di panti asuhan yang dikelola Ron.
Aku benar-benar membayangkan Beacrock menjadi ibu (bapak?) kantin yang galak😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Trasnmigrated Again?
Fanfiction✨Cale Henituse ditransmigrasi sementara yang lain bereinkarnasi. ✨ ✨Karna yang lain bereinkarnasi, mereka tidak mengingat kehidupan mereka sebelumnya. (Hanya mendapat firasat bahwa mereka harus mengawasi bajingan penyendiri yang kaya) ✨ ----------- ...