· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·
"Ketika kau punya banyak hal yang ingin di ceritakan , namun tidak ada telinga yang bersedia mendengarkan , tulislah di sebuah kertas tuangkan semua disana".
· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·-
"Tidak! Aku tidak ingin sekolah, ibu sedang sakit aku Harus merawat ibu, setelah ibu pulih aku berjanji akan kembali belajar!" Kata seorang pemuda berusia 17 tahun itu.
Ya, Sean tengah menemani ibunya yang sedang terbaring lemah di atas tilam, memang akhir-akhir ini Senna yaitu ibu Sean sering mengalami sakit dibagian dada nya entah kenapa itu sering terjadi, ketika ia akan diajak ke dokter Senna selalu saja menolaknya
"Ayo bu kita pergi kedokter! " Kata Sean sambil menggenggam erat tangan Senna.
"Tidak, uhuk! K-kau pergilah kesekolah, memang kau mau ibumu ini kecewa karena nilaimu sering turun? " Tanya Senna dengan suaranya yang sedikit bergetar dan diselingi batuk'
Sean terdiam, dia tidak tahu harus berkata apa, setelah dipikir-pikir dia juga tidak memiliki uang untuk berobat.
Dia menggelengkan kepalanya "Tidak bu" Jawabnya.
Sean mulai melihat wajah ibunya yang rada pucat itu, dadanya sesak rasanya melihat ibunya terbaring lemah tak berdaya,
Tidak aku harus melakukan sesuatu! Batin Sean.
"Pergilah Sean , belajarlah yang giat, i-bu bisa jaga diri dirumah" Dan akhirnya dia meng iya kan kemauan ibu nya, sebelum itu ia mencium punggung tangan ibunya dan berangkat.
Senna menatap kepergian anak semata wayangnya, Sean sudah besar dia juga anak yang mandiri tidak pernah menyusahkan orang lain dan suka bekerja keras.
Dia beruntung memiliki anak sepertinya, dia selalu berdo'a agar Sean sehat selalu dan diberikan kebahagiaan yang sesungguhnya didunia
Dan. .
Menyelesaikan tanggungjawab nya.
"Kau satu-satunya putra yang ku sayangi, teruslah jadi sosok yang kuat" Gumamnya
"Walau sewaktu-waktu tanpa ada ibu" Sambungnya.
Sean berlari untuk sampai ke halte bus, jika saja ban sepeda nya tidak bocor lima belas menit pun dia sudah sampai di depan gerbang sekolah dan mengikuti pelajaran,
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐞𝐬𝐚𝐰𝐚𝐭 𝐤𝐞𝐫𝐭𝐚𝐬
ContoAku selalu membuat sepucuk surat yang ku lipat menjadi pesawat kertas yang terlihat rapi dan penuh dengan coretan tinta itu. lalu kuhempaskan pesawat kertas itu dari atas gedung sekolahku. Aku memandangnya sampai pesawat itu berhenti dan mendarat d...