''Yo, baru dateng?'' sapa seseorang dengan santainya berjalan bersama wanita bersebelahan. Ia baru saja berlari dari lapang parkir kantornya.
''Iya, aku baru saja mengantar Lucas ke sekolah. Jalanan macet kemana-mana hari ini. Ada apa sebenarnya?'' Mereka terus berajalan kedalam bangunan biru melalui tangga luas didepannya. Saat membuka pintu, ini pertama kalinya wanita ini melihat begitu banyak orang berlari hilir mudik seperti tengah adanya kebakaran besar di dalam ruangan.
''Ada apa ini, Ren?'' Tanya wanita disamping pria yang terdiam melihat begitu kacaunya pagi ini
''Hei Yulan, jangan Tanya aku! Aku baru datang ke tempat ini dengan kopiku. Oh ya dan ini kopimu'' tutur Ren sembari memberikan gelas kopi plastik kepadanya. Warnanya hitam pekat dan mengebul panas. Yulan hanya menatap kopinya
''Ku belum sarapan langsung disuguhi kopi. Pekerjaan sebagai polisi ya'' ia pun meminum cairan hitam panas secara perlahan sesekali saat bergerak cepat menuju mejanya.
''Yulan, Ren! Kemarilah!'' baru saja mereka berdua sampai, seseorang memanggil mereka berdua dengan suaranya yang nyaring dari jauh. Mereka saling bertatapan lalu pergi ke arah kantor boss mereka.
''Kapten, ada apa sebenarnya?'' Ren bertanya sambil menahan pintu untuk wanita yang mengikutinya.
''Seseorang baru saja terbunuh, mereka menyandera seorang anak kecil dan menginginkan tebusan besar'' dengan tangan yang dilipat di depan dadanya kapten dengan kesal menjelaskan apa yang terjadi pagi ini.
Wajah Ren menunjukan bahwa ia binggung, dan mengapa mereka tidak menelepon kita saja? Mereka mungkin bisa datang lebih cepat daripada ia mengantri di kedai kopi untuk mendapatkan dua cangkir kafein. Dan mengapa hampir satu kantor sangat sibuk? Tidak seperti biasanya kasus yang seperti ini bisa membuat semua orang berlari seperti dikejar seekor badak.
''Aku tahu apa yang kalian pikirkan tapi dengarkan aku. Kasus ini sebenarnya bukan milik kita. Tapi yang kota sebelah''
''Uh...lalu kenapa kita harus terlibat?'' Tanya Yulan
''Anak seorang pejabat yang baru saja lulus dari akademi ingin menjadi pahlawan dengan cara memberantas kriminal ini. Namun tentu saja..''
''Tidak berjalan mulus sesuai dengan apa yang ia pikirkan?'' Tanya Ren sambil menyeringai
''Ya, dan situasi mulai menjadi buruk saat ia dengan sombongnya memakai senjata api menodong penyandera dan mulai menembak. Dia tidak sengaja menembak beberapa anak sekolah''
''Lalu apa yang kita tunggu?'' Tanya yulan sembari berjalan menuju pintu.
''Aku dilarang memperkerjakan kalian oleh anak kaya itu'' Tutur kapten mereka. Yulan berhenti dari jalannya.
''Namun dia bukan bos kita'' ia tersenyum licik kepada Ren dan Yulan yang terdiam.
''Dimana sekolah ini?''
''Jalan Saint Marrie''
Dan dengan mobil polisi mereka pergi menghadapi kriminal.
''Coba ku tebak. Mukanya pasti mirip dengan mu'' tebak Yulan
''Oh ayolah! Mukaku sepasaran itu kah?!'' seru Ren sambil tersenyum lebar
''Hahaha, sebenarnya ya'' Mereka terus bersenda gurau. Memang tidak pantas saat mereka berangkat untuk menjalankan tugas untuk menyelamatkan nyawa banyak orang namun mereka melakukan ini supaya bisa me-rilekskan otot-otot mereka saat menembak nantinya. Mereka melakukan ini hanya berdua saja, tidak pernah didepan orang lain. Namun jika mereka diharuskan bertugas dengan orang lain, mereka akan diam dan mulai berdoa supaya tidak ada korban jiwa. Atau mereka mulai mengecek senjata mereka masing masing. Terdiam dan tidak berbicara sama sekali kecuali saat ditanya oleh seseorang. Baju mereka berdua berbeda dengan polisi lainnya. Jika anggota polisi memakai baju berwarna biru saat melakukan tugasnya. Mereka berdua memakai warna baju hitam layaknya prajurit huru-hara yang sedang bertugas.