"Mas Nana bangun, anterin sekolah!" teriak Na Yuna sembari mengguncang badan sang kakak.
Na Jaemin ini tipikal orang yang mudah terganggu tidurnya, meski hanya dengan suara sekecil apapun. Guncangan Yuna tentu membuat seluruh tubuhnya kaget dan kepalanya pening terkena cahaya matahari dari jendela.
"Yun, kalo bagunin yang halus dikit bisa gak?"
"Gak bisa! udah mau telat nihh" rengek Yuna.
"Minta antar bapak aja sih, mas ngantuk. Nanti nabrak tukang sayur" rancau Jaemin asal.
Yuna memutar bola matanya "Bapak lagi sibuk mas!"
"Sibuk ngapain??" Jaemin kembali rebahan ke kasur empuknya.
"Mantengin sarang tawon"
Jaemin terkekeh, Yuna jelas tidak bercanda. Bapak mereka memang orang paling unik sedunia. Lalu terdengar suara ketukan di pintu kamar Jaemin.
"Mas Nana"
Begitu mendengar suara lembut memanggilnya, Jaemin segera melompat dari kasur dan berdiri tegak. Meski matanya masih setengah terbuka.
"Mas pasti begadang lagi ya?" Jaemin mengangguk mengiyakan.
"Mama kan udah bilang jangan kebanyakan minum kopi, gak sehat mas" Ibu Jaemin, Mama Na Sana mendekat mengelus wajah putranya. Sembari memberikan sedikit tepukan di pipinya.
"Cuci muka, antar Yuna ke sekolah" segera setelah diperintahkan Jaemin melesat ke kamar mandi kemudian mengambil jaket denim hitamnya di gantungan baju belakang pintu kamarnya.
"Ayo Yun, katanya telat" Seru Jaemin.
Yuna mengerakan bibirnya miring kesana kemari, mencibir kakaknya dari belakang.
Begitu membuka pintu ke luar rumah, mereka bertemu dengan bapak yang betulan sedang mengamati sarang tawon yang menempel di pohon rambutan tetangga.
Tidak ada yang pernah menganggu bapak ketika sudah terjebak dalam dunianya. Karena faktanya, hasil pengamatannya selalu jadi lukisan yang unik dan di minati berbagai pameran.
Bapak mereka Na Yuta, berprofesi sebagai pelukis lepas sekaligus ketua RW di komplek mereka. Terhitung sudah 14 tahun menjabat dan tidak ada yang mau mengantikan.
Tanpa berniat menganggu aktifitas bapak, Jaemin mengeluarkan motor Scoopy-nya dari garasi, kemudian segera mengantar Yuna ke sekolahnya. Jarak usia mereka terpaut tiga tahun, menandakan Yuna berada di bangku SMA kelas 3 yang sedang berjuang mati-matian mendapat kampus impian.
Jaemin bukan tipikal orang yang banyak bicara, berkebaklikan dengan adiknya yang nyerocos terus di bangku penumpang.
"Mas nanti aku masuknya cuma setengah hari. Jadi kuota yang masuk baru setengah dari total siswa di kelas karena perturan baru. Tapi habis pulang sekolah aku ada ketemu sama guru ektrakulikuler karateku dulu soalnya mau turnamen. Padahal kan aku mau mampir ke ekskul tari dulu mas. Terus ya mas..." blablablbla oceh Yuna panjang lebar yang tentu tidak satupun di dengarkan oleh Jaemin.
Jaemin memarkirkan motor sedikit jauh dari gerbang. Memastikan dirinya tidak menganggu lalu lintas dan menghindari gibahan siswi SMA.
'Eh liat deh, itu kak Yuna di antar siapa?'
'Ih kok ganteng banget!'
'Gila anak sekolah mana ya?'
Beginilah jadinya kalau kakaknya yang mengantar. Yuna akan menjadi topik utama pergibahan siswa kelas 1 yang belum mengenali kakaknya.
"Mas sengaja ya gak pake topi, tukang tebar pesona!"
"Mau pake topi gantengnya mas juga gak bakal ketutupan, Yuyun" Jaemin tersenyum memamerkan deret giginya, tak lupa menguyel-uyel pipi sang adik. Senang membuat adiknya kesal di pagi hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
TONGKRONGAN | SM's 00 Line
FanfictionSebuah cerita ringan tentang delapan anak muda kelahiran tahun 2000 di komplek budaya baru yang sejak kecil selalu nongkrong bareng. [26/7/21- ?]