Semua murid di sekolahnya tau bahwa dia hanyalah sekedar perempuan tidak berguna karena berstatus sebagai kekasih dari ketua geng di sekolahnya namun dia tidak mendapatkan kebahagiaan seperti novel yang dia baca selama ini. Dia hanya mendapatkan perlakuan kurang ajar serta hinaan dari semua orang yang membencinya selama ini.
Semua orang menganggapnya tidak berguna, bahkan selama hampir tiga tahun lamanya dia bersekolah disini, dia tidak memiliki teman ataupun orang yang dapat dia percaya. Dia membenci dirinya sendiri karena begitu bodoh pada semua yang dia lakukan dan tetap selalu ada setiap kali laki-laki kurang ajar itu memanggilnya dimana pun laki-laki itu berada.
Seperti malam ini. Dia berada di arena balap liar dengan wajah datar tanpa minat pada orang-orang yang bersorak penuh semangat di bawah sana. Dia tidak sendirian karena dikelilingi oleh anggota dari laki-laki yang berstatus sebagai kekasihng itu dan setiap apa yang dia lakukan akan diperhatikan oleh mereka semua. Dia tidak diberlakukan layaknya seorang ratu karena dia bukan siapa-siapa selain seseorang yang menjadi pelampiasan amarah laki-laki gila itu.
"BANGSAT!"
Teriakan di bawah sana membuatnya sudah tau apa yang akan dia lakukan dan ini bukanlah kali pertamanya dia akan melakukan keinginan laki-laki gila tersebut. Hampir setiap malam dia akan dijadikan taruhan dari laki-laki gila tersebut, setiap kali laki-laki itu kalah maka dia akan bersama laki-laki yang melakukan taruhan dengan laki-laki gila tersebut. Dia sudah melakukan ini semenjak kelas sebelas pertengahan menuju semester dua dan artinya sudah hampir setahun dia melakukan kegiatan tidak berguna ini.
"Itu cewek lo bawa!" teriak laki-laki tersebut dan memberikan kode pada teman-temannya untuk membawanya pada laki-laki jangkung yang tengah merokok saat ini dengan tatapan senang.
Lari? Pernah dia melakukan itu dan kakinya berakhir penuh bekas luka bakar karena dijadikan tempat untuk memadamkan rokok dari laki-laki sinting tersebut. Setelahnya dia melakukan pada bulan berikutnya karena ibunya masuk rumah sakit dan rambutnya dipotong asal membuatnya terlihat gembel dengan telapak tangannya terdapat luka disana.
Rambutnya ditarik kuat membuat kepalanya berhadapan dengan kepala laki-laki tersebut.
"Jangan berani kabur lo, bangsat!"
Teriakan itu tidak lagi membuatnya takut namun hatinya terasa mati rasa semenjak bersama perkumpulan orang-orang tidak benar ini. Pandangannya tertuju pada laki-laki jangkung yang kini menggerakkan jari telunjuk seolah memanggilnya untuk mendekat.
Kedua kakinya melangkah mendekat lalu diam begitu pundaknya dipegang oleh laki-laki yang kini akan membawanya.
"Cewek lo cakep, bos gue pasti seneng" jelas laki-laki jangkung tersebut dengan senyuman miring penuh makna, "ayo cantik" bisikan itu membuatnya meminta ranselnya yang berisikan dompet serta ponsel.
Kedua kakinya mengikuti langkah kaki laki-laki jangkung yang entah akan membawanya kemana, meski dia hafal betul arena balap ini namun tetap saja setiap orang memiliki ruang tunggu tersendiri dan dia akan memasuki ruang tunggu laki-laki jangkung yang membawanya ini.
Jika boleh jujur, selama dia dijadikan taruhan oleh laki-laki gila itu, belum ada laki-laki kurang ajar yang menyentuhnya, kebanyakan dari mereka hanya menyentuh pundaknya serta tangannya saja. Awalnya dia mengira karena mereka tidak menyukainya namun setiap kali berada di ruang ganti dia hanya diminta untuk menunggu dengan beberapa minuman yang diberikan oleh mereka atau makanan ringan. Dia tidak tau kenapa sebenarnya namun dia merasa curiga pada awalnya karena setiap kali dia bersama musuh dari laki-laki gila itu, dia hanya diberlakukan layaknya tamu atau sekedar orang asing saja.
"Masuk" ucap laki-laki tersebut dan terdapat sekitar lebih dari sepuluh laki-laki di tempat sempit ini.
Dia duduk pada kursi plastik yang berada di sudut ruangan dengan menundukkan kepalanya. Dia pernah bertemu dengan orang-orang yang ada di ruangan ini sebelumnya dan seingatnya mereka semua adalah orang-orang yang pernah mendapatkan dirinya sebagai taruhan.
"Santai aja cantik, kita gak gigit kok" celetuk laki-laki dengan rambut ikal yang tengah merokok disana.
"Bos mana?" tanya laki-laki yang membawanya kemari pada seorang laki-laki besar tanpa pakaian atas, "toilet ye?" lanjut laki-laki tersebut seolah paham.
"Jam empat nanti lo diantar sama dia, oke cantik?" ucap laki-laki dengan bola mata hijau yang tersenyum padanya, "tegang amat lo" ucapan itu membuatnya mengalihkan pandangan karena merasa aura di tempat ini menyesakkan untuknya.
"Lo minum apa?" suara berat seseorang membuatnya menoleh dan menatap minuman di depannya.
Kebanyakan minuman di depannya adalah miras serta beberapa minuman yang tidak tau asalnya darimana dan pandangannya jatuh pada susu kotak di tengah meja sana.
"Susu kotak" ucap laki-laki lainnya dan meletakkan tiga susu kotak di depannya.
"Makasih" ucapnya pelan.
"Anjir, dulu gue kira bisu" celetuk seorang laki-laki yang tertawa di sudut ruangan.
Dia menatap ketiga susu kotak yang ada di meja dan menghela nafas pelan mengingat ibunya masih di rumah sakit saat ini. Dia harus segera pulang sebelum ayahnya pulang nantinya dan menemukan rumah dalam keadaan kacau kaeran ulah laki-laki gila yang tidak beradab itu.
"Bos, baru dateng lo?"
Bos?
^^^
⚠⚠!!WARNING!!⚠⚠
TIDAK ADA UNSUR PLAGIAT DALAM CERITA INI DAN MURNI FIKSI TANPA ADA CAMPUR TANGAN PIHAK LAIN ATAU SEMACAMNYA!!!^^^
Sekian dari saya, selamat membaca untuk semuanya🙏🏻🙏🏻
Semoga suka🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Alesha [On going]
Teen Fiction#toxic_series1 ^^^ WARNING!!⚠⚠ NO PLAGIAT-PLAGIAT PADA CERITA INI!! ^^^ Hidup dengan hubungan parasitisme untuknya dan hatinya bagaikan batu tanpa perasaan semenjak berhubungan dengan laki-laki kurang ajar tersebut. Tidak ada kehidupan yang mulus...