Wedding From Mama

883 33 4
                                    

"selamat pagi ma.." sapa Alfi riang untuk bidadari cantik yang sudah duduk dengan angun dimeja makan ini. mengecup kedua pipi lembutnya. seperti biasa pukul 7 semua sarapan sudah siap, ditambah ibunya yang sudah menunggu Alfi dengan sarapan yang lengkap untuk mereka berdua.

"mama nanti ada meeting sayang, mungkin mama pulang jam 9an. kamu gak usah nunggu mama ya" ucap mamanya lembut pada Alfi, ia memakan nasi goreng lengkap dengan lauknya diatas meja. Alfi mendesah pelan, "haruskah mama melakukan meeting yang dilaksanakan setiap minggunya?, memaksakan mama untuk pulang larut malam? harusnya mama berhenti ma, istirahat dirumah" sahutnya malas. Wina memang seorang workaholic selalu sibuk dengan gambaran-gambaran bangunannya. memang Wina seorang arsitek yang selalu dihandalkan. tak jarang banyak perusahaan yang menggantungkan bangunan mereka padanya.

Selesai sarapan Alfi dan Wina menghampiri mobil masing-masing, Alfi mencium tangan dan kedua pipi ibunya, memeluknya dengan sayang, memperhatikan lekat-lekat wajah ibunya yang sedikit berbeda, "mama terlihat pucat? apa mama sakit?" ucapnya lembut sambil menangkup wajah ibunya yang putih seputih salju. Wina menggeleng dengan senyum yang melebar, memamerkan deretan gigi putihnya yang rapi. bukan Alfi namanya jika iya percaya begitu saja dengan ibunya yang penuh misteri. ia sering kali melihat ibunya itu menyimpan sesuatu darinya, entah hal kecil sampai besar. "Alfi antar mama kekantor, dan akan menjemput mama sepulang dari kantor. tak ada penolakan ma!" ujar anak gadis itu dengan tegas, menggengam tanganya kuat, menuntun ibunya masuk kedalam mobilnya.

Alfi memang sangat menyayangi ibunya, lebih dari menyayangi dirinya sendiri. hanya Wina yang ia miliki saat ini, sementara papanya sudah meninggalkan mereka setahun yang lalu. penyakit jantungnya yang semakin parah membuatnya tak dapat bertahan. Alfi juga sangat protektif dengan ibunya, ia sering kali mengantar jemput mamanya dikantor. membawakan bunga atau kue kesukaan Wina. membuat beberapa rekan kerja Wina menatap mereka iri, bahkan anak mereka tak melakukan mamanya semanis Alfi memeperlakukan mamanya.

Alfi anak yang selalu berbakti pada ibunya, ia sering kali menuruti kemauan Wina, apapun itu. ia sangat menyayangi ibunya, memanjakannya, menunggu ibunya yang pulang sangat larut malam jika ada meeting disetiap minggunya. Alfi juga mengikuti bela diri saat SMA, dia bilang ingin melindungi mamanya jika ada pencuri atau pencopet yang ingin menyakiti mamanya.

"nanti biar mama pulang naik taksi saja ya Alfi, kasian kamu nak" Wina membujuk anak gadisnya yang tumbuh semakin cantik, wajahnya sangat mirip dengan suaminya, mulai dari rambut hitam, mata birunya, dan bibirnya yang merah muda. hanya saja hidungnya mengikuti jejak ibunya. Alfi mengehentikan mobilnya yang sudah memasuki lahan gedung pencakar langit, tempat dimana ibunya itu bekerja, "ma, Alfi gak mau mama kecapekan. Alfi mohon ma" ucapnya lirih sedikit memelas memandang ibunya. Wina tersenyum lalu mengangguk pasrah, sifat Alfi sangat keras seperti Robert suaminya yang sudah bahagia disurga. Alfi memberikan pelukan pada ibunya dan membiarkannya pergi masuki kantor, sementara ia kembali mengemudi menuju kantornya.

***

"good mor--, mama gak kerja?" kata Alfi dengan sedikit terkejut saat melihat ibunya hanya menggunakan pakaian santai yang biasa ia kenakan. Wina mengukir senyuman manis diwajahnya, "kamu benar nak, mama berhenti. sekarang giliran mama yang akan membuatmu bahagia" mendengar ucapan ibunya, Alfi berlari memutar meja makan, memeluk dan mengecup puncak kepala Wina, "Alfi janji ma, Alfi akan kerja keras untuk kita berdua" senyum Alfi semakin melebar, ia kembali memeluk ibunya setelah beberapa menit ia lepaskan, "I love you so much mam"

***

Alfi mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh, ia benar-benar khwatir saat menemukan ibunya sudah tergeletak tak berdaya didekat ruang tengah. dengan keadaan TV yang masih menyala. sepertinya Wina sedang menonton televisi saat sebelum ia pingsan. Alfi sesekali melihat wajah ibunya yang terlihat pucat, ditambah keringat yang bercucuran didahi dan pelipisnya, membuat gadis itu semakin khawatir. saat sesampainya dirumah sakit, Alfi membawa ibunya dibantu beberapa suster. membiarkan suster mengambil alih untuk menjaga ibunya, sementara Alfi hanya mondar-mandir didepan UGD, dengan rasa cemas dan penasaran yang bercampur menjadi satu. apa yang mama sembunyikan dariku? mama sakit apa sebenarnya? ucap Alfi dalam hati. ia melipat tangannya didepan dadanya, sesekali duduk, berdiri, mondar-mandir lagi. ia benar-benar gelisah.

Wedding From MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang