Prolog

3 2 0
                                    

"kamu ga berhak nar larang larang aku, ga berhak !" Ucap Haidar sambil berteriak.

Nara memejamkan matanya, mendengar Haidar menyentaknya untuk pertama kali membuat hatinya seperti dihujani belati tajam.

Nara menarik nafas agar hatinya sedikit tenang, lalu memandang Haidar, kali ini tepat di kedua bola mata lelaki itu.

"Aku emang bukan siapa siapa kamu. Tapi aku cuman gamau bunda kecewa lagi dengan sikap kamu yang kaya gini. Maaf, maaf kalo sikapku selama ini buat kamu tertekan."

Setelahnya, Nara keluar dari kamar yang sudah berantakan. Menghiraukan panggilan panggilan dari Haidar di belakang nya.

Setelah sampai di pekarangan rumah, Nara langsung menaiki moge Haidar, meski awalnya sulit karena dirinya memakai gamis.

"Untung pake celana panjang." Gumamnya.

Saat ingin menjalankan motor itu, ada tangan terulur menarik rem tangan motor itu.

"Narr.." ucap Haidar.

Dengan penampilan yang sudah berantakan, kaos hitam yang dipakainya sudah sobek di bagian leher sampai perut atas, rambutnya tidak tertata rapih. Dan yang membuat Nara tertegun, kedua bola mata itu, yang selalu menatap lembut ke arah Nara kini berair. Haidar menangis.

Nara menghembuskan nafas, mematikan mesin motor tetapi tidak turun dari sana.

"Apa?" Tanya Nara, berusaha selembut mungkin. Sebab jika Nara sama sama menjadi api, tidak akan pernah selesai masalah ini.

Grepp..

"Maaf.." ucap Haidar.

Sedangkan Nara membeku dengan apa yang dilakukan Haidar, tapi tangannya perlahan terulur mengusap punggung lelakinya itu.

"Kita kedalem." Ucap Nara.

Haidar melepas pelukannya dan masuk kedalam dengan tangan yang saling bertaut dengan Nara.

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang