Part 5

20.1K 1.4K 8
                                    

Keenan's POV

"Eh, Kee. Sini deh." panggil mama, kenapa aku jadi was-was gini sama mama??

Aku berjalan ke arah sofa tempat mama sedang duduk sambil melihat tamu mama dengan muka garang. Saat aku sudah duduk di samping mama, langsung saja mama mencubit pipiku dan hal tersebut langsung membuatku berteriak kencang karna kesakitan.

"Aaaaah, mamaaaaaaaa! Mamaaaaaaa sakit maaa." teriakku dan beberapa detik kemudian mama langsung melepaskan cubitannya.

"Kenapa sih harus bohong?" tanya mama membuatku bingung.

"Boong apaan?" tanyaku bingung. Lalu mataku beralih pada seseorang yang sudah ingin kutendang sejak tadi. Dasar dokter gilaa! Kenapa dia bisa ada disini sih? Dan kenapa mama nanya kenapa aku harus boong?

Ya ampun!! Jangan bilang kalo ni dokter ngadu ke mama tentang aku yang bohong kemarin. Aaaaaah, dasar dokter gila nyebelin.

"Kamu pura-pura sakit ya?" tanya mama padaku sambil memicingkan matanya.

"Nggak kok. Kee beneran sakit ma, tapi waktu papa habis cium Kee, Kee langsung sembuh. Mama ngga inget, waktu papa keluar dari kamar, Kee kan bilang kalo Kee mau sekolah aja. Mama aja yang ngelarang Kee sekolah." ucapku berusaha mengelak sambil memanggil diriku sendiri dengan sebutan 'Kee', karna aku tau, mama sangat suka dengan nama Kee, katanya mirip sama papa.

"Bener-bener kamu, Kee." Gotca, yeaay, mama nggak marah!! Lalu aku langsung kabur ke kamar setelah mencium pipi mama sekilas.

Saat sampai di kamar, aku langsung mengganti baju dan bersih-bersih, lalu turun lagi. Aku berdiri di belakang dinding saat mendengar si dokter gila berniat mau pamit. Ohh, ternyata si Dogi mau pulang.

Setelah aku melihat mama membawa gelas kotor kembali ke belakang, aku langsung memilih keluar dan melihat si Dogi memasuki rumah tetangga baruku. Oh My God!! Jangan bilang kalau si Dogi itu tetangga baruku. Cepat-cepat aku masuk ke rumah dan melihat mama sedang duduk di sofa di depan tv.

"Ma, Keenan mau nanya nih??" ucapku lalu menumpukan badanku pada punggung sofa.

"Nanya apaan, Kee?" ucap mama.

"Yang tadi itu tetangga baru kita ya, ma?" tanyaku hati-hati. Semoga nggak, semoga nggak, semoga nggak.

"Iya!" jawab mama melihatku sekilas lalu kembali melihat ke arah tv yang sedang menampilkan gosip.

Setelah itu aku langsung berlari keluar dan melihat si Dogi sedang main basket. Aku yang niatnya ingin memarahi si Dogi langsung berbinar saat melihat si Dogi main basket. Kenapa aku malah ingat Gibran sih?? Ahhk, Gibran kan hebat banget main basket.

"Eh, Dogi." panggilku pada si dokter.

"Siapa yang kamu panggil Dogi?" tanyanya datar.

"Ya elolah! Siapa lagi."

"Nama saya itu Ferdi, bukan Dogi."

"Kayaknya Dogi lebih cocok deh buat lo. Dogi, dokter gila" jawabku setelah itu tertawa lebar.

"Enak aja kamu panggil saya Dogi."

"Ya siapa suruh lo bocor sama nyokap gue."

"Siapa suruh kamu bohong?" ucapnya membuat telingaku panas.

"Enak aja, gue nggak boong tau. Dasar Dogi." ucapku lalu berjalan masuk ke dalam rumah.

-

Makan malam itu aku sungguh tak selera. Dasar si Dogi, bisa banget buat moodku ancur seancur ancurnya. Aku tak menghiraukan kak Ryan yang sedari tadi sibuk berceloteh panjang lebar. Aku hanya terus memakan makananku lalu setelah itu pamit pada semuanya karna aku telah selesai.

Aku melirik ke arah balkon. Bahkan aku tak minat untuk merasakan angin malam dan juga bintang. Aku malas jika nanti harus melihat si Dogi.

Karna tak tau harus melakukan apa lagi, akhirnya aku memilih tidur.

-

Pagi ini, seperti biasa, mama membangunkanku dengan suara cetarnya. Tapi aku memilih untuk melanjutkan tidur. Aku benar-benar masih ngantuk.

"Keenan, bangun ih." panggil mama sambil menggoyangkan badanku yang masih berpelukan dengan guling

"Lima menit lagi, ma."

"Keenan, itu udah ada cowok yang nungguin kamu. Siapa ya tadi namanya, kalo gasalah, Ran? Gi? Gib--ran deh kayaknya." aku yang mendengar nama Gibran disebut langsung terduduk manis di atas kasur.

"Gibran, ma?" tanyaku tak percaya.

"Jadi bener namanya Gibran? Cepetan mandi. Kenapa tadi waktu mama bangunin buat shalat subuh nggak langsung mandi sih." gerutu mama.

"Dingin, ma."

"Besok-besok kalo mama bangunin buat shalat subuh, itu langsung mandi. Besok deh, mama bangunin lima belas menit lebih awal dari jadwal azan ya?" ucap mama.

"Iya ma, iya." ucapku saat mandi dan aku hanya membiarkan pintu kamar mandi terbuka. Biarkan saja mama melihat, buat apa malu.

"Cepetan mandinya!" perintah mama, aku melihat ke arah mama yang ternyata sedang menyiapkan seragamku dan peralatan lainnya.

"Mama Keenan bisa siapin peralatan Keenan sendiri." ucapku, aku merasa tak enak karna mama mau repot-repot menyiapkan keperluanku.

"Cepetan, Kee."

"Mama ih, giliran Keenan mandi nanti cepet-cepet, dibilang asal-asalan, sekarang malah disuruh cepet-cepet."

"Kan judulnya beda." aku yang tak mengerti maksud mama langsung mengambil handuk.

"Mama suruh Gibran nunggu dimana?" tanyaku saat sedang memakai seragam, dan mama sibuk mengeringkan rambutku.

"Di meja makan. Bareng papa sama Ryan. Kenapa??"

"Ooh, kirain disuruh nunggu diluar."

"Mama ngga setega itu, Kee." ucap mama dan membuatku tertawa kecil.

"Ma?" panggilku saat sedang memakai sepatu dan mama sedang menyisir rambutku.

"Ya?" jawab mama.

"Mama pertama kali jatuh cinta kapan?" tanyaku.

"Kamu lagi jatuh cinta ya Kee? Sama siapa, Kee? Sama si Gibran?" ucapan mama hanya aku respon dengan senyum malu-malu. Aduh, kenapa aku kayak gini??

"Gini ya Kee, mama ngga ngelarang kamu buat deket sama siapapun. Pesen mama, kamu jaga diri kamu baik-baik. Terus deketnya sama cowok yang baik-baik juga. Yang bisa jagain kamu. Karna mama sama papa nggak akan pernah ngebiarin kamu nangis, apalagi soal cowok. Karna sampai kapanpun, walaupun nanti kamu punya cucu sekalipun, kamu tetep putri kecil mama sama papa. Oh iya, dari kapan suka sama Gibran? Mama liat-liat, kayaknya Gibran anaknya baik. Ganteng lagi." ucap mama lagi sambil mencolek daguku.

"Apaansih ma."

"Lah, kok apaan? Mama kan nanya, sukanya dari kapan?"

"Dari awal masuk SMA, ma. Waktu mos." ucapku mengingat-ingat masa itu.

"Dan sampai sekarang kamu masih nungguin dia?" tanya mama terlihat tak percaya.

"Iya."

Mama hanya tersenyum penuh arti lalu menyuruhku untuk keluar. Aku menuruni tangga dengan mama di depanku. Dapat kulihat dari sini papa, kak Ryan, dan Gibran berbicara sangat akrab.

"Papa." teriakku pada papa lalu menciumnya.

"Hai, cantik." ucap papa mencium pipiku.

"Oh iya, pa. Papa kenalkan sama Gibran?" tanyaku pada papa sambil menaikkan sebelah alis.

"Kenal. Waktu itu papa ketemu dia di gerbang, waktu mau permisiin kamu. Tapi papa ngga sempet masuk karna papa dapet telfon penting waktu itu. Jadi papa liat Gibran, terus papa minta tolong sama dia buat bilangin ke guru piket kamu. Gimana nak Gibran, udah dibilanginkan sama guru piketnya??" Tanya papa pada Gibran.

"Udah kok om!" jawaban Gibran membuatku mengernyit heran.

Udah dibilangin??

Vomment kalian selalu buat aku semangat:"
Keep vomment yaa:)

KeenanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang