Jakarta, Juli 2009.
Semakin sering orang-orang menyampaikan kalau Fabian menyukai ku, maka semakin sering juga dia menundukan kepalanya saat kami berpapasan, bagiku itu agak membingungkan tapi aku berpura-pura baik-baik saja, suatu hari Tunggal bertemu lagi denganku saat akan makan malam, dan dia menyampaikan lagi kalau misal Fabian menyukaiku, kemudian aku memberanikan diri untuk menjawabnya,
"Ya udah mas, kalau misal mas Fabian suka, suruh dia bilang langsung, gak usah disampein sama orang lain terus, dia kan bukan anak kecil" jelasku berusaha menjelaskan dengan pelan
"Mba Niran suka juga ya sama Fabian?" tanya tunggal padaku
Aku melihat raut wajahnya berubah, seperti sedih tapi mungkin bukan itu, karena bukankah seharusnya dia senang kalau orang yang disukai sahabatnya, merespon balik sahabatnya itu.
"Bukannya mas Fabian yang katanya suka sama aku" tanyaku balik sembari menutup kegugupanku.
"Hahaha" tiba-tiba Tunggal menertawaiku
"Lah kenapa mas? kok ketawa" tanyaku aneh melihat tawanya
Lalu dia menjawab "Mba niran lucu banget kalau lagi gugup, keliatan ya kalau kita ini memang seumuran" jelasnya masih tertawa
"Apaan sih mas Tunggal, gak ada hubungannya kali sama umur" bantahku tidak setuju namun ikut tertawa juga mendengar ucapannya
"Mba niran, kita kan seumuran kenapa sih manggil ke kita semua mas?" lanjut bertanya dengan pembahasan yang berbeda
"Kan kalian duluan yang manggil aku mba, ya jadi aku panggil kalian mas dong?" jelasku membela diri
"Kalau kita kan gak enak kalau manggil nama karena mba niran kerja dikantor yang mengurus kami semua disini " jelas Tunggal padaku
"Ya aku sebagai orang timur melakukan tata krama yang seharusnya, kalau ada yang manggil mba artinya aku harus manggil mas juga dong biar sopan" jelasku tertawa
Tunggal memang lebih ceria dan berani dibanding Fabian, ketika berbicara dengannya terasa lebih santai, seperti dengan seorang teman.
"Mba niran, ternyata cowok yang mba niran lagi suka itu Fabian ya?" kembali dia bertanya dengan membasah topik yang pertama
"Aku tahu kok mba, kalau ada beberapa temenku yang udah nembak mba niran kan? dan jawaban mba niran kalau mba lagi suka sama orang lain jadi gak bisa terima mereka, apa orang lain itu Fabian?" lanjutnya bertanya untuk meyakinkan keingintahuannya
"Itu harus dijawab ya?" tanyaku lagi menggoda rasa penasarannya
"Harus dong kan aku mau tahu" jawabnya tanpa ragu
Aku hanya tertawa dengan rasa penasaran tunggal menunggu jawabanku, namun aku tidak menjawabnya dan langsung menyuruhnya untuk belajar, karena jam belajar malam sudah dimulai.
"Oke tanya jawabnya sudah selesai, sekarang waktunya belajar lagi" jelasku meledeknya sambil berlalu dan masuk ke asrama.
Malam harinya ketika aku sedang berada di dalam kamar asrama, sebuah pesan chat dengan nomor baru masuk
"Hai mba niran, ini aku Fabian, maaf malam malam mengganggu istirahatnya" tulisnya singkat.
Benar saja dia mengirim pesan, sesuai yang aku katakan pada Tunggal, lalu masuk lagi pesan baru
"Mba niran, si Fabian udah chat ya" emo tertawa terkirim di pesan chat itu,
Ya kalau chat yang ini jelas dari Tunggal, karena nomor Tunggal bukanlah nomor baru di handphoneku, ada beberapa kali dia mengirim pesan menanyakan soal kegiatan kampus, pembayaran atau lainnya, tapi untuk Fabian ini adalah pertama kalinya dia mengirimkan pesan ke handphoneku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senjaku di Jakartamu
RomanceNiran Dilara adalah gadis 18 tahun yang baru saja lulus dari SMK (Sekolah Menengah Kejuruan), dia berasal dari sebuah kota kecil di daerah Jawa Barat, dan memutuskan untuk bekerja di kota Jakarta pada sebuah Kampus Akademi Keperawatan sebagai jalan...