Tsania membuka pintu cafe yang terlihat sepi. Ini baru jam delapan pagi dan cafe ini memang baru buka.

Seorang pelayan langsung menyambut Tsania dengan ramah.

"Silahkan Kak, mau pesan apa?"

"Maaf kak, saya kesini bukan mau pesen minum atau makan."

"Terus kakak kesini ada urusan apa ya? Ada yang bisa saya bantu?"

"Saya mau ngelamar kerja disini. Katanya cafe ini lagi butuh karyawan ya?" tanya Tsania dengan hati hati.

"Oh iya betul kak, kebetulan memang cafe ini lagi butuh karyawan. Sebentar ya kak, saya panggil dulu atasan saya. Biar lebih enak ngobrol sama Kakak nya. Kakak bisa duduk dulu." jawab pelayan itu sambil mempersilahkan Tsania duduk dan berlalu untuk memanggil atasannya.

Tsania memilih duduk di kursi pojok, agar nanti kalo ada pembeli datang pun, obrolan Tsania dengan sang atasan cafe ini tidak terganggu.

Mata Tsania bergerak melihat lihat suasana cafe ini. Sesuai dengan namanya, Cafe Biru, cafe ini dominan dengan warna biru langit. Cafe ini lumayan luas dengan berbagai macam spot foto yang telah disediakan oleh pemilik cafe untuk menarik perhatian pengunjung. Hiasan dinding seperti quotes dan rak dinding yang diisi hiasan pot bunga kecil, menambah keindahan cafe ini.

Terlalu tenggelam karna menikmati suasana cafe, Tsania bahkan tidak sadar kalau seseorang telah duduk di depannya.

"Ekhem." Seseorang itu menyadarkan Tsania dari lamunannya.

Tsania tersentak saat sebuah suara menyadarkannya dan seorang lelaki memakai jas putih telah duduk di depannya.

"Lo Tsania kan?" tanya lelaki itu.

Tsania memperhatikan wajah lelaki itu karna seperti tidak asing, "kamu temennya orang yang suka gangguin aku di sekolah kan?"

Lelaki itu sedikit tertawa mendapat pertanyaan seperti itu.

"Iya, lo bener. Gue temennya Raymond. Kenalin, gue David, pemilik cafe ini."

David mengulurkan tangannya untuk mengajak Tsania berkenalan, namun Tsania membalasnya dengan menyatukan kedua telapak tangannya  di depan lehernya.

David menarik kembali uluran tangannya dan merasa awkward.

"Katanya lo mau ngelamar kerja disini. Bener?" tanya David sambil meletakkan kedua tangannya di atas meja.

"Iya. Aku tau info nya dari internet, katanya cafe ini lagi cari karyawan. Eh ga tau nya pemiliknya kamu."

"CV nya lo bawa?"

Tsania mengangguk sambil mengeluarkan sebuah amplop coklat dari dalam totte bag nya lalu memberikannya pada David.

David menerima amplop coklat itu, "nanti gue baca CV lo. Banyak berdoa aja semoga lo yang diterima disini."

Tsania tersenyum sambil mengangguk. Matanya kembali melihat lihat suasana cafe, "kamu jago juga ya dekor ruangan."

David hanya tersenyum tipis, "terima kasih."

"Btw, alesan lo pengen kerja disini apa? Kan lo masih harus sekolah."

Pergerakan Tsania terhenti dan matanya melihat David yang sedang melihatnya.

"Aku pengen bantu ekonomi keluarga. Seenggaknya, aku punya uang sendiri dan gak minta lagi sama orang tua."

"Emang lo tinggal dimana? Dari sini jauh?"

"Sekitar sepuluh menit kalo naik angkot."

Suasana menjadi hening. Keduanya saling diam karena tidak tahu harus membahas apalagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TSANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang