"Ra, lu ngapa anjir? Woi! Ra! Awas ya, ampe budeg beneran aja lu! Gue doain... kupingnya Rania—"
"Apa, siiiih? Apa haaaa?" Yang dipanggil meladeni panggilan temannya tanpa energi. Masih konsisten menelungkup di meja.
"Lu ngapa ngejogrog baeee? Loyo banget bawaannya. Di-ghosting lagi sama yang kemaren, hah?" tembak Shayla seratus persen valid karena langsung dikonfirmasi yang bersangkutan,
"Tuh lu tau."
"Buset." Shayla sampai terkekeh geli, sudah tak heran lagi. "Kagak ada kapok-kapoknya lu, ya."
"Dia duluan, La, yang ngajak ribut!" Rania mulai menegakkan badan, terpancing. "Ya udah ya, gue ladenin lah. Siapa yang gak emosi coba, kalo dituduh-tuduh gitu? Endingnya dia yang ngilang, deh. Bagus, lah. Buang ke laut aja sekalian."
Shayla geleng-geleng tak habis pikir. "Lagian bocah demen banget pacaran virtual, anying. Gak ngerti lagi."
Rania membantah tak terima, "Lah, buktinya seru??? Gue bahagia punya pacar—"
"Modal ketikan."
"Sorry?" Yang disindir melotot tak terima.
"Lu seneng tapi ujung-ujungnya tetep galau, mah, buat apa."
Rania melengos tak selera. "Tinggal cari yang lain biar seneng lagi. Gampang."
"Bener-bener ya, nih, anak."
"Elu dong, La, buruan punya cowok." Giliran ia yang me-roasting. "Gak bosen mantengin screenshot-an gue sama pacar gue tiap malem?"
"Dih? Ngapain amat pacaran, tapi virtual. Cemen!!! Gak ada yang bisa dielus-elus lah, digandeng lah. Apaan, emang lu mau nyium layar HP?" Bibir Shayla kontan mengerucut.
Rania menoel gemas pipi temannya. "Ya, gak yang virtual juga, dodol! Gua, kok, diikutin. Apa mau gua cariin kandidatnya, nih?"
"Kagak-kagak, ah. Ogah amat." Shayla melambaikan tangannya tanda tak minat. "Cowok gak bener ntar yang ada kalo diseleksi sama elu mah."
"Ngeremehin banget mbaknya."
"Tipe cowok gua gak yang kayak lu, sih, Raaaa." Shayla melipat tangan, merasa lebih unggul.
"Emang kayak gimana, sih, tipe cowok gue?" Rania sok-sokan bertanya.
"Yang gak jelas bentukannya kayak gimana."
"Tai lu!" Rania praktis tersinggung tapi tak pelak menerima fakta. Tak mau diserang, Shayla malah bangkit dari duduknya dan berlari kecil menuju pintu, jadilah Rania ikutan bangun untuk mengejarnya. "Heh, sini lu jan kabur! Sembarangan lu, ya!"
Shayla menghentikan langkah. "Eh, tuh bukannya Nadel?"
"Mana?" Rania yang baru sampai di samping Shayla langsung celingukan, mengikuti arah pandangnya.
"Ituu, woi Nad! Nadeeeeel!" Shayla memekik cukup kencang padahal yang dipanggil pun sudah menyadari keberadaan mereka, Rania sampai melindungi telinganya dengan telapak tangan. "Gue kira lo gak masuk, Nad. Dah sembuh?" Shayla merangkul Nadel, membawanya masuk kelas diikuti Rania.
KAMU SEDANG MEMBACA
We're Not Really Strangers
RomanceHe said, "I love you." Such a biggest lie, isn't it? I already knew he didn't mean it. I said, "Just take back your words and throw it to another girls, Dickhead." Started, June 27th of 2024. Written in Indonesian. © 139zahraas, 2024.