Kapan Sampai

43 9 5
                                    

Bangun kembali, yang dirasa tubuh berhenti diam kesakitan seperti terkilir di tempat duduk kursi kereta pukul sepuluh malam ini. Dua pemberhentian, di depan tidak ada orang dan Dazai bosan. Lagu yang diputar terus berulang sementara ia selalu bertanya kapan sampai?

Yokohama selalu berkata pulang tapi Tokyo apa kabar? Dazai sudah lama tidak bersua pun juga sebenarnya tidak ingin pergi ke sana jika rasa bosannya ini datang dengan tiba-barusan.

Yang dirasa kembali sepi,
Kembali sendiri,
Kembali,



Berdiri.

Dazai memindahkan diri ke bagian pintu kereta yang masih tertutup sembari melaju. Sandarannya dingin, tapi tidak perlu sampai jadi prihatin. Yang lain sibuk sendiri, pun juga Dazai di sini seperti manusia mati—lebih anehnya lagi, ponco itu, yang dikenakannya kini semakin dingin. Dan kenapa itu terjadi? Tidak tau, sih.

Mungkin karena mimpi buruk tadi.

Pemberhentian terasa lama sementara mimpinya masih terbayang di wajah. Sedemikian rupa kebosanan yang tidak akan pernah hilang, serta tawa lainnya yang dipalsukan.

Sebenarnya tidak perlu pura-pura bahagia untuk merasakan sedih yang sebenarnya

Perbannya juga basah, peluh keringat turunnya cepat tapi hatinya berdetak lamban tanpa minat. Dalam benak mengulang memori ulasan yang lalu sedari tadi, seperti; Apa kabar Odasaku di dunia lain? Apa Chuuya bisa tidur malam ini? Dan apa yang harus kulakukan agar bisa mati?

"Tapi sungguh, aku rindu diriku atau aku rindu wajahmu?" begitu bisiknya pelan tak terdengar pada kaca yang menampilkan siluet wajah samar di sana.

"Tidak tau. Sungguh."

Lampu tentu menyala dengan baik, tapi bagaimana dengan mata redup bak kehilangan dirinya lagi?

"Aku tidak bisa tidur,
rindu rumahku,
dan hanya ingin berada—

di sampingmu."

Biru merambat, perasaan hampa, tidak berkutat, dia yang berperban di mata berteriak di hadapannya. Terus meminta maaf, menyalahkan dirinya hingga di akhir Dazai lihat darah yang menetes di mata terus bermuara tanpa jeda.

Semua yang hilang tidak kembali dan semua yang baik atau buruk itu pun nampak sama hingga akhir. Seperti keambiguan Tuan Berambut Cokelat hari ini di kereta yang masih belum berhenti.

Apa Dazai terbangun? Atau itu hanya mimpi buruk?

Atau mungkin keretanya tidak pernah sampai. Karena Dazai tidak pernah berangkat.


Dan kapan sampai?
Apa kamu menunggu pintu surga terbuka
atau
menerima neraka dengan seluruh isinya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tokyo.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang