02

22 4 2
                                    

Seumur-umur baru kali ini Summer naik motor KLX. Tidak tahu tipe apa yang jelas ini tinggi. Summer malu karena harus dibantu Rain terlebih dulu. Gadis berambut panjang itu memegang jaket yang di pakai Rain. Karena motornya Rain ini tidak memiliki pegangan di belakang kursi penumpang seperti motornya Hana.
 
"Lo mau makan dulu gak, Mer?"
 
"Haaaah?! Apaaa?!!!?"
 
"Laper gak???!!"
 
"Hah??!!! Iyaa!!!"
 
Summer asal menjawab. Padahal dia tidak tahu apa yang sedang di bicarakan Rain. Jalanan terlalu bising untuk sekedar mendengarkan perkataan Rain barusan.
 
Tidak lama, Rain menepikan motornya di sebuah warung Mie Ayam Wonogiri.
 
"Lo makan di warung gini gak alergi kan?" Tanya Rain.
 
"Perut gue seleranya warung kok" jawab Summer kesal. Lalu berjalan mendahului Rain.
 
Rain tidak tahu saja bahwa Summer ini suka makan lalapan dan warung seafood di pinggir jalan.
 
Setelah memesan, mereka duduk di meja lesehan. Summer langsung mengambil botol saus dari dalam tasnya yang membuat Rain tersenyum tipis.
 
"Kenapa bawa saus sendiri?"
 
"Dulu pernah keracunan saus basi" jawab Summer.
 
Saat pesanan datang, Summer langsung mengambil sumpit 2 pasang lalu di lap dengan tisu.
 
"Ini Rain, udah gue lap"
 
Rain tersenyum menerima sendok garpu yang sudah bersih itu. "Makasih, Summer"
 
Summer makan dengan lahap tanpa tahu bahwa Rain sesekali meliriknya.
 
Rain sadar bahwa Summer ini cantik sangat cantik malahan. Makanya dia di juluki Putri Musim Panas. Yang membuatnya berpikir dua kali untuk mendekati gadis itu hanya satu.
 
Status sosial.
 
Rain memang berasal dari keluarga mapan. Pemuda itu juga sudah di belikan mobil oleh Papanya. Hanya saja levelnya berbeda dengan Summer.
 
Kalau Rain ini kaya raya, maka Summer adalah crazy rich. Ibarat kata Rain itu Atta dan Summer itu Sisca Kohl. Begitulah perbandingannya.
 
Setelah selesai, Rain membayar pesanannya sedangkan Summer sudah menunggu di samping motor.
 
"Pacarnya Mas?" Tanya si penjualnya. Mang Joko sudah hafal dengan Rain dan keluarganya karena menjadi pelanggan di warungnya sejak beberapa tahun yag lalu.
 
"Beda, Mang"
 
"Beda agama?"
 
Rain menggeleng samar. "Beda kasta"
 
"Mas Rain ini sukanya merendah untuk meroket ya"
 
Rain hanya tertawa.

"Makasih ya Pak" kata Rain lalu memberikan uang 3 ribu pada tukang parkir.
 
"Udah langganan di sini ya Rain?" Tanya Summer sambil memakai helm yang di pinjami Harris.
 
"Iya, keluarga gue sering makan di sini"
 
Mereka bergegas pulang saat rintik hujan mulai jatuh ke tanah. Summer sedikit bersyukur hari ini memakai celana dan kemeja hitam.
 
"Mer, lo pake jaket gue aja yaa?"
 
"Hah??!! Gimanaaa?!!"
 
Rain menghela napas lalu menepikan motornya di pinggir jalan. Dia melepas jaketnya kemudian mengulurkannya pada Summer. "Pakai. Ini namanya manner jadi jangan di tolak"
 
Summer tersenyum tipis. "Makasih, Rain" ia lalu memakai jaket Rain yang kebesaran di badannya.
 
"By the way, ini matahari terik tapi kok hujan ya" gumam Summer pelan.
 
"Ini namanya Summer Rain karena sekarang lagi musim kemarau tapi malah turun hujan"
 
Setelah mengatakan itu, Rain kembali menstater motornya. Mukanya merah padam. Jantungnya sedikit berdebar dan batinnya mengumpati mulutnya karena mengatakan kalimat cheesy seperti itu. Dia lupa kalau nama mereka jika di gabung itu berarti Summer Rain.

'Mulut anjing!' Batin Rain.

Sedangkan di kursi belakang. Summer sudah senyum-senyum tidak jelas.
 
Summer Rain yah.
 

...
 


Sekitar 30 menit mereka sampai di sebuah kawasan elite. Rumahnya besar-besar seperti istana. Rain jadi merasa insecure. Mereka akhirnya tiba di rumah putih dengan pagar warna emas tinggi menjulang. Ada pos satpam di dekat pagar.
 
"Loh, Non Summer kok malah hujan-hujanan?" Kata salah satu satpam dengan panik sesudah membuka pagar.
 
"Sekali kali, Pak" 

Rain tersenyum pada kedua satpam yang ada di pos lalu melajukan kembali motornya memasuki pekarangan rumah Summer yang luas. Saat sampai di depan teras. Summer turun dari motor, ia lalu melepas helmnya. "Mau mampir dulu gak, Rain? Baju lo basah"

Rain tersenyum lalu menggeleng. "Gue mampir kalau baju gue udah kering aja"
 
"Hah? Maksudnya?" Tanya Summer tidak mengerti.
 
"Kapan-kapan gue main kesini, Summer"
 
"O-okay. Makasih ya Rain"
 
"Gue balik duluan"
 
"Hati-hati Rain"
 
Rain mengendarai motornya keluar dari rumah Summer. Sebelum itu, dia sudah mengucapkan terima kasih pada satpam di rumah Summer. Entah kenapa, baru sekarang dia merasa berbeda saat dekat dengan Summer. Apa karena gadis cantik itu mengungkapkan perasaannya kemarin ya?
 
Rain tiba di rumahnya setelah 20 menit perjalanan. Jalanan macet dan kebetulan Rain tidak bisa nyelip sana sini. Dia memakirkan motornya di garasi lalu masuk ke dalam toilet untuk mandi.
 
10 menit kemudian Rain sudah selesai dengan acara mandinya. Dia membuka ponsel dan tidak kuasa untuk menyengir ketika melihat chat dari gadis yang menguasai pikirannya sejak tadi.
 
Summer :
Rain, jaket lo udah gue cuci. Besok gue balikin ya
 

Rain :

Lo yang nyuci atau si embak yang nyuci? 

Summer :
Si embak kok hehe
 

Rain :

Besok gue ada kelas siang. Kita ketemu di kantin aja gimana? 

Summer :
Okay Rain
Rumah lo hujan gak?
 

Rain :

Udah terang. It's hot here like summer
Rumah lo masih hujan?

 
"Tangan anjing!" Maki Rain kesal. Dia ingin menarik pesan itu tetapi percuma karena Summer sedang mengetik. Itu artinya Summer sudah membaca pesannya. 

"Dasar tangan goblok!"
 
Kenapa sih harus mengetik chat seperti itu? Tapi balasan dari Summer membuat pikiran Rain kosong seketika.
 
Summer :
It's still raining here. But i like it

Tbc

Summer Rain - JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang