Prolog

19 2 0
                                    

PERHATIAN!
[Semua nama karakter, tempat, peristiwa, latar waktu, dan lain sebagainya dalam cerita ini adalah fiksi!
Sama sekali tak bermaksud menyinggung pihak manapun, dan hanya bertujuan untuk menghibur.]

     "CANDRAAA!!!"
     "Dra! Candraaa!!!"
     "KAU DIMANA?!!"

     Rendy, Thoriq dan Dani, tak terkecuali Riska dan Sherlin terus berteriak mencari temannya yang masih belum ditemukan. Tim SAR gabungan juga sedang berusaha mati-matian membongkar reruntuhan bangunan demi mencarinya dan masih juga tak menemukan Candra.

     "Gimana nih? Candra belum ketemu juga."
     "Eh, kamu sudah ngabarin Ibunya Candra belum?"
     "Sudah, sama Bapaknya juga. Cuman belum centang dua, nih."

     Pencarian terus dilakukan. Untuk memeriksa mereka berlima, Rendy, Thoriq, Dani, Riska, dan Sherlin dibawa kerumah sakit kendati ingin membantu mencari temannya, Candra. Namun, anehnya mereka berlima tak ada yang mengalami luka ringan maupun berat. Dokter keheranan, begitu juga para tim gabungan yang menerima laporan tersebut.

     Hingga surya perlahan terlelap, udara sejuk menusuk tajam para tim yang sedang gencar-gencarnya mencari Candra diseluruh sudut area taman hiburan, namun hasilnya masih nihil.

      "Aku salah, ninggalin Candra didepan komedi putar." ratap Riska dengan mata yang terus melihat berita di televisi kamar rawatnya, menunggu kabar dari Candra yang berharap segera diumumkan.
     "Nggak, nggak ada yang salah. Seharusnya kita juga mati waktu Asteroid itu menghantam! Anehnya, kita masih hidup dan sama sekali nggak terluka. Ini nggak masuk akal!" pungkas Rendy.
     "Aku berharap hal yang sama terjadi pada Candra." sahut Dani.

     [Sehari sebelum peristiwa terjadi.]

     "Di-dimana ... aku?"

     Perlahan, aku membuka mataku. Melihat bahwa aku sedang berada dalam suatu bidang datar yang didominasi warna putih. Namun, pandanganku terbatas. Layaknya suatu ruangan hampa yang biasa disebut "The Void".

     "Aku Dewantara. Aku tau, aku bisa membawamu kembali."

     Muncul suara misterius. Dari kejauhan, terlihat siluet sesosok pria berjubah yang sepertinya pemilik suara yang baru saja terdengar.

     "Apa maksudmu?! Siapa kau yang disana?!"
     "Kau tau? Kau sedang tidak nyata. Disini bukan tempatmu."
     "A-apa maksudmu?!"
     "Hipotesis dunia paralel, aku tau itu, itu nyata. Dan, kau ada dalam bagian dari itu."
     "Du-dunia paralel?"
     "Semua memorimu palsu, Candra." tegas suara misterius itu.
     "Pa-palsu?"
     "Akan aku tunjukkan jalan keluar. Semakin lama kau disini, semakin kacau dunia asalmu."

     Secara tak sadar, Candra mengulurkan tangannya mengarah pada suatu sudut bidang yang gelap, menerima pernyataan Dewantara, sang penjelajah dimensi (katanya).
     Sosoknya masih tak terlihat jelas oleh Candra. Namun, dalam mimpinya ini ia berfirasat sesuatu akan terjadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Realitas Paralel [Off]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang