Prolog

22 5 2
                                    


Perpustakaan

Permainan kata yang keabu-abuan, kilas balik setiap plot yang sudah terlewat membuatnya semakin abu.

"A?"
Membuat kerutan dahi yang bisa dihitung.

"Amif?"
"Who?"

Beralih karena tidak ada reaksi, jari indah lentik itu masih sibuk mengotak-atik balok kayu kecil bertuliskan masing-masing huruf abjad yang harus disusun menjadi sebuah kalimat. Aturannya harus menemukan 3 kata.

Mengeja dengan percaya diri setelah menemukan petunjuk di halaman 980.

"D-I-A-M-O-N-D" ada sekilas senyum yang menyungging di bibir kecilnya.

Ia mulai berpikir lagi dan mencari petunjuk lain dengan terus membaca bukunya.

"Ah! Rose?"
"Mmm, White Rose?. Tapi gada huruf T".

Halaman 789

Black but red

"O my gosh, Baccara mmm? Rose Baccara?!"

Sigap menyusun balok kayu.

"B-A-C-C-A-R-A" senyum nya makin tak terkendali.

Tersisa 4 balok kayu yaitu F, M, A , I.

Masuk kedalam alur permainan, ia terus menggeser-geserkan baloknya.

"Amif, mifa, mafi, fima?, AHH?!". Terkejut dengan akhir ucapannya tadi.

Ternyata buku memberikan reaksi dengan mengeluarkan cahaya putih berkilau.

Dengan ragu mengeja sambil seksama memperhatikan reaksi yang bisa saja terjadi dari buku yang sedang ada di genggamannya saat ini

"F-I-M-A"

"Fima Baccara Diamond" dengan lantang.

Sssstttt

Layaknya lentera yang menerangi keabu-abuan ini. Akhirnya...

FimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang