Stikwithu

18 1 0
                                    

Rasa kesal sudah menyelimuti tubuhku, mungkin saja. Aku merasa memiliki keluarga gak lebih baik, walaupun aku cuma punya Jody Handayani sendiri.

Aku menghela nafas panjang, sangat panjang.

Aku  tinggal di rumah orang tuaku seorang diri, bukan, juga ada Jody Handayani sebenarnya. Walapun dia lebih sering bekerja, lembur dan menikmati diri sendiri dengan kesibukannya.
​Aku gak perduli, dengan kehidupannya terlebih karena semua sikap kasarnya padaku. Tidak ada seseorang yang begitu tahan mengejek, mungkin lebih tepatnya melecehakan adiknya sendiri selain Jody Handayani di dunia yang besar ini.

​Sungguh menjengkelkan memang, ketika kedua orang tuaku sudah tidak ada lagi, mereka tidak kembali ketika suatu malam dalam kecelakaan fatal. Sebenarnya gak mudah untuk menerima kenyataan pahit, tetapi yang jauh lebih pahit lagi adalah Jody hadir di rumah ini setelah mereka pergi. Ia merasa bertanggung jawab penuh tentang hidupku. Okey sebagai kakak yang baik, menurutnya.

​Ia dan aku memang berbeda. Ayah mendidiknya dengan keras, semenjak remaja ia sudah tinggal jauh dan mandiri. Memang jauh berbeda denganku yang penuh dengan kasih sayang mereka berdua.

​Dan permasalahan ada pada Jody, Okey kakakku. Ia tidak menerima kondisiku apa adanya. Kakak memperlakukanku semena-mena hanya karena aku seorang gay.

​Satu-satu nya seseorang yang perduli denganku, itu Juan. Aku dan dia belum ada ikatan apapun itu, hanya berteman, kalaupun nanti ada sesuatu, wow beruntungnya aku.

​Namaku Elko, masih bersekolah dan masih perawan, Oh my God, perjaka lebih tepatnya.

​"Apa sih yang kamu pikirkan dari tadi, melamun-melamun gak jelas?"

​Eben berisik disampingku dan mengunyah potato chips sebanyak isi tenggorokannya.

​"Aku--- aku Cuma mikir tentang Jody dan Juan secara bersamaan," jawabku.

​"Kalau kakakmu itu penderitaanmu, no comment, tapi kalau Juan--- komputermu dari tadi kedap kedip kayanya dia balas pesanmu,"

​Anjrit, aku gak sadar, aku mengabaikan Juan.

​Tanpa terasa berjam-jam aku berbalas pesan dengan Juan dan sekarang pukul delapan. Eben sudah pulang beberapa jam yang lalu. Seharusnya kakak sudah pulang, mungkin dia lembur seperti biasa dan tidak memberitahuku apapun, aku sudah terbiasa hidup tanpa nya dan dengan segala makiannya.

​Sudah jam delapan Ju, kakak gak pulang kayanya, aku akan menyiapkan makan malamku sendiri, sampai jumpa besok ya

Tunggu dulu, Juan jemput El, kita makan di luar, atau Juan nginap di rumah malam ini?
​Nggak perlu Ju, jangan repot
​Ayolah, Juan jemput kamu ya

​Aku mengiyakan ajakan Juan, menutup YM dan bergegas untuk penampilan tergantengku demi Juan.

***
​Mataku gak bisa lepas dari Juan selama berada di mobil. Jiwa ini memuji apapun yang ada. Walaupun berulang kali Juan memalingkan pandangannya dengan kebingungan kenapa aku bertingkah aneh dengan memandang seribu kali setiap detiknya. Tapi, dia memang pantas untuk dikagumi, aku menjadi sangat nakal.

​"Kenapa sayang?"

​Juan mengelus lembut pipiku, dan diakhiri dengan cubitan kecil di sela gelapnya lampu penerangan jalan.

​"Gak apa Ju, aku cuma takut kakak pulang dan aku gak di rumah."

​"Ya udah nanti Juan bantu ngomong sama kakak ya," kembali dia mengelus pipiku.

​"Tapi dia bukan manusia biasa, Dia power ranger."

​Juan tertawa dengan santai, dan kembali bercerita tentang banyak hal hingga kami sampai di salah satu Hotel besar di kota ini, kami akan makan disana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Only Mars HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang