A1

0 0 0
                                    

Ditengah keramaian yang begitu melelahkan pandangan. Seorang wanita berparas cantik dengan gaun mini bewarna senada dengan kulitnya yang sawo matang duduk disalah satu kursi mini bar di hotel ternama itu.

Melihat kaum hawa dan adam yang asyik berjoget mengikuti alunan dj yang sedang bergema membuatnya pusing.

Hanya dia yang menepi, menyisihkan diri dari liarnya mata-mata keranjang yang ingin meraupnya dengan rasa laparnya itu.

Membosankan! Batinnya.

Sudah berulangkali  ia menolak untuk ikut acara yang tidak penting baginya ini. Tapi, kekasihnya yang pemaksa itu terus memaksa agar ia hadir diacara itu. Ia masih ingat kata-kata kekasihnya tadi siang.

"Sayang kalo kamu cinta sama aku kamu wajib dampingi aku dipesta malam ulang tahun aku nanti malam. Di hotel Emerald jam 7 aku tunggu kamu dilantai 17. Gak usah bawa kado apa-apa cukup tampil cantik aja itu udah jadi hadiah paling istimewa buat aku." Begitulah ucapan Iqbal kekasih Zeny.

Zeny menghela nafasnya. Ia sangat bosan. Lihatlah ditengah pesta ultah Iqbal lelaki itu pergi meninggalkannya sendirian. Ralat, Zeny yang pergi meninggalkan Iqbal karena tidak tahan dengan  aroma alkohol yang selalu diteguk setiap kali Iqbal bertemu dengan teman-temannya.

"Rey gue kan udah bilang sama lo proyek yang di kalimantan itu biar si Darel aja yang urus. Kenapa lo ngotot banget sih gue yang pegang."

"Dir, gue yakinnya sama lo. Bukan sama Darel. Lagian apa masalahnya sih. Ini kesempatan lo lagi biar bokap gue angkat lo segera jadi Wakil direktur. Lo kan tahu gue gak ahli dalam bidang ini. Gue pengen jadi pengacara Dir. Bukan pengusaha. "

"Ck kalo gue fokus ke perusahaan bokap lo terus perusahaan yang gue rintis gimana dugong?"

"Yaelah sans aja bray, gue yakin lo pasti bisa. Otak lo kan encer seencer air mani gue. Hahahahaha."

Plak "Bangsat luu" maki laki-laki yang bernama Dirga.

Percakapan yang sedikit ambigu itu begitu jelas terdengar ditelinga, Zeny. Sekalipun didepannya sedang ramai namun ia masih bisa fokus mendengarkan karena posisi meja  yang bersebelahan. Ia melirik sekilas ke meja yang awalnya kosong kini sudah bertuan dengan kedua lelaki tampan dengan stelan jasnya yang licin.

"Sayang, kamu kok disini sih. Memangnya susah banget ya duduk manis disebelah aku cuman 2 jam doang kok. Aku malu tahu gak sama teman-teman aku." Suara Iqbal datang mengintrupsi Zeny membuat gadis itu mendengus kesal.

"Kamu apaan sih Bal. Harusnya kamu ngertiin aku dong. Kamu kan tahu aku paling benci sama aroma alkohol. Tapi lihat, kamu malah minum-minuman gak jelas itu. Harus berapa kali aku bilang teman-teman kamu itu bawa pengaruh buruk sama kamu. Tapi gak pernah kamu dengerin. "

"Zen cukup. Aku bosan tahu gak. Tiap kali aku rayain ultah aku. Selalu omongan ini yang aku dengar. Sekali aja Zen. Emang gak bisa ngertiin aku? HAH?!" Iqbal sedikit membentak Zeny, membuat gadis itu bangkit dari kursinya lalu menatap nyalang Iqbal.

"Dengar ya Bal. Banyak kok orang yang ultahnya gak harus dirayain ditempat begini, pakai minum alkohol segala. Yang namanya panjang umur cukup bersyukur sama Tuhan gak perlu perayaan lebay begini. Kalo kamu emang punya banyak duit,  sedekahi bal. Jangan foya-foya gak jelas begini"

"Sekarang gini. Kalo kamu mau tetap gabung sama temen kamu. SILAHKAN Bal. Terserah kamu. Aku mau pulang. "

Dengan langkah mantapnya Zeny beranjak dari tempat yang selalu ia kutuki itu. Meninggalkan kekasihnya yang sudah merah padam menahan emosi. Selalu saja begitu. Pikirnya. Tak mau ambil pusing Iqbal memilih bergabung dengan teman-temannya kembali.

********

"ZENYYYY"

Langkah Zeny beranjak pelan mana kala ia mendengar seseorang memanggil namanya. Ia mengernyit bingung, suara itu bukan suara Iqbal. Lantas siapa yang memanggilnya? Teman Iqbal? Ah rasanya tidak mungkin mengingat Zeny yang tak akur dengan teman Iqbal yang lainnya.

"Zenyyy" panggil orang itu lagi. Membuat Zeny mau tak mau menoleh ke belakang.

"Hai Zennn" ucap lelaki itu dengan nafas yang ngos-ngosan ketika sudah berdiri tepat dihadapan Zeny.

"Di-dirga" ucap Zeny gagap.


After 12 years Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang