My Mind

1.7K 80 2
                                    

 

                Sometimes, you try not to fall in love just because you're afraid of getting hurt. But everyone living with love. No matter how  hard you keep your heart, you will fall in love. You will. -Valerina Julian.

 


                Candy Darwin's POV

               


                Mereka bilang aku adalah gadis paling realistis yang pernah mereka temui. Mereka bilang aku nyaris tidak bisa memiliki rasa iba. Aku terlampau tegas, aku dingin, seperti tidak punya perasaan. Mereka salah. Berkali-kali kukatakan pada mereka. "Aku realistis. Aku memakai otakku." Dan setelah itu mereka hanya geleng-geleng kepala. Memang apa yang salah? Well, kuakui aku tidak banyak mencampur tangankan perasaanku, hatiku, dalam hal-hal yang kulakukan. Aku belajar dari sekelilingku. Aku belajar dari sekitarku. Mereka hancur karena cinta. Mereka hilang kendali karena perasaan mereka yang terlampau kuat mengendalikan mereka. Aku tak mau seperti mereka. Jadi, kutekan hatiku, dan mulai berpikir untuk selalu menggunakan otakku. Melupakan kehadiran perasaan yang ada dalam diriku. Dan sampai sekarang aku tidak tahu apa yang disebut dengan kata hati. Bagaimana bisa hati memiliki kata-kata? Bagaimana bisa hati berpikir seperti otak hingga mengeluarkan kata-kata? Bukankah setiap pergerakan dikendalikan oleh otak? Aku percaya jika perasaan bisa begitu mendominasi diri seseorang, mempertimbangkan segala hal dengan perasaannya. Tapi kata hati? Perasaan bertempat tinggal di hati. Aku tahu itu. Aku tidak bodoh. Tapi sekali lagi, atas dasar apa hati memiliki kuasa untuk memerintah diriku sampai mereka menyebutnya 'kata hati'? Bukankah yang memerintah diriku adalah otak? Otak yang menggerakkan tubuh-tubuhku kecuali hati. Hati. Hmm. Darimana dia berasal? Ataukah hati berarti perasaan? Tapi, tidakkah itu berbeda?

                Namun, sekarang, aku tidak lagi mengabaikan perasaan yang dikaruniakan Tuhan dalam diri masing-masing manusia. Aku tidak lagi menyangkal bahwa aku memiliki perasaan. Ya, seorang Candy Darwin yang notabene sangat-sangat realistis dan terlalu sibuk menggunakan logika, kini memakai perasaannya. Perasaan yang membuatku merasa hangat. Dia orangnya. Lelaki yang kini sibuk men-dribble bola basket, berlari mendekati ring, lalu melompat memasukan bola di tangannya ke dalam ring. Aku bertepuk tangan atas pencapaiannya barusan. Dia memandangku dengan iris coklat madunya, tersenyum manis lalu mengedipkan sebelah matanya sebelum kembali dengan permainannya.

                Meski aku memakai perasaanku sekarang, aku tetap mempertahankan diri untuk selalu menggunakan logika. Aku hanya perlu menggunakan perasaanku saat bersamanya, atau saat aku melakukan hal-hal untuknya. Tapi selebihnya, tidak. Aku akan mempertahankan otakku. Karena otakkulah aku kuat, karena otakkulah aku hampir tidak pernah jatuh. Tapi, pesona yang lelaki itu miliki, tak membuat otakku  mampu membendung pertahananku. Intinya, aku seperti takut jatuh cinta. Tapi nyatanya, aku jatuh. Aku mencintainya pada akhirnya setelah otakku berhasil kalah dengan perasaanku. Otakku gagal menyelamatkanku. Atau akulah yang berusaha membuat perasaanku menang?

                Masih terpatri jelas di otakku bagaimana dulu dia pertama kali mendekatiku. Menunggu di luar kelas, bersandar pada dinding kelasku. Dan saat kelasku selesai, tepat saat dosenku keluar, dirinya masuk, mengalihkan perhatianku dan juga beberapa temanku. Saat itu sama sekali tak menyangka bahwa tujuannya adalah aku. Merasa bingung dan merasa bahwa kehadirannya bukanlah urusanku, aku melanjutkan langkahku yang tertunda. Namun tubuhnya secepat kilat berpindah ke depanku, menghadang langkahku yang hampir mencapai pintu. "Kau Candy?" tanyanya padaku saat itu. Hanya dua kata itu yang saat itu keluar dari bibirnya. Aku mengangguk karena memang benar, akulah Candy. "Aku Justin." Lanjutnya lagi, memperkenalkan namanya. Tapi yang saat itu terlintas di kepalaku bukanlah respon perkenalan. Namun pertanyaan untuk apa dia menyebutkan namanya. Aku memandangnya aneh saat itu.

My Mind [Justin Bieber Oneshoot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang