02. Gara-Gara Gibran

130 23 3
                                    

"Semesta bercanda mempertemukan kita dalam sebuah rasa. Aku yang buta aksara terkagum padamu yang mengajarkan ku metafora."
-Setya Agung Wirdana-

***

"kamu menyukai loka adik saya?"

"Saya ..."

•##

"Saya tidak tau Bim. Jujur saja, saya sedikit tertarik pada Amira. Tapi perasaan saya belum sampai sejauh itu, tenanglah." Setya mencoba menjelaskan.

"Jikapun saya nanti mencintai Amira, saya tidak akan mengecewakan nya. Saya tidak akan bermain main, kamu bisa pegang janji saya itu Bim."

Sorot mata mengintimidasi milik Abimanyu itu mulai mengendur. Menghela nafas berat, "saya tidak melarang kamu untuk mencintai ataupun mendekati adik saya, Setya."

"Saya hanya sangat melarang jika kamu hanya ingin bermain-main dengannya. Amiraloka adalah wanita yang paling saya cintai dan jaga setelah bunda saya. Saya hanya tidak ingin adik saya menangis karna dipermainkan pria biadab manapun." Bima menjelaskan

Setya tersenyum, ia tau. Bagaimana perlakuan bak ratu Bima kepada Amira, sudah terlihat sangat jelas jika Bima adalah sosok kakak yang baik. Menjaga sepenuh raga Amira.

"Saya tau, jika saya jadi kamu pun saya pasti akan bertindak seperti itu. Kamu berhak melakukan itu Bim." Ujar Setya menepuk bahu Bima menenangkan.

Galuh, dan lainya hanya bisa berdiam menyaksikan. Mereka tau, ini bukan hal yang bisa untuk mereka campuri saat ini.

"Saya pegang ucapan kamu tadi Setya, jika memang benar suatu saat kamu mencintai Amira, dan kamu berhasil membuat dirinya jatuh cinta kepadamu namun kamu menyakitinya bahkan seujung jari tidak akan kumaafkan Setya, camkan baik-baik itu."

***


"LOKA!!"

Teriakan melengking itu terdengar di koridor fakultas kedokteran, memanggil gadis yang berhenti di depan sana.

Gadis lainya yang memanggil itupun berlari mengabaikan beberapa orang yang menggerutu karna kaget teriakannya tadi.

"Hah... Hah... Hah.." masih berusaha menormalkan nafasnya yang tak beraturan.

"Kamu dipanggil daritadi kenapa nggak nyaut sih!!" Kesal gadis itu.

"Hehe, nggak denger aku kak. Lagian badan kakak kecil banget jadi nggak keliatan, kirain tadi ada setan' iseng ngerjain aku."

"Amiraloka Surya, mau kakak tabok ya kamu?"

Inilah cobaan pagi hari, menghadapi adik kelas semacam Amiraloka adalah bencana. Ada saja yang bisa membuat nya merasa naik darah. Walau tak dipungkiri juga, terkadang Amira pula yang bisa mengembalikan mood nya kesedia kala.

"Lagian kak Indy ngapain sih manggil aku, kayaknya laporan praktek kemarin udah aku kasih deh ke kakak." Bingung loka menatap Indy polos.

Sudah sangat kesal dengan kelakuan adik kelasnya ini, Indy tak segan saja langsung menjitak kening loka.

"Aduh! Sakit kakak!"

"Kamu itu pikun atau apasih Loka, laporan praktek nya itu dikumpulin langsung ke Bu Mirna, bukan kamu kasih ke saya!!" Kesal Indy memberikan satu buah map kepada loka.

Setya & AmiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang