June 15 , 2016
Aku melihatnya dengan bibir setengah terbuka. Sejenak duniaku terhenti. Jantungku bak berhenti berdetak. Aku bahkan tidak bisa berhenti melihat laki-laki berkacamata hitam itu seolah ada mangnet di dalam diri laki-laki itu. Dengan pakaian serba putih, laki-laki itu lebih terlihat seperti pahatan yunani yang sempurna, tetapi tunggu. Sesuatu mengangguku. Laki-laki itu bahkan tidak bergerak sedikitpun. Tatapannya tidak beralih dari peti mati yang akan segera diturunkan di liang kubur.
Siapa dia? Gumamku dalam hati
Tangisan para keluarga mengembalikan duniaku yang hampir 'tersesat' dibalik sosok laki-laki tersebut. Kubasahi bibirku kemudian kembali melanjutkan pekerjaanku yaitu menangis sejadi-jadinya. Ini bukan hal yang sulit bagiku. Pekerjaan turun temurun ini dimulai oleh nenek moyangku dan menjadi warisan hingga saat ini.
"Tjie Tjie .... Hiks hiks hiks. Kenapa kamu tinggalkan kami seperti ini..." teriakku sambil meneteskan air mata.
Semua orang disekelilingku juga turut menangis dan aku tidak tinggal diam. Kuremas pakaian serba putihku sambil memukul lantai untuk menghebohkan suasana pemakaman. Jujur, aku tidak menyukai pekerjaanku yang dianggap sebagai warisan itu tetapi aku tidak punya pilihan lain. Latar belakang pendidikanku tidak memungkinkanku untuk bekerja di perusahaan besar. Menangisi orang meninggal adalah satu-satunya jalan yang paling efektif bagiku.
Ditengah-tengah tangisku yang histeris, aku menyergit, merasa diperhatikan. Kemudian dengan dorongan yang entah berasal dari mana, aku berbalik, mencari-cari sesuatu yang seperti sedang memperhatikanku. Aku semakin binggung dan bulu kudukku mulai merinding. Semua orang sibuk menangis. Siapa yang memperhatikanku?
Kedua mataku bergerak mengelilingi pemakaman mewah itu dan menemukan laki-laki pahatan yunani itu masih berdiri dengan tegang disana. Rahang laki-laki itu mengeras dan entah mengapa perasaanku tiba-tiba menjadi tidak enak. Ada apa ini? Mengapa aku merasa seperti diperhatikan laki-laki itu?
Aku menggeleng, mencoba menjernihkan pikiranku kemudian kembali melanjutkan pekerjaanku dengan hati yang was-was.
***
BAB 1
Aku duduk termanggu saat teman-temanku sedang asyik bercerita mengenai kegiatan mereka selama sebulan terakhir. Rasanya aku menjadi tuli karena tidak berhasrat mendengar cerita mereka sama sekali. Entahlah. Pikiranku stuck pada seseorang yang bahkan tidak kukenal yaitu laki-laki bak patung yunani yang kutemui sebulan yang lalu di salah satu pemakaman termewah yang pernah kutemui. Aku tidak tahu sebenarnya apa yang bisa kupikirkan mengenai laki-laki itu? Mengapa aku memikirkannya?
Kemudian tiba-tiba pikiranku berkelana kembali saat aku bertemu dengan laki-laki itu. Sebelumnya aku hanya melihatnya dari kejauhan tetapi pada saat prosesi pemakaman hampir selesai, aku mendapati laki-laki bak patung yunani itu berada sangat dekat denganku. Maksudku kami hampir berjarak satu meter. Oke. Mungkin hanya aku yang paranoid tetapi entah mengapa aku tiba-tiba merasa takut berada di dekat laki-laki ini. Aku merasa dia seperti akan memakan hidup-hidup diriku.
"Excuse me?" Aku bersyukur karena Richard, adik laki-lakiku yang paling pintar itu, mengajariku bahasa inggris sehingga kini aku bisa menyesuaikan diri di lingkungan 'super kaya' ini. Sebenarnya aku bisa saja membalikkan tubuhku dan berjalan di arah yang berlawanan dengan laki-laki ini tetapi aku takut jika laki-laki ini tahu aku menghidarinya. Entahlah. Rasanya laki-laki ini begitu mendominasi diantara semua orang disini. Bukan karena tampangnya yang sangat sangat luar biasa oke bahkan dibalik kacamata hitam itu pun tetapi karena sesuatu .... Sesuatu yang bahkan tidak bisa aku gambarkan sendiri. Seperti aura yang penuh kesedihan, kemarahan, kehilangan dan .... Kekecewaan? Ah entahlah. Aku menghapus pikiran-pikiranku tentang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crack LoLi
RomanceJika jalan yang kita jalani ini bukanlah jalan yang benar, dapatkah kita berbalik mencari jalan yang benar lalu berkenalan kembali? Jika pilihan ini bukanlah pilihan yang benar, dapatkah kita berunding kembali? Jika tidak seharusnya aku yang berada...