1.

4 0 0
                                    

Sore itu hujan turun sangat deras , menyebabkan kendaraan bermotor banyak berhenti untuk berteduh, beberapa melanjutkan perjalanan karena memiliki jas hujan, tidak pula dengan orang-orang yang mengendarai mobil asik mendengarkan tophits spotify dan cemilan junk food ditambah penghangat ruangan mobil yang membuat nyaman.

Setiap hujan turun Heidy selalu menutup telinganya dengan pengeras suara di telinga, hujan selalu membuat ia terbangun dari tidur, terlalu berisik, telinganya selalu di penuhi dengan bunyi yang tak bisa diterimanya. dokter selalu menyarankan agar ia menerima suara hujan yang turun seperti mendengar nada-nada musik yang indah.

Penyakit yang dilanda Heidy dari ia berumur 10 Tahun itu membuat ia tak bisa beraktifitas lebih dari orang lain, telinganya sangat peka mendengar apapun seperti kelelawar, dengan sistem sonar ia bisa bermanuver dan mengidentifikasi suara dan gerak dalam situasi sulit dan apapun juga, ia juga bisa mendengar suara ultrasonik.

11 Tahun ia menyendiri di kamar, dengan kejadian itu beberapa teman maupun tetangga menyebut ia sudah tidak waras lagi, ibunya yang sudah mati membuat ia lebih nyaman di tempat tidurnya, sehari 2 kali ayahnya membawakan makan kedalam kamar, di pagi hari dan di malam hari

aktifitas sehari Heidy hanya duduk dan menatap luar ruangan dari jendela, mendengarkan instrumen musik melalui pengeras suara telinga, dan tidur pada malam hari sampai suatu hari di jam 01:00 Malam ia terbangun dan mendengar 4 pasang kaki yang mendekati rumah, terdengar dan divisualisasikan kedalam otaknya 1 pria yang bertubuh kekar memakai celana berat seperti jeans didepan dan 3 orang lagi mengikutinya , sepatu vantovel yang besar menandakan orang-orang ini adalah orang yang kuat , bunyi tarikan pelatuk pistol terdengar dan membuat heidy terhempas dari tempat tidurnya.

ia berusaha melihat dari jendelanya membuka sedikit demi sedikit gorden jendela dari kamarnya yang berada di lantai dua, ke 4 orang tersebut dengan pakaian serba putih mendekati pintu rumahnya, dan ia berpikir bahwa apakah ia akan keluar dari pintu kamarnya untuk membangunkan ayahnya atau tidak, "apa yang harus kulakukan" gumamnya pada saat itu , ia menoba menelpon ayahnya tapi sepertinya tak diangkat "angkat ayah angkat...".

setelah ia terdiam dalam 5 menit ia pun memberanikan diri untuk membuka pintu kamarnya, ia pun melepas earphonenya dan bergerak perlahan menuju kamar ayahnya yang berada di bawah, bunyi kaki yang pelan sangat berbeda ketika ia harus mendengar dengan telinganya yang memiliki pendengaran yang tajam tersebut. sesampainya di depan kamar ayahnya ia membuka pintu kamar dan ternyata ayahnya tidak ada di dalam kamar tersebut.

"Ayah, ayah kemana ?" Ia seperti frustasi akan hal tersebut, ia pun mencari sesuatu entah apapun yang akan ia dapat, setelah 2 menit ia mencari dan ia menemukan di belakang pintu sebuah pisau belati kecil yang berwarna perak menyinari matanya.

ia memegang belati itu dan mengunci pintu tersebut, dan ketika ia duduk di atas tempat tidur ayahnya, suara sepatu dari orang-orang yang mendekati rumah pun hilang, ia berusaha menenangkan diri dan berpikir "bukannya mereka tadi di depan rumah,kenapa suara itu hilang" ia berbicara kepada dirinya sendiri

"suaranya bukan hilang mylove, tapi kami yang hilang" seorang pria tua yang memakai jas putih, celana panjang putih, disertai vantovel berwarna hitam berdiri di sampingnya

ia terhentak mundur kebelekang "siapa kamu ?" ia berteriak dan menodongkan belati kearahnya

"kami adalah temanmu heidy" suara yang lembut dari arah belakangnya lagi, tinggi , kurus dan memilik mata yang cipit memegang bahu heidy , heidy terhentak lagi kali ini heidy berdiri di depan 2 orang tersebut, ia menuju pintu tangan kanannya masih menodongkan belati dan tangan kirinya ke belakang untuk memegang gagang pintu, ia mencoba membuka tapi tak bisa

"tenanglah nak , kamu adalah bagian dari kita"  ujar pria tua tersebut

"siapa kalian, apa yang kalian lakukan disini"

sebuah kedipan mata dari pria tua dan membuat Heidy tertidur......


Beberapa waktu kemudian Heidy tersadar  ia membuka matanya, pandangan pertama kali ia lihat atap plafon yang berwarna putih gading dan lampu yang sangat banyak menyilaukan matanya, membuat pandangannya menatap ke arah kanan, dengan posisi ia tertidur ia menutup matanya lagi karna perih, dan ketika ia membuka matanya terlihat meja panjang berwarna silver dengan banyaknya jarum suntik dan beberapa serum tertata rapi , ia memalingkan matanya kebawa dan sebuah kursi putih dengan pak tua yang dilihat sebelumnya.

"kau sudah siuman my love" sambil membaca sebuah buku, ia berdiri dan mendekat "tak kusanggka, kamu adalah anak yang special, hanya butuh 1 hari sampai kamu bisa bangun kembali dari kedipan mataku"

Heidy hanya diam dan tak melihat pak tua tersebut. "pasti kamu terkejut, bukan"

sebuah pernyataan omong kosong menurut heidy, didalam hatinya ia berkecimpu. siapa yang tidak terkejut, ingin sekali ia bersuara tapi ia lebih memilih diam.

"kamu pasti bertanya-tanya tentang hal ini bukan?" pak tua terus memberikan pertanyaan maupun pernyataan tapi Heidy tak menghiraukannya.

Alarm berbunyi sangat keras dan pak tua pergi keluar dari ruangan tersebut. Heidy pun mengikuti suara langkah kaki darinya dan mencoba untuk mendengarkan melalui kemampuan pendengarannya tapi tak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan di luar ruangan.

"Kamu pasti mencoba untuk mendengarkan apa yang kami bicarakan" sebuah speaker yang mengeluarkan suara dari luar, Heidy mendongak keluar dan melihat sebuah mic dan pak tua tersebut yang berbicara.

"Kemampuanmu takkan bisa kamu gunakan ditempat ini, jika kamu sudah tenang dan ingin berbicara, tekan tombol hijau di dekat tanganmu itu, kami akan masuk untuk mendengarkanmu berbicara my love"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 24, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The SpecialWhere stories live. Discover now