_______
"JEYNAND!"
"gini ya francezka, saya tidak mau ikut campur dengan kematian dan kehidupan seseorang, jika alur takdir yang sudah ia punya saya rusak, tidak ada yang tahu air nya mengalir ke arah mana, bagaimana jika lebih buruk? siapa yang mau tangung jawab?"
"Jeynand jangan lupa dulu mamah saya berani ambil tangung jawab itu ketika ayah besar leon mati di ujung battle"
api merah di pinggir ruangan menyebarkan kehangatan di ruangan besar kuno, namun sepertinya francezka sekarang lebih panas emosi nya dari pada api. di luar sana, salju turun semakin lebat di tengah malam.
lawan bicara nya, Jeynand, pria dengan wajah elok yang duduk di tengah singasana, menghadap perapian dengan jubah hitam nya yang menyapu di atas lantai. dengan tegas, ia mengeleng.
"kalau masih mau memaksa, minta saja marvian melakukan ritual nya"
"SUDAH KU BILANG MARVIAN SEDANG DI CANADA, TUA!"
"aku juga tidak bisa"
"mengapa?"
"karena aku tidak peduli. akibat jika darah ku terbagi akan riwet masalah nya, kekuatan dan preasure yang di bagikan sangat besar"
Francezka menarik nafas nya dalam-dalam, ia frustasi melirik perempuan pucat pasi di atas sofa di dekat nya, tubuh nya terbujur kaku, kulit nya sudah berubah menjadi putih kebiruan. sudah 3 jam sejak jantung nya berhenti tadi dan tertolong alat AED. dan sekarang, francezka sudah bisa merasakan jantung perempuan ini semakin lambat, darah nya juga mulai tidak bekerja semestisnya mengalir.
"dasar bajingan !ini menyangkut nyawa bodoh!" francezka menjerit.
"justru karena ini menyangkut nyawa makanya saya tidak ingin" balas jeynand
Francezka mengusap air mata nya, ia berjalan tegas menuju sang lawan bicara yang sedang santai sedang menyeruput segelas wine dengan anggun.
"Jeynand"
"tidak"
Francezka, si anak noblesses, vampir penguasa daratan timur,
berlutut pada jeynand, ketua keluarga Leon, sang kaum murni jendral militer penguasa.
"tolong"
Jeynand menarik nafas nya, "karena kau sudah berlutut, pemakaman gadis itu akan aku pastikan akan sangat bagus. aku akan mengurusnya sendiri soal pemakaman nya. jangan hanya berlutut demi nyawa manusia, kau seorang nobless Jenkis"
Tubuh francezka jenkis ambruk, ia menangis lemas di depan kaki seorang jeynand. rasa nya sakit tahu fakta ia tidak bisa apa-apa ketika perempuan itu sdang berada di ambang kematian. francezka menangis tampa suara, wajah nya memandang perempuan yang sudah berbaring di sofa tidak jauh darinya.
francezka memukul dada nya menangis menahan sakit,
jantung perempuan itu sudah berhenti.
________