"Gilaa gilaa bucin banget," Ten menggoda dengan nada jijik pada sepasang kekasih yang kini saling berpelukan tak ingin berpisah.
Yuta meringis tidak terima. Ini bukan bucin namanya, hanya sedikit merasa khawatir karena harus berpisah dengan sang kekasih yang berencana untuk terbang ke Pulau Jeju karena perjalanan bisnis. Sungguh, Yuta takut merasakan rindu.
"Kalau aku kangen gimana?" desak Yuta dengan nada manja. Winwin tertawa melihatnya. Yuta melakukan aegyo tanpa melihat penampilannya yang berkebalikan, badan atletis dengan model rambut panjang yang sangat macho. Ugh, menggelikan!
"Ayolah aku cuma pergi dua hari. Setelah itu aku akan mengkosongkan jadwal dan kita harus melanjutkan persiapan pernikahan kita. Just call me kalau kamu kangen."
Yuta tersenyum mendengar penjelasan Winwin. Dia jadi berpikir bahwa dirinya adalah orang beruntung yang telah memiliki Winwin dengan segala kesempurnaannya. Tidak hanya penampilan yang memesona, namun sifatnya yang mampu membuat Yuta merasa dicintai dan diperhatikan. Yuta rasa tidak ada orang selain Winwin yang mampu menangani sifat kekanak-kanakan Yuta. Bahkan orangtuanya sekalipun.
Yuta memeluk Winwin lagi untuk terakhir kalinya, "Janji padaku untuk menjaga diri dengan baik. Makan tiga kali sehari dan tidur sebelum jam sembilan, okay my winner?"
"Seharusnya aku yang bilang begitu. Aku pasti menjaga diriku dengan baik. Love you.."
"Love you—"
"Stop it! Hadeeh aku udah gak tahan liat momen menjijikkan ini. Ayo waktunya habis," Ten menginterupsi keduanya. Kalau tidak begitu keduanya akan terus mendrama dan membuat Ten serta Winwin ketinggalan pesawat. Dasar pasangan bucin.
Yuta ingin merengek lagi dan mengumpat pada Ten yang mengganggu. Tapi Winwin seperti mengantisipasi hal itu terjadi dan langsung berpamitan pada Yuta.
"Aku pergi dulu ya.. Jangan lupa untuk rutin menelponku."
"Pastinya! Jangan pernah mengabaikan teleponku!"
~~~
"Sayang, sudah siap?"
Lamunan Mark buyar dengan suara sang ayah yang lirih namun masih mampu terdengar. Mark tersenyum manis dan mengangguk mantap, menanggapi pertanyaan pria yang begitu dia cintai. Melihat wajah ayahnya yang tidak begitu rela untuk ditinggalkan membuat Mark bangkit dari duduknya untuk memeluk tubuh besar itu.
"I will be fine.. Aku harus berdamai dengan masa lalu ku, dad. Jika aku di sini terus, aku merasa sedang bersembunyi. Aku.. aku pun.. merasa bersalah meninggalkannya. Terakhir kali dia berkata ingin bunuh diri karenaku.. Aku telah menghancurkan—"
"Hei hei, don't cry.. Ini bukan salahmu. Kamu juga mengalami waktu yang berat. Please dad jadi tidak tega melepaskanmu pergi kalau kamu seperti ini"
Mark tersadar tangisannya hanya akan membuat sang ayah kembali memikirkan keputusannya untuk kembali ke Korea. Dengan segera dia menghapus jejak-jejak air matanya dan kembali menampilkan senyum manisnya.
"Aku akan menjemput kebahagiaanku. Jagalah diri dad dengan baik."
~~~
"Hhh bosaaan!"
Yuta terkapar malas di ranjangnya yang masih berserakan banyak kaset video game yang belum dia rapikan sedari malam. Biasanya dia menghabiskan waktu berlibur dengan sang kekasih. Entah itu hanya berlari mengitari kompleks atau memutuskan untuk pergi ke tempat wisata yang membuat mereka bisa rileks dan melupakan pekerjaan. Sepertinya Yuta sudah sangat bergantung pada Winwin hingga dia tidak bertenaga untuk melakukan apapun di saat sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
FanfictionYUMARK; YUWIN; LUMARK tw // bxb, mpreg, mention of mental disorder and suicide Yuta dan Winwin adalah sepasang kekasih yang memutuskan akan menikah dua bulan lagi. Semua sudah direncanakan dengan baik, persiapan photo shoot prewedding hingga mencari...