Dua: Mimpi

23 4 3
                                    

Sabtu, 10 Juli 2021, 22:00 WIB

Karena sudah memasuki fase Bulan Baru, langit malam ini terlihat lebih gelap dari biasanya. Satelit alami Bumi yang biasanya bersinar terang, kini tidak menampakkan dirinya. Saat makhluk mitologi lain biasanya mendapatkan kekuatan dari Bulan Purnama, kekuatanku justru mencapai potensi maksimalnya saat Bulan Baru.

Ketika Bulan Purnama tiba, aku lebih memilih untuk tetap di dalam rumah. Terlalu lama di bawah sinar Bulan Purnama membuatku sedikit pusing, impulsif, dan kadang terlalu jujur. Aku yang biasanya tidak banyak bicara, bisa tiba-tiba curhat panjang lebar pada penjual pecel lele di pinggir jalan saat Si Bulat sialan itu bersinar terang. Malam itu aku hampir saja kelepasan bilang kalau aku adalah siluman. Kalau Nyawa tidak datang untuk menyeretku pulang, aku mungkin sudah mati dibakar karena dikira babi ngepet.

Nyawa adalah malaikat maut yang tak sengaja kutemui di rumah sakit sebulan yang lalu. Kini kami berteman. Setidaknya aku menganggapnya begitu, walau mungkin dia berpendapat lain. Dia sangat benci dipanggil Nyawa karena menurutnya itu ejekan yang kejam. Dia tidak bernama, tidak bernyawa, dan pekerjaannya adalah mencabut nyawa. Mengambil sesuatu dari orang lain yang bahkan dirinya sendiri pun tidak punya. Entah dirinya sadar atau tidak, aku rasa memiliki nyawa adalah hal yang diam-diam ia rindukan. Ironisnya, seseorang akan dihukum menjadi pencabut nyawa jika melakukan dosa besar. Jadi... mungkin di kehidupan sebelumnya pun dia merenggut banyak nyawa?

Aku pun tidak punya nyawa. Aku tidak bisa mati kecuali kedua reinkarnasi orang tuaku menikah lagi dan melahirkan seorang anak. Mau terjun dari lantai 100, ditusuk, dilindas truk, ditabrak babi ngepet pun aku tidak akan mati. Ya, aku sudah mencoba berbagai cara untuk meninggalkan dunia ini. Hidup ratusan tahun rasanya benar-benar sepi. Terjebak dalam waktu saat semua orang yang kau kenal dan kau cintai satu per satu pergi.

Malam ini salah satu orang yang aku sayangi mencoba pergi. Aku melihatnya berdiri di atas tembok pembatas atap gedung mall. Tubuhnya menghadap ke belakang, seakan enggan melihat jarak antara tanah dan tempatnya berdiri. Ia terdiam cukup lama di sana, sepertinya masih menimbang-nimbang apakah ia sungguh ingin mengakhiri semuanya sekarang.

Kulihat akhirnya dia mengurungkan niatnya dan mencoba turun dari tembok, tapi sebelum ia sempat melangkah tiba-tiba ia menoleh ke kiri dan matanya fokus ke sesuatu yang tidak dapat kulihat. Matanya membulat dan bibirnya terbuka namun tidak mengeluarkan suara. Kakinya terus melangkah mundur. Apa yang membuatnya begitu takut sampai tidak memperhatikan langkahnya? Apa dia lupa kalau tembok pembatas itu juga punya sudut yang berakhir di tepi sana? Dia bisa mati kalau terus melangkah mundur.

Benar saja. Ia mengangkat kaki kirinya, lalu bagian tungkak sepatunya tidak lagi bertemu pijakan dan membuatnya kehilangan keseimbangan. Tubuhnya terhuyung ke belakang dan terjatuh dari atap gedung berlantai tujuh.

Aku berada di dalam gedung seberang mall dan terhalang kaca yang cukup tebal. Dalam keadaaan panik, kutembus kaca gedung ini dan merentangkan sayapku. Dengan sangat cepat aku terbang ke arahnya dan menangkap tubuhnya sambil memutar mundur waktu. Aku sangat panik hingga tidak sadar bahwa aku memutarnya terlalu jauh sampai matahari keluar dari barat dan kini sudah hampir tenggelam di timur kaki langit. Sambil menahan waktu, kubawa ia pulang ke kosannya dan menidurkan tubuhnya dikasur.

Aku melangkah ke sudut kamarnya, lalu membiarkan detik berjalan maju lagi. Ia membuka mata dan menatap lurus ke langit-langit kamar, lalu bangun dan duduk di tepi kasur sambil melihat ke sekeliling. Ia tidak bisa melihatku sekarang karena ada cincin Malori yang sedang melingkar di ibu jari tangan kananku membuat aku tak kasat mata.

Semoga ia berpikir bahwa semua yang baru saja ia alami hanya sebuah mimpi yang aneh.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seventh SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang