1. Guratan rindu

28 3 1
                                    


Latar atau tempat, nama-nama tokoh atau nama tempat yang berada didalam cerita ini 100% fiksi murni imajinasi penulis!. jika ada kemiripan nama tempat itu berarti yang nulis ngelindur.

Jika ada kesamaan kisah atau sifat karakter mohon maaf atas ketidak sengajaannya, dan jangan membawa kisah cerita kedalam real life!!.

Be a smart readers, jangan lupa meninggalkan jejak dengan cara vote dan komen untuk menghargai penulis.

■■■


Sore itu langit kembali mendung setelah sekian lamanya, angin diluar bertiup kencang membuat beberapa pepohonan ikut terombang-ambing.

Dibalik kaca jendela yang berhadapan dengan jalanan komplek, terlihat wanita dengan rambut hitam pekatnya meringkuk memeluk lututnya erat menahan butiran liquid dari matanya yang sebentar lagi akan terjatuh.

Regitta Putri Hermanto, yang kerap disapa dengan panggilan Gitta. Gadis cantik yang membenci musim hujan, bukannya dia tidak mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan kepada ciptaannya, namun tragedi musim hujan 3 tahun lalu yang membuatnya membenci hujan.

"Gen, engga kerasa ya udah 3 tahun." ucapnya dengan suara yang sedikit purau karena dadanya terasa nyeri mengingat kejadian itu kembali.

Bukannya dirinya tak ingin melupakan kejadian itu, namun setetes hujan mampu mengembalikan memori masa lalunya saat dimana sang kekasih tercintanya mengalami tabrakan dasyat yang menewaskannya.

cklek..

"Kak?." mendengar suara panggilan dari sang adik, Gitta langsung buru-buru menghapus air matanya.

"Iyaa, Kenapa Sa? mau minjem komik kakak? itu ambil aja di rak ya." balas Gitta.

Lelaki jangkung yang mulanya berdiri didepan pintu kamar Gitta kini pun beranjak duduk di pinggiran kasur Gitta.

"Udah 3 tahu Kak, jangan gini terus.. nanti Kak Genta sedih kalau Kakak nangisin dia terus." ucap sang adik yang bernama Aksara dengan lembut kepada sang Kakak.

"Kamu engga ngerti perasaan Kakak, Sa." balas Gitta.

"Yeah, I know kak, Aksa emang masih SMA belum terlalu ngerti tentang percintaan, tapi Aksa engga mau kalau kakak terus-terusan begini." ucap Aksa sambil meraih kedua tangan sang Kakak yang kini berada didepannya terduduk di kursi meja belajar.

Gitta hanya diam, dadanya semakin sesak untuk membalas ucapan sang Adik.

Greb!

Dengan sigapnya Aksa merengkuh tubuh sang Kakak menuju kedalam dekapannya, memeluknya erat karena yang saat ini kakaknya butuhkan adalah perhatian. Ini bukan sekali dua kalinya Aksa yang akan menjadi orang pertama untuk menenangkan sang Kakak.

Didalam dekapan hangat sang Adik, Gitta menangis keras, menengelamkan wajahnya pada dada bidang sang Adik, melampiaskan kerinduan pada sang kekasih selama 3 tahun ini.

"Ini engga adil, kejadian itu bukan kecelakaan.. itu disengaja!." ucap Gitta.

"Iyaa Kak, sabar.. kita belum ada bukti buat nyimpulin itu, sabar ya? kejahatan pasti akan terungkap." balas Aksa.

Falling For UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang