Hujan turun perlahan dengan indah menyentuh rumput-rumput yang melambai menyapa senja. Genangan-genangan air terbentuk dimana-mana, seperti danau buatan bagi semut kecil yang sesekali mencipratkan jejak bagi yang melewatinya.
Para pengojek payungpun berlomba-lomba mengais rezekinya masing-masing. Basah kuyup hanya untuk beberapa lembar uang seribuan untuk membeli sesuap nasi pengganjal perut.
Dan dari beribu orang disana, kita hanya akan fokus pada seseorang diujung jalan yang berusaha menghindari ganasnya guyuran air dari langit, yang akan jadi tokoh utama kita namanya Zio Prasetyo. Dia terus berjalan sampai ketempat yang dianggapnya nyaman untuk menghindari hujan sampai angkutan umum jurusannya datang.
Zio adalah seorang cowok dengan tubuh kurus, tinggi, dan kulit sawo matangnya. Ia memakai baju kaos putih dengan setelan jins hitam yang sedikit disapu oleh air hujan dan sebuah jaket tipis bersandar di badannya. Matanya terlihat layu dan badannya menggigil kedinginan. Dia juga sesekali menggosok-gosok kedua telapak tangannya, karena dinginnya sore itu.
Setelah angkutan umum yang ditunggu tadi datang, Zio bergegas meninggalkan tempatnya berdiri. Dia berusaha mencari kenyamanan untuk berada di dalam alat transportasi darat tersebut. Sedangkan sang hujan masih menari-nari dipermukaan bumi menunjukkan bagaimana pemurahnya sang pencipta.
Tiba-tiba, tanpa ada perintah matanya menyapu orang-orang yang berada dalam angkot satu per satu yang memaku ditempat duduknya masing-masing. Sementara sang angkutan umum terus berjalan menelusuri aspal dan menahan hantaman hujan sore itu. Seseorang menghentikan penjelajahannya, membuatnya tak berkedip sedikitpun, seluruh badannya terpaku.
Akhirnya Zio tersadar akan tindakan konyolnya tadi karena orang yang membuat jantungnya berirama lebih cepat merasa risih. Iya berusaha menormalkan kelakuannya agar tidak terlihat aneh. Zio merasa sesuatu yang beda, entah apa.
Menarik.batin Zio
Setelah beberapa menit, sang supir memberhentikan alat yang di kendarainya. Angkutan umum itu berhenti tepat di depan sebuah rumah bercat putih dengan pola huruf L dan pagar biru muda menutupi sebuah pekarangan hijau penuh pepohonan. Seseorang turun dari dalam angkot, dan orang itu adalah dia.
Gerak bola mata Zio terus mengikuti orang itu tanpa menoleh sedikitpun sampai ujung matanya tidak mampu menjangkau keberadaan dia lagi.
***
"Assalamu'alaikum," ucap zio saat memasuki sebuah rumah kecil sederhana dangan sentuhan cat putih di dalamnya, dan beberapa kursi bambu di ruang tamu dengan meja kecil ditengahnya dan sedikit bunga menemani.
"Wa'alaikumsalam, baru pulang ya Yo," jawab wanita paruh baya, sambil memdekati Zio yang duduk di ruang tamu.
"Ya bu tadi hujan jadi sedikit susah dapat angkotnya," jawabnya sambil menyodorkan seutas senyum pada sang ibu.
"Duh sampai basah semua badan kamu Yo, ayo mandi dulu sana ganti baju nanti sakit, makanan udah ibu siapkan diatas meja." Ujar wanita itu lembut kepada Zio.
"Baik bu, Zio langsung ke kamar aja bu," Jawab Zio lembut.
Kemudian Zio beranjak dari tempat duduknya menuju suatu ruangan kecil. Dengan langkah santai dia memasuki ruangan, di sana tertata sebuah tempat tidur dengan lemari kecil disampingnya serta meja kayu rendah di sudut ruangan dan beberapa hiasan kaligrafi bergantung di dinding-dinding kamar. kamar yang kecil tapi cukup nyaman dan damai.
Bergegas disambarnya handuk yang bersandar di sebuah kursi dan seperangat pakaian, Zio pergi melesat meninggalkan ruangan itu menuju kamar mandi.
***
Malam ini begitu terang oleh dekapan sang bulan yang diiringi oleh kilaunya bintang-bintang disampingnya. Zio sibuk dengan buku yang dipegangnya, tapi pikirannya melayang pada keadaan dimana saat dia melihat seseorang yang dapat membuatnya terpaku saat jantungnya bergerak dengan cepat.
"Oii Bro, ngapain lo disini, sok alasan belajar sama nyokap padahal cuma natapin langit. Sarap, emang lo kira bakalan turun duit gitu kalau lo natap bulan hah? hahaha..." ledek seseorang yang datang menghampiri Zio dan membangunkannya dari dalam lamunan indah. Dia adalah kakak laki-laki Zio, namanya Raffi. Mereka 3 bersaudara dan Zio adalah anak tengah sedangkan dibawahnya anak perempuan yang baru berusia 10 tahun, memang sangat jauh jaraknya dari mereka berdua.
"Eh gila lo bikin gue jantungan, mau ngapain ganguin gue?" jawab Zio pada sang kakak ketus.
"Di tungguin tuh sama nyokap buat makan malam."
"Iya-iya, gue bakal nyusul. Lo duluan aja gih sana,"
****
Terimakasih buat yang udah singgah ke cerita pertamaku. maaf kalo banyak kata-kata aneh dan cerita yang sedikit ngaco dan karena itulah aku butuh komentar dan sarannya untuk kemajuan tulisanku ini. dan aku juga mohon dukungannya :)
Terima kasih :)
28 Maret 2015
