Ketiga- The Rain

187 3 0
                                    


Sore ini masih panas. Zio menyamarkan bunyi langkahnya. Zio mempercepat langkah kaki mengikuti sosok didepannya. Kadang bersembunyi menghindar agar penyamarannya tidak terbongkar. Sampai dia berada di depan sebuah rumah.

"Assalamu'alaikum." salam Zio lembut kepada sang tuan rumah.

"Wa'alaikum salam." Jawab seoarang wanita paruh baya seraya membuka pintu rumahnya. "Ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita itu lembut ketika mendapati orang asing berada di depan rumahnya.

"Saya mau cari Ayu ada bu, saya teman satu lesnya?" Jawab Zio sopan.

"Oh Iya tunggu sebentar ya ibu panggilkan, duduk saja dulu." Perintah ibu itu lembut pada Zio. "Ayu turun ada tamu." Kata ibu itu memanggil orang yang ingin ditemui Zio. Hati Zio kembali berguncang hebat. Gugup.

"Ya bu ada apa?" tanya cewek di dalam rumah itu pada sang ibu.

"Itu ada tamu nyariin kamu katanya temen satu les. ibu bikinin minum dulu ya, sana temuin cepat nggak enak kalau tamu lama-lama nunggu."

Ditemuinya Zio yang sedang duduk di halaman depan rumahnya. "Eh lo Yo, ada apa kesini. trus darimana lo tau alamat rumah gue?"

"Mmm tadi gue tau dari temen lo," alasannya ngasal.

"Oh, trus lo ada perlu apa ke rumah gue?" tanyanya sambil duduk di kursi teras di sebelah Zio. Percakapan itu berlangsung lama.


***


Sejak kejadian itu Zio sering mengunjungi tempat itu. Dengan berbagai alasan dia menemui cewek itu. Zio hanya ingin selalu dekat dengan dia.

"Yo, mau lo apaan sih? ngapain lo ke rumah gue hampir tiap hari. " Ucapnya marah pada Zio.

"Gue cuma mau jadi temen lo, apa itu masalah dan ganggu lo?" kalau bisa sih gue pengennya lebih dari teman. batinnya.

"ganggu banget,"

"Sorry yu kalo lo selama ini merasa terganggu akan kehadiran gue, gue minta maaf, tapi gue nggak ngerti apa salah gue sehingga lo nggak suka sama kehadiran gue" Jawab Zio pada ayu. Jantungnya mulai naik turun mengeluarkan kata demi kata. Ini yang selalu iya takutkan.

"Gue tau lo pasti cuma manfaatin gue kan yo? gak mungkin lo datang tiba-tiba dan terus menghantui gue cuma sekedar untuk jadi teman kan,"

"Gue bener-bener nggak punya niatan kayak gitu sama lo yu, gue..gue sayang sama lo ayu,"

"Bullshit banget sih lo, mending lo jauh-jauh deh dari gue," jawabnya menutup pembicaraan itu dan melangakah menjauh meninggalkan Zio.

"Ok kalo lo mau gue menjauh dari lo, gue bakal lakuin yu buat lo," katanya dengan nada setenga berteriak. Makasih Tuhan Engkau membuatkan aku skenario yang indah.

***

Ayu menatap keluar jendela. Tapi disana tak ada bintang, gelap. Sama seperti hatinya kini, entah apa yang dipikirkannya. Oh Tuhan apa keptutusanku salah, Kenapa aku merasa bersalah Tuhan. Dan kenapa aku merindukannya.

Air matanya keluar setes demi setetes dari kedua pelupuk matanya. Yo lo bener-bener kejam sama gue, lo ngasih hal-hal manis sama gue dan dengan begonya, gue hanyut dalam tindakan baik lo sama gue. Gue terlalu terlambat buat nyadarin kalo lo bukan siapa-siapa gue dan gak akan jadi siapa-siapa. Karena sekarang gue udah terlanjur sayang sama lo. Gue bego. Air bening itu semakin deras keluar dari matanya.

Dengan gerakan cepat dia mengusap air yang terlanjur keluar dari kedua matanya"Lo udah ngambil keputusan yang benar yu sebelum lo jatuh semakin dalam, lo pasti bisa ngelupain dia yang cuma sebentar singgah di hidup lo sebagai pemanis sesaat, lo bisa," Menyemangati dirinya sendiri.

The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang