"Tenggelam dalam Lena,
Yang Aku Anggap Amerta Ternyata Fana,
Buat Litani Tak Lagi Mampu Digema.
Aku Redam dalam Nestapa, Karena ...
Mengharapkan Paradoks Menjadi Pancasona."
~Y.N~*****
Ckrekk!
Ckrekk!
Ckrekk!
Suara-suara dari tombol shutter yang ditekan memecah sunyi di penghujung hari musim gugur itu. Timbul tenggelam di antara desau angin yang bertiup.
Xiao Zhan menunduk, melihat pada layar LCD untuk melihat hasil bidikannya dan dahinya langsung berkerut karena tidak puas. Xiao Zhan lalu mengangkat kepalanya kembali, mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mencari objek yang bagus untuk dibidik.
Sepi dan kosong.
Selain daun-daun maple yang melayang dipermainkan angin dan beberapa ekor hewan pohon yang melompat-lompat di ujung-ujung dahan pohon yang meranggas, Xiao Zhan tidak mendapati apa pun atau siapa pun lagi di taman tersebut. Pria cantik itu lalu berjalan menuju danau buatan yang berada di tengah taman.
Berjarak tiga meter dari danau, ia berhenti. Ternyata dia tidak sendirian, di tepi danau ada seorang pria duduk memeluk lutut dengan mata menatap lurus ke depan. Dari arahnya datang, Xiao Zhan tidak bisa melihat jelas wajah pria tersebut. Hanya profil samping wajahnya yang terelefleksikan di retina Xiao Zhan.
Dan rambut putih hasil diwarnai milik pria itu yang cukup panjang, menutupi hampir keseluruhan pelipisnya, menyentuh lehernya. Mentari yang mulai tenggelam di barat danau membiaskan cahaya keemasan pada pria tersebut, menciptakan ilusi adanya halo cahaya yang menyebar di sekujur tubuhnya, siluet panjang juga terbentuk di belakang pria itu, membuat punggungnya yang melengkung membentuk semacam perasaan hilang dan kesepian, namun indah. Menggetarkan.
Seperti lukisan.
Xiao Zhan terpana, tanpa dikomando bergerak membawa kamera di tangannya ke depan wajah dan dengan gerakan terampil membidik profil pria tersebut.
Ckrekk
Suara shutter terdengar jelas di tengah keheningan, yang mana itu menarik atensi pria tersebut. Pria itu langsung menoleh ke asal suara dan mendapati Xiao Zhan berdiri tidak jauh darinya dengan kamera di tangan. Dan dari wajah yang memerah serta senyum canggung Xiao Zhan, pria itu kurang lebih bisa menebak apa yang dilakukan pria di sisi lain dengan kameranya.
Tertangkap memotret diam-diam, tentu saja Xiao Zhan malu. Tapi, dia berusaha menutupinya dengan melempar senyum canggung kepada pria itu. Tapi, pria itu tidak nampak peduli. Dia hanya melihat sekilas sebelum kembali pada posisi awal. Dan ini hanya menambah rasa malu Xiao Zhan.
"Apa yang sedang kau lakukan?" Xiao Zhan memutuskan untuk mendekat dan bertanya.
Tanpa meminta izin, dia mendudukkan diri di sebelah pria itu. "Ketika seseorang bertanya, kau harus memberi jawaban." Xiao Zhan mengerutkan bibirnya setelah tidak mendapat tanggapan dari pria di sebelahnya.
"Dua kali."
"... Hah?" Xiao Zhan tidak bisa mengerti apa hubungan pertanyaannya tadi dengan apa yang baru saja dikatakan pria itu.
"Kau telah melakukan sesuatu tanpa izin sebanyak dua kali."
"..."
Xiao Zhan terdiam dan tidak lagi melihat pria itu. dia ikut melihat ke depan.
"Yibo ..."
Xiao Zhan memiringkan kepalanya dengan wajah kebingungan.
"Namaku, Yibo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Cinta dari Seseorang yang Tidak Ada
FanfictionTwoshot (YIZHAN) "Sesuatu yang seharusnya tidak ada ... tidak akan pernah bisa dijadikan nyata." - WYB. "Aku bertanya ... Bagaimana cara agar kita bisa memiliki sesuatu tanpa ada batas? Jawabmu, jika kita ingin sesuatu tanpa batas ... Maka kita haru...