~XZ~

331 53 35
                                    

Musim gugur merenggutmu dariku,
Menolak untuk mengembalikan,
Tidak peduli sesakit apa aku menahan renjana.
Sekarang musim dingin telah tiba,
Datang!
Datanglah dan peluk aku!
Aku di sini sendirian, kedinginan.
~YN~

*****

Sudah satu tahun, 12 bulan, 365 hari dan 8760 jam lamanya waktu berlalu. Sebuah rentang waktu yang seharusnya cukup untuk menyembuhkan. Karena, seperti yang orang bijak katakan, obat penyembuh terbaik untuk segala luka adalah waktu. Seiring berjalannya waktu, luka yang ada akan sembuh dengan sendirinya.

Dan bagi Xiao Zhan, itu adalah ....

BOHONG!!!

Sebuah kebohongan besar. Faktanya, dia masih bergelut dengan luka itu. Lukanya masih menganga, masih basah seperti baru. Dan rasa sakitnya, cukup untuk mematikan hatinya yang rapuh.

Xiao Zhan menengadah untuk melihat langit malam yang penuh dengan bintang. Menciptakan bintik-bintik cahaya, yang sangat menyenangkan untuk dipandang. Musim dingin tidak membuat bintang-bintang itu bersembunyi dalam selimut awan, mereka justru berlomba-lomba untuk memperlihatkan kilaunya yang mempesona.

Hanya saja, langit yang berkilau itu, sangat kontras dengan suasana hati Xiao Zhan yang kelewat kelam.

Xiao Zhan mendesah, merapatkan mantelnya untuk mengusir hawa dingin yang menyusup ke tubuhnya. Saking dinginnya, uap putih akan terlihat keluar dari mulutnya bersamaan dengan hembus napasnya yang lelah.

Kakinya yang panjang melangkah di atas jalan yang tertutup butiran salju. Malam telah begitu larut, ditambah dengan dinginnya suhu di musim ini, sehingga tidak ada satu pun orang yang ingin menghabiskan waktu di luar ruangan. Siapa pun akan lebih senang menghangatkan diri di dalam ruangan yang memiliki pemanas atau bergulung di bawah selimut tebal yang wangi.

"Haaahhh!!" Xiao Zhan kembali mendesah, berhenti melangkah. Maniknya yang gelap bergulir menyusuri jalan di depannya dan senyum getir terkembang di bibirnya pucat pecah-pecah.

Angin berdesir, menerbangkan helaian rambut Xiao Zhan yang panjangnya sudah mencapai tengkuknya hingga menutupi sebagian wajah serta matanya. Dengan gerakan lambat, pria cantik itu menyingkirkan rambutnya.

Tanpa diduga, jari kurusnya mengenai matanya sendiri, membuat bola matanya menjadi perih. Manik-manik air mulai berkumpul di sudut matanya yang sudah memerah, dan tidak menunggu lama manik-manik itu jebol dan mengalir di pipinya yang pucat. Mengalir turun seperti butiran-butiran kristal yang berkilau.

Xiao Zhan berjongkok, sebelah tangannya menyentuh dadanya sedang sebelahnya lagi bertumpu pada tiang lampu jalanan.

"Sakit sekali." Xiao Zhan terisak. "Mataku sakit sekali." Dia kemudian memeluk lututnya, membiarkan rambutnya terurai ke depan. "Ini sakit sekali. Apa yang harus aku lakukan?"

Tidak.

Tentu saja bukan matanya yang sakit. Mata yang sakit hanyalah alasan untuk pembenaran tangisnya.

"Apa yang harus aku lakukan? Sekarang, bukan hanya dirimu yang menghilang. Tapi, bahkan ingatanku tentangmu juga semakin samar. Aku tidak bisa ingat lagi seperti apa dirimu. Bantu aku, Yibo, bagaimana aku akan sanggup melewati hidup yang membosankan ini jika aku sendiri tidak memiliki alasan untuk terus hidup?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Surat Cinta dari Seseorang yang Tidak AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang