Chapter 20

762 56 0
                                    

"Mama! Haechan!" Yeri yang hendak berlari menuruni tangga terhenti saat Jungkook menahannya.

"Jangan berlari sayang. Kau bisa terluka." yeri mengangguk dan berjalan seiringan dengan Jungkook menuruni tangga.

"Yeri." mereka bertiga berpeluk erat melepaskan rasa rindu masing-masing.

"Mama, haechan, yeri rindu kalian." Yeri mengusap air matanya yang terus mengalir.

"Mama juga sayang. Mama senang Jungkook memperbolehkan kita berjumpa." taeyeon kini beralih memandang Jungkook dengan tersenyum.

"Sudah tentu. Aku tak ingin istriku bersedih." jawab Jungkook mendudukkan dirinya pada sofa mahal itu.

"Ayo duduk." jemput Yeri dengan keduanya. "Jihyo, tolong sediakan air minuman dan cemilan." Jihyo mengangguk patuh menuju dapur.

"Jungkook, apa mama dan haechan bisa bermalam disini?" tanya yeri pada Jungkook.

"Sayang, aku sudah membenarkan kalian berjumpa. Jangan meminta lebih." tegas Jungkook dengan nada datar yang membuat Yeri menunduk bersedih.

"Tidur saja sendiri nanti malam." yeri membalikkan badannya ke arah lain.

"Sayang-" ucapan Jungkook terpotong saat Jihyo kembali dengan membawa nampan berisi minuman dan beberapa cemilan.

"Tuan, nyonya, minumannya saya letakkan disini. Saya permisi dulu." Jihyo menunduk lagi sebelum berjalan meninggalkan ruangan itu.

"Baiklah. Kalian bisa bermalam disini. Tapi hanya untuk hari ini saja." Jungkook bangun dari duduknya berjalan meninggalkan mereka bertiga disana.

"Yeri, kamu kok begitu sih? Jungkook suami kamu." tanya taeyeon dengan nada lembut yang membuat anaknya itu memandang taeyeon dengan tersenyum.

"Mama, kalo nggak begitu, Jungkook pasti tidak akan membenarkannya. Nggak usah khawatir, he will not get angry. Dia cinta sama aku." taeyeon menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Yeri.

"Lupakan Jungkook, sekarang kita habiskan masa bersama aja." lanjut Yeri.

.....

Jungkook bersama dengan Eunwoo dan Jaehyun dibelakangnya berjalan menuruni tangga ruangan itu. Ruangan yang tampak mewah itu dipenuhi dengan bau yang amat tidak enak dihidu.

Penjaga yang berjaga disitu semuanya menunduk hormat saat Jungkook berjalan dihadapan mereka. Terdengar suara yang lemah meminta tolong di dalam ruangan itu membuat Jungkook berseringai.

"Gimana? Apa kalian senang berada disini?" Jungkook kini duduk berhadapan dengan pemandangan Rose dan nyonya park yang menunduk lemah masih meminta tolong.

"J-ju-jungkook, a-aku mohon, tolong lepaskan kami." lirih Rose yang terlihat seperti menahan kesakitan.

"Saat kau terpikir untuk memfitnah istriku, ada kau berpikir apa yang akan terjadi padamu? Kalian berdua membuatkan istriku hampir meninggalkanku!" teriak Jungkook marah.

"Maaf Jungkook, tidak akan ku lakukan lagi. Tapi tolong lepaskan kami. Aku berjanji akan menjauhi kalian." Rose menangis dengan kencang namun suaranya tetap tak akan didengar dari luar karna ruangan itu sudah dirancang Jungkook untuk menjadi kamar kedap suara.

"Dan kau! Beraninya, mulut kotor kau itu memanggil istriku jalang! Kau sepertinya harus tau bahawa anakmu yang jalang." Jungkook beralih memandang nyonya park mengabaikan tangisan Rose.

"Jaehyun, tunjukkan semuanya." Jaehyun mengangguk dan mengambil laptop lalu memasangnya menampilkan adegan rose yang sedang menikmati penyatuannya dengan seorang pria. Setelahnya, Jaehyun memasang video lain yang memperlihatkan adegan sama dengan pria berbeda.

Nyonya park memandang rose dengan tatapan tajam dan penuh pertanyaan. Sedangkan rose hanya menunduk dan menghindari tatapan tajam itu.

"Tolong beritahu mama bahawa video itu hanya editan. Rose! Jangan berdiam!" tangisan Rose bertambah kencang saat mendengar teriakan nyonya park itu.

"Jangan panggil aku mama lagi! Kau bukan anakku!"

"Mama, I'm sorry. Tolong maafkan aku." rayu Rose pada nyonya park yang diabaikan.

"It's okay nyonya park. Kau tidak akan mendengarnya memanggil mama lagi karna selepas ini kalian akan mati." perkataan Jungkook berhasil membuat mereka memandang Jungkook kaget. "Habiskan." Jungkook berjalan keluar meninggalkan ruangan itu.

....

"Kau dari mana?" tanya yeri yang baru mendudukkan diri di meja makan bersama dengan taeyeon dan haechan.

"Aku dari ruangan kerjaku. Kenapa kalian belum makan?" Jungkook ikut mendudukkan diri disana.

"Menunggu suamiku." mendengar perkataan itu, Jungkook mengeluarkan senyuman kelincinya yang membuat taeyeon dan yeri bergedik ngeri.

"Kalo gitu, ayo makan sekarang. Aku sudah lapar." Yeri mengangguk dan mulai mengambilkan makanan untuk haechan yang berada disisinya.

"Kakak punya uang nggak? bisa beli mainan yang seperti teman aku punya?" tanya haechan tiba-tiba yang membuat semua menoleh kearahnya.

"Kenapa sayang?" tanya yeri yang membuat haechan menunduk bersedih.

"Mereka mengejekku bahawa aku miskin, tidak bisa beli mainan seperti mereka. Mereka tidak mau berteman denganku." kini haechan menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher Yeri.

"Haechan, biarin aja mereka. Kau juga punya banyak mainan dirumah." taeyeon menyela.

"Haechan-

"Mainan seperti apa yang mereka punya haechan?" Jungkook berlutut dihadapan haechan membalikkan badan si kecil menghadapnya.

"Mainan dari luar negara. Mereka bilang keluarga mereka orang kaya dan haechan hanya orang miskin." jawab haechan menunduk tidak berani menatap Jungkook karna pria itu pernah membentaknya dulu.

"Jangan dekat dengan mereka lagi. Bukan teman kalo mereka seperti itu. Nggak usah khawatir, nanti aku yang akan belikan untuk kamu." haechan mendongakkan kepalanya dengan mata yang berbinar menatap Jungkook.

"Apa bisa?" Jungkook mengangguk membuat haechan bersorak gembira.

Jungkook kembali ke posisi duduknya dan memakan makanannya. Sedangkan Yeri hanya tersenyum menatap suaminya itu. "Jungkook sudah berubah." batin Yeri senang.

His Obsession Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang