Senin di minggu ini sangat merepotkan, yah sebagian besar mereka menganggap hari Senin adalah sebuah kesialan, Ulfa salah satunya. Gadis itu melangkah dengan lunglai seolah memikul beban ribuan ton dipundaknya. Tak ada kata semangat dalam kamusnya. Sibuk mengoceh tanpa peduli sekitar. Memasuki kelas tanpa niat yang berarti.
"Udah buat tugas matematika gak Fa ?" Tanya Refi. Si manusia yang paling rajin ngerjain tugas kalo ada contekan, katanya sih itu motto hidupnya. Tapi bagaimanapun ia tetaplah sahabat Ulfa walau terpaksa, ingat TERPAKSA.
"Jangan tanya dulu deh, lagi capek ini. Mana udah lemah letih lesu loyo dan lopyu" Ulfa merebahkan kepala, berniat menyambung tidur pagi yang sempat terganggu.
"Lah becanda mulu sih, gak asik. Tapi seriusan nih belum buat tugas. Matematika jam pertama loh" Ulfa memberengut dalam hati. Bisa gak sih manusia didepannya ini diam barang sebentar saja. Ia menghela napas kasar, benar pagi yang buruk batinnya.
" Yaudah, nanti terima konsekuensi aja. Kan salah sendiri gak buat." Refi mengangguk mengiyakan, setidaknya ia tak sendiri.
"Hai guys, tumben si makhluk pemalas udah datang sepagi ini, biasanya kan telat. Mana pernah dia semangat kalo udah hari Senin." Oke kali ini Fatim yang angkat suara. Manusia yang selalu update berita-berita terhangat atau kita sebut aja pakar gibah. Katanya sih gibah juga merupakan bentuk ilmu pengetahuan yang dibutuhkan agar hidup gak datar-datar amat.
"Heh pinjam tugas matematika woi" teriakan Nura, lumayan juga untuk memekakkan telinga. Nura merupakan tipe manusia yang gak sabaran dan selalu ngegas dimanapun dan kapanpun.
"Gak punya, gak usah dikerjain kan beres." Refi menyahut, yang dibalas dengan pelototan.
"Kalo ngomong jangan seenak jidat dong" nah kan dia mulai ngegas lagi.
"Ulfa, nyontek dong" gadis yang merasa dipanggil mengangkat kepala, sangat terganggu dengan kehadiran manusia-manusia dengan label sahabat ini.
"Ya Tuhan, selama gue hidup baru kali ini nih yang ketemu manusia modelan Ulfa. Hidupnya berat ya bund" ejek Fatim.
"Suka-suka dong" jawab nya acuh tak acuh.
" Liat dong tugas nya, jangan pelit deh" Ulfa menggeleng, mengisyaratkan bahwa ia belum mengerjakan juga.
"Oke fix kita SCTV ya, awas ntar kalo ada yang berkhianat" mereka hanya tertawa mendengar ocehan tak berguna oleh si barbar Nura.
Kelas yang semula sepi kini mulai ramai. Sibuk dengan aktivitas individu masing-masing. Dari mencontek tugas, maen game atau menggibah di pojokan sana. Setidaknya mereka melakukan hal yang berguna.
"Assalamualaikum" ucap seseorang sambil memasuki kelas. Ulfa kenal suara ini, sosok pendiam yang menempati kursi paling pojok. Ia mengangkat kepala untuk sekedar melirik.
"Waalaikumsalam" jawabnya setelah hampir dua menit berlalu. Mereka menoleh memusatkan segala atensi, bingung emang ada yang salah ya. ?"
"Cieee, tumben dijawab" oke si Refi mulai lagi.
" Memang ada yang salah dengan menjawab salam, lah kan muslim harus dijawab dong " jawab Ulfa sewot, ingatkan bahwa mood nya hari ini benar-benar hancur.
" Nah bego jangan dipelihara, makanya jangan nyontek mulu" sahut si minyak tanah siapa lagi kalau bukan Fatim.
"Mungkin dia nonis " sekelas tertawa dengan ucapan spontan Nura. Si pakar julid beraksi.
"Lah lu juga nonis" teriak fatim tak terima.Ulfa menoleh ke arah belakang, dimana sosok itu duduk tenang dengan buku bacaan ditangannya terlihat fokus tanpa peduli sekitar.
"Namanya Lana, orangnya pendiam pokoknya cool gitu deh. Tapi famous loh" Ulfa menyerngitkan dahi.
"Gak nanya" Fatim tertawa meledek.
"Just info beib, mana tau suatu saat butuh" gadis itu hanya mengangkat bahu tak peduli.
Namun dalam hati, rasa penasaran lebih mendominasi. Lana, dengan sisi yang amat berbeda.
" Lana" lirihnya tak terdengar.
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
shadow
Romance"Dia Lana, yang pergi tanpa salam perpisahan. Dan bodohnya aku masih menunggumu walau aku tau kau tak pernah lagi kembali pulang, ingat kau masih berhutang cerita padaku Lan" _Ulfa "Aku pernah berjanji memberi bahagia untukmu, dan maaf aku mengingka...