"Antarian nomor urut 15 silakan memasuki ruangan!"
Seorang pemuda yang sedari tadi duduk di kursi tunggu itu akhirnya berdiri melagkah menuju ruangan pemeriksaan." Anda telah terkena penyakit kanker otak yang hampir tahap stadium akhir"
Sekujur tubuh pemuda tersebut langsung melemas setelah mendegar ucapan sang dokter yang baru saja memeriksanya."Sisa waktu anda hanya tinggal 2 bulan."
Hening... Pikiran pemuda tersebut entah terbang kemana, masih berusaha mencerna ucapan dokter di depan nya itu.
Dokter itu pun melanjutkan berkataanya "Anda harus menjalani kometrapi agar bisa bertahan, itu pun paling tidak anda hanya akan memiliki waktu selama 1 tahun."
***
Alvin duduk termenung di depan jendela balkon rumahnya sedang menunggu kekasihnya pulang dari kantor.
Sudah 3 tahun Alvin dan Satria menjalin hubungan. Satria adalah sosok yang perhatian dan juga penyayang. Alvin sungguh beruntung memiliki sosok Satria dalam hidupnya. Satria memiliki peran yang sangat penting dalam hidup Alvin setelah sosok ayah nya.
22.30
Alvin tetap bersabar menunggu kekasihnya pulang kantor padahal jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Entah apa yang Alvin pikirkan sehingga dirinya terpaku dibalkon kamarnya sedari sore tadi, tanpa sadar air mata jatuh begitu saja di pipi yang mulai tirus itu. Hingga suara yang begitu familiar ditelinganya menyadarkan dia dari lamunannya.
"Aku pulang" suara yang terdengar sedikit parau karena lelah setelah mengurus pekerjaannya yang sangat menguras isi otak. Ya, itu adalah Satria kekasih dari Alvin.
"Sudah pulang, mau aku panaskan makanannya atau mau ku buatkan secangkir teh" tanya Alvin ke Satria.
"Tidak perlu, aku akan mandi dan langsung tidur. Aku cukup lelah dengan pekerjaan kantor tadi, hah..." hela Satria sambil melonggarkan dasi yang serasa mencekik lehernya.
"Ya sudah kalau begitu aku akan siapkan air panasnya, kamu tunggu saja di sofa" ucap Alvin.
Kling
Terdengar suara notifikasi aplikasi Line dari ponsel Satria. Satria yang mendengar suara notifikasi dari ponselnya segera membuka aplikasi tersebut. Sampai melupakan Alvin yang sedang menatapnya nanar yang sedang asik dengan ponselnya sendiri.
"Satria" panggil Alvin. Satria yang tengah asik memainkan ponselnya sampai tidak sadar bahwa Alvin sedang memanggilannya.
"Satria" panggil Alvin sekali lagi. Satria yang sedang fokus dan asik dengan ponselnya nya lagi-lagi tidak mendengarkan panggilan Alvin.
Hingga Alvin yang mulai merasa kesal merebut ponsel Satria dan mencoba melihat apa yang sedang kekasihnya itu lihat sampai keasikan dan melupakan kehadiran dirinya. Sebelum sampai Alvin melihat apa yang sedang kekasih nya bahas, Satria lebih dulu merebut ponselnya dan...
PLAK
Suara yang nyaring menghiasi heningnya malam itu.
Alvin yang masih dalam keadaan terkejut belum bergeming dalam posisinya. Barulah beberapa detik kemudian dia mulai membenarkan posisinya berhadapan dengan wajah Satria." Aku tidak segaja" ucap Satri.
" Hanya karena aku ingin melihat ponselmu, kamu menapar pipi ku dengan keras."
" Sudah ku bilang aku tidak suka ada orang lain mengaguku"
"Orang lain, apakah aku orang lain?"
" Akhh" helaan nafas cukup keras yang dikeluarkan oleh Satria tersebut membuat Alvin pelan-pelan meneteskan air mata.
Tanpa rasa bersalah sedikit pun, Satria pergi begitu saja meninggalkan Alvin dengan amarah yang siap meledak kembali. Alvin bersimpuh di lantai yang dingin dan menangis dalam diam.
"Dimana janjimu yang tidak akan menyakitiku?. Apakah itu hanya omong kosongmu saja, hiks hiks.." parau Alvin. Sudah cukup sakit menerima kenyataan bahwa ia menderita penyakitnya. Apakah kurang banyak lagi penderitaan yang akan menghampirinya.
Cukup lama bagi Alvin untuk menetralisir sakit yang berada pada pipi yang kian tirus itu. Alvin bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh mukanya yang terlihat sembab karena terlalu lama menangis.
Tanpa sadar sebuah cairan merah dan berbau anyir keluar dari hidungnya menetes terjatuh ke wastafel. Dengan segera Alvin membasuh wajah nya sekali lagi untuk membersihkan darah yang keluar. Alvin menatap pantulan dirinya di cermin dengan nanar. Apakah hidupnya tinggal sebentar lagi.
"Hah..., apakah penyakit ku semakin parah?. Sepertinya aku harus memeriksakannya kembali ke dokter" helaan nafas terdengar dengan suara yang cukup pelan.
00.00
Waktu sudah menunjukkan pukul tengah malam akan tetapi tidak membuat Alvin merasa mengantuk. Entah masalah apa lagi yang membuatnya melamun di balkon hanya dengan menggunakan baju yang tipis di musim yang dingin ini.
"Hah..." helaan nafas terdengar lelah dengan hidup nya, seolah-olah ingin segera menghilang dari dunia ini.
"Bagaimana cara ku menjelaskan kepadanya dan ke Ibu tentang penyakit ini. Tidak selamanya aku bisa merahasiakannya?. Hah.... cepat atau lambat pasti akan ketahuan juga. Lebih baik tidak memberi tahu mereka, biarlah waktu yang memberitahu nya." Pikir Alvin ke dirinya sendiri.
Sudah cukup lelah dirinya dengan perubahan sikap kekasihnya itu, ditambah lagi dengan penyakit yang mulai menggerogoti tubuhnya.
Dirasa cukup lama dirinya termenung sambil memandangi langit tanpa bintang seolah mengerti perasaannya. Akhirnya Alvin memutuskan untuk masuk kedalam dan mencoba untuk tidur. Tapi entah mengapa bukannya rasa kantuk yang menyerang nya, melainkan rasa sakit yang luar biasa Alvin rasakan saat ini.
"AARRGGHHH...sa..kit.. s..a..ki..t...sekali, Sa...sa...tri..a..tol..long..."raung Alvin.
Hinggaa........
TBC
Hay,, hay para pembaca kenalin aku Hanny,,
Ini aku cuma ngetikin doang sama nge publish cerita karya temen aku... di wattpad aku. Katanya biar wattpad aku nggak jamuran ya karena emang aku nggak jago bikin cerita jadi aku anggurin bisa nya menikmati karya-karya orang lain aja.. hehew jadi pyur bukan cerita buatan ku sendiri.Kalo ada typo mohon koreksinya sebisa mungkin akan aku perbaiki.
Dan karna ini masih part 01 jadi pendek dulu.. ini masih part 01 tapi udah ada konflik akkhh otokke eomma.... (◞‸◟ㆀ)
Oiya jangan lupa vote, comen nya ya temen-temen.
Selamat membaca :)
KAMU SEDANG MEMBACA
WISATA MASA LALU
RomanceTernyata cuma aku saja yang mati-matian memperjuangkan cinta kita itu. Kamunya enggak mau tahu. Untuk apa harus terus bersamamu. Kalau ujung-ujungnya kamu akan meninggalkan ku dan hatimu mulai tertuju ke sahabat ku. #mengandung BL, homophobic kalo...