Chapter 2

1K 148 3
                                    


"Mau kemana..?"

Renjun menghentikan langkah kala suara baritone itu terdengar. Tubuhnya yang hampir mencapai ambang pintu dia balikkan kembali, menoleh kearah sang papa yang kini berdiri sambil memegang sebuah handphone ditangannya.

"Keluar sebentar." Jawabnya singkat. Dia berniat melanjutkan lagi langkahnya, namun lagi lagi sang papa kembali berbicara.

Diluar hujan, katanya. Dan Renjun tidak diizinkan keluar.

"Nanti aja kalo hujannya udah reda, lagian kamu ngapain keluar.? Mending bantu papa aja sambil belajar sedikit sedikit ilmu bisnis."

Renjun tidak tuli, tapi dia pura pura tuli. Dia sengaja tidak menghiraukan perkataan pria paruh baya yang menyandang status sebagai papanya itu.

Apa katanya tadi.? Belajar ilmu bisnis.? Bisnis apa.? Bahkan sedikitpun dia tidak berminat sama sekali.

Ini hidupnya, dia bebas menentukan pilihan, mau dibawa kemana masa depannya, seperti apa nantinya. Tidak ada yang berhak menentukan hidupnya, kecuali dia sendiri.

Hidup Renjun, terserah Renjun.

Tak peduli beberapa kali panggilan dia dengar, kakinya melangkah keluar.

Diluar hujan deras. Memang. Dan Renjun tidak membawa payung atau apapun untuk menutupi tubuhnya. Dia hanya terus berjalan, menerobos hujaman air hujan dengan langkah pelan.

Dia menikmatinya, disaat kebanyakan orang ingin menghindari basahnya air hujan, dia dengan sadar malah menikmati itu. Gila.

.

.

"Emang dia gila." Kalimat sarkas itu terdengar, membuat Mark yang berada dibelakangnya melotot tak terima

"Jaga ucapan lo, siapa yang lo sebut gila.!"

"Renjun lah, siapa lagi." Jawabnya lantang. Meski begitu, dia kemudian tersenyum sumir. Hatinya sedikit perih kala berkata bahwa Renjun itu 'gila'.

"Bukan gila namanya kalo orang yang terang terangan hujan hujanan kaya anak kecil begitu, tapi karena emang dia suka sama hujan." Jaemin berkata dengan nada santainya.

"Terus menurut ELO, orang yang menyukai sesuatu itu harus fanatik kaya Renjun yang suka hujan.? Lo fikir aja baik baik, orang normal, sesuka apapun itu gak mungkin bersikap bodoh kaya gitu. Cuma orang gila yang ngelakuin hal begitu.!"

"LIU YANGYANG.!"

"Apa.? Gue ngomong bener, kan.?"

Kepalan tangan Mark yang hampir mendarat di pipi Yangyang itu berhasil Jaemin cegah. Pemuda Lee itu kini menatap kedua sahabatnya bergantian. Tidak, Jangan lagi hanya karena Renjun keduanya babak belur. Fikirnya.

"Jangan berantem guys, bisa kan.?" Pintanya memohon.

Yangyang dan Mark hanya membuang muka satu sama lain, kemudian tak ada lagi yang membuka suara.

Diluar sana, mereka bisa melihat bagaimana tubuh mungil Renjun dengan asyiknya berdiam diri dihujami ribuan airmata malaikat yang turun.

Dear U || NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang