...
Felix termenung bisu dibangku taman, matanya sedikit kosong dengan air muka kaget yang masih membekas jelas menyelimuti wajah cantiknya.
Terkejut membuat Felix lemas luar biasa.
Beruntung Hyunjin cepat datang dengan botol air mineral dalam genggaman.
"Minum dulu, tenangin diri lo."
Bahkan membuka penutup botol saja, Felix kepayahan.
Dengan telaten Hyunjin membukakannya kemudian, sekaligus turut memegangi botol agar Felix lebih mudah meminumnya.
"Gimana, Udah baikan? Apa mau pulang aja? Muka lo pucet."
Akan tetapi tak ada sahutan, Felix masih diam, terjerembab dalam rasa syok yang membuatnya nampak sedikit linglung.
"Kan gue udah bilang jangan kesana, gue tau lo paling gak bisa liat yang berdarah-darah gitu... Lo sih, ngeyel. Pulang aja ya? Gue anter. Hm?"
Kali ini Felix mau menoleh padanya, wajahnya masih nampak pucat. Beberapakali bibirnya bergetar hendak mengeluarkan suara, tapi selalu saja gagal.
Tapi Hyunjin tetap menunggu, menunggu dengan sabar hingga akal sehat anak itu kembali pulih.
"Gue—" ia tercekat dalam kata, meneguk saliva susah payah sembari menatap bola mata Hyunjin dengan pasti. "Kok Lo bisa tau... D-disana—"
Hyunjin tau Felix kesulitan untuk menanyakan itu.
"Oh itu—" Hyunjin terdiam sebentar. "Gue liat, diatas, pas Bu Sanah jatuh dari rooftop..."
Felix Lee, kembali mengeluarkan isi perutnya yang tinggal cairan bening dengan rasa luar biasa pahit. Dia mual, bayang-bayang akan Gurunya yang tergeletak bersimbah darah dengan kaki patah membuat Felix pening tak karuan.
Melihat itu Hyunjin menghela ringan. Berdiri untuk kemudian menggenggam tangan Felix erat.
"Gue anter lo pulang."
...
Sebab kejadian tersebut kegiatan belajar diberhentikan saat itu juga. Banyak petugas kepolisian berseliweran di TKP. Memastikan tentang kebenaran dibalik jatuhnya salah satu guru di sekolah tersebut.
Felix tidak berani membuka ponsel saat sampai di rumah. Sebab bisa dipastikan, isi sosmednya akan dipenuhi dengan insiden siang tadi.
Omong-omong, Hyunjin masih disampingnya. Menemaninya walau hanya sekedar menonton film saja. Pemuda itu berbaring diatas pahanya, fokus memainkan ponsel.
"Sekolah diliburkan selama tiga hari." Celetuknya tiba-tiba.
"Libur?" Hyunjin berdengung kecil sebagai jawaban.
Dia menurunkan ponsel kemudian, mendongak keatas guna menatap Felix yang kembali fokus pada sinema didepan sana.
Felix itu imut, fitur wajahnya kecil, hidung mungil dengan bibir penuh. Sekembar maniknya selalu menatap dengan cerah, cemerlang seolah didalam sana terdapat banyak bintang.
"Kok ngeliatin akunya gitu banget?"
Tak sadar yang diamati sudah menunduk untuk menatapnya balik. Hyunjin berdehem dengan retina bergulir menghindar.
"E-engga...." Dia bangkit dari posisi semula, duduk dengan anteng disebelah Felix. "Lo—"
"Gue Apa?"
"Can— engga, maksudnya Lo cakep juga kalo diliat dari deket."
Itu membuat Felix malu luar biasa. Pipinya memerah, dia membuang tatap seolah fokus pada televisi yang menyala. Akan tetapi, telinga yang berubah merah sepenuhnya tak bisa luput dari penglihatan Hyunjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] L u c i f e r ' s
Fanfiction[SLOW UPDATE] Sebuah rencana yang telah Hyunjin rancang begitu matang, harus ia paksa terbalik total hanya karena hal sesederhana sebuah ajakan bermain basket oleh Sang Target. "Hei, mau bergabung basket bersama kami?" senyuman itu nampak sederhana...