Seperti biasa gadis itu berangkat menuju SMA TUNAS BANGSA dengan mengayuh sepeda kesayangannya. Meskipun jarak yang ia tempuh lumayan jauh, kedua orang tuanya juga pernah menyarankan irene menaiki motor tetapi gadis itu menolak dengan alasan "sepeda ini adalah separuh hidup aku"-ujar irene sembari mencium tangan sang ibu "aku berangkat dulu ya bu".
"Iya sayang hati-hati"-jawab sang ibu.Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 pak satpam sudah siap untuk menutup gerbang sekolah. "Tunggu pak!!!!"-teriak irene dari seberang jalan. Pak satpam memberikan kode dengan melambaikan tangan supaya irene bergegas masuk. "Makasih ya pakkkkk"-ujar irene dengan senyum manis. Menghela nafas besar "kebiasaan banget si neng, dateng jam segini"-ujar pak satpam.
Setelah memarkirkan sepeda, gadis itu bergegas menuju ruang kelas dengan melewati beberapa lorong kelas. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti tatkala melihat seorang perempuan dengan seragam yang berbeda dari SMA Tunas bangsa sedang menatap kesana kemari seperti tengah kebingungan.
"Hai?"-sapa irene bermaksud memberi bantuan.Namun perempuan misterius itu malah menatap tajam ke arah irene. Kemudian ia berjalan pergi menuju..... "Belakang sekolah? Mau ngapain dia?"-rasa penasaran irene semakin menggebu-gebu, akhirnya ia memutuskan mengikuti perempuan misterius itu.
Dengan lincah perempuan tersebut memanjat pohon berusaha untuk meraih tembok pagar sekolah. "Apa yang dia lakukan?"-irene semakin tak paham dengan tingkah perempuan tersebut terlebih ketika ia sekarang tengah berdiri tegak di atas pagar berketinggian 15 meter tersebut. Tiba-tiba saja ia terjun bebas keluar pagar sontak melihat hal tersebut irene berteriak "Tidakkkk!!!!!"
Seseorang menepuk pundaknya."Ren! Lo ngapain?"
"G-gawatttttt, kita harus tolong dia!"-ujar irene setelah menatap dimas kemudian berlari dengan kencang. Meskipun dimas tak mengerti maksud irene, ia berusaha mengikuti gadis tersebut.
"Dim! Sekarang lo panjat pagar ini!"
"Dih, ogah banget!"
"Ayolah dim! Kita harus pastiin perempuan tadi baik-baik saja!"-ujar irene semakin panik
"Perempuan siapa? Gak jelas banget lo! Kebanyakan halu dasar"
"Dasar cowok batu! Gak punya hati! Terserah lo deh, gue bisa manjat pagar ini sendiri!"
"Terserah, coba saja kalau lo bisa"-ujar dimas menyilangkan kedua tangganya di depan dada.
"Aduh, kenapa gak bisa sih! Perasaan perempuan tadi gampang banget manjatnya"-keluh irene yang tak punya bakat memanjat. "Gak bisa!"-rengek gadis itu.
Pria tersebut duduk di depan irene "Naik!"-pinta dimas kepada irene untuk menginjakkan kakinya di bahu pria tersebut. "Ogah, gue tau kok dim. Akal bulus lo! lo mau ngintipin gue kan? Dasar otak mesum!"
"Jangan kegeeran deh!"
"Kenapa gak lo aja sih, yang manjat!"
"Masih mending gue mau bantu mewujudkan kehaluan lo!"-jawab dimas ketus
Dengan terpaksa irene menginjakkan kakinya di bahu dimas "lo jangan pernah nengok ke atas! Dengar kan lo!"-ujar irene
"Iya ah-" Jawab dimas
Setelah berhasil menggapai puncak Pagar, irene merasa heran karena perempuan misterius itu tak ada? Bahkan bekas ataupun jejak tidak ada sama sekali. "Kok gak ada sih? Dia kemana?"-ucap irene lirih
"Gimana?"-tanya dimas "buruan lo berat banget gilaaaa!!!!"-keluh pria tersebut.
"Perempuan itu.. Gak ada?"
"Kan udah gue bilang, lo itu cuma halu. Atau jangan-jangan yang lo lihat tadi... Hantuuuuu"
"Ya kali ada hantu pagi-pagi begini"
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT YOU
Fanfiction"Jika saja hari itu aku tidak menjadi orang baik, mungkin saat ini aku masih baik-baik saja" -ujar Irene dengan perasaan penuh sesal namun kini nasi sudah menjadi bubur