PROLOG

279 53 2
                                    

Ruangan lengang bernuansa serba hijau itu dipenuhi oleh potongan-potongan anggota tubuh seorang pria. Bau khas darah seolah menjadi pengharum dalam ruangan tersebut. Darah merah bersimbah mengotori permukaan lantai putih, menjadikannya warna kontras yang mencolok.

Perempuan bergaun putih bersih dengan paras secantik malaikat yang sering menipu semua orang, kini mengeluarkan ekspresi gila ketika tangannya sibuk memotong jantung korbannya seakan sedang memotong kubis untuk memasak.

Ujung gaun yang bersih terciprat oleh titik-titik merah, kulit putih dari si perempuan nampak mencolok diantara cahaya remang-remang berasal dari sang rembulan.

"Pria brengsek yang hanya tahu menikmati kecantikan, sungguh memuakkan. Sayang sekali kau langsung mati setelah aku menusuk salah satu matamu dan menusuk jantungmu tiga kali. Tidak seru."

Perempuan tersebut— Sallyana Cless. Seorang dokter terkenal akan kecantikannya yang sering memikat kaum adam walaupun baru bertemu satu kali, itupun tanpa sengaja. Dimana kakinya berpijak, disitulah pesona alaminya bekerja menjerat perhatian semua pria. Diberkahi tubuh tinggi semampai, surai hitam sepanjang pinggang, iris hijau menenangkan secerah rerumputan di padang luas, dan sifatnya yang ramah serta mudah bergaul.

Sally mengernyitkan dahi tatkala sedang menjilati sisa darah pada permukaan bilah pisau kecil kesayangannya, sebuah suara langkah kaki terdengar mendekat. Iris hijaunya berpendar memeriksa sudut-sudut gelap, tidak ada siapapun. Dia sudah memastikan lebih dulu keadaan dari rumah korbannya sebelum melancarkan aksi.

"Keluarlah." Desis Sally dengan suara tajam, sudut bibirnya terangkat ke atas membentuk senyuman smirk.

Kekehan rendah bernada dalam mengalun indah. Mata Sally menyipit, ini suara lelaki.

"Karena kau sudah membunuh tikus yang menggangguku, biarkan aku menawarkan kerja sama pada gadis cantik seperti dirimu."

Perawakan lebih tinggi dari perempuan bergaun putih itu mulai terkuak dari kegelapan salah satu sudut ruangan, tubuh gagahnya terlapisi kemeja hitam berukuran sedikit sempit yang mana malah memperjelas bentuk tubuh seksi pria tersebut.

Sally menendang potongan kaki milik korbannya. Berdiri mantap seraya menatap lurus pria bersurai segelap tinta dengan netra abu-abu jernih memancarkan pesona kelembutan yang menyembunyikan karakter licik.

"Siapa kau?"

"Apakah itu penting?"

"Tidak, karena kita tidak akan pernah bertemu lagi."

Juano Albertus berjalan mendekat, menunduk menyetarakan wajah mereka berdua. Iris abu-abu berkilauan miliknya memandang iris hijau pihak lain, "Matamu sangat indah," pujinya serius.

Sally diam-diam hendak menusuk perut Juano menggunakan pisau kecilnya, nahas, pergelangan tangannya lebih dulu dicekal oleh Juano.

"Gerakan tanganmu terlalu mudah dibaca melalui perubahan emosi dari tatapan matamu."

"Lantas?"

"Jadilah mesin pembunuhku."

"Kau kira aku seorang anjing yang bisa di suruh?"

"Tidak."

"Lalu?"

"Kau adalah rubah putih kecil yang terlalu liar dan memerlukan seseorang untuk memotong seluruh cakarmu, merantai kedua tangan dan kakimu agar tetap diam."

Ejekan secara langsung tersebut benar-benar membuat Sallyana merasa jengkel. Bibir ranumnya mengerut sebagai tindakan spontan ketika hatinya kesal oleh tindakan orang lain.

Juan mendorong dagu Sally melalui tekanan jari telunjuknya yang panjang, "Kau juga punya bakat menggoda alami." Sesaat kemudian ia mendaratkan bibirnya di atas bibir Sally. Hanya sekedar kecupan biasa, tetapi berefek luar biasa bagi Sally yang tidak pernah memasuki dunia asmara meskipun telah hidup selama dua puluh lima tahun

"Sial! Kau—"

"Sssttt. Jika Nona cantik mau menerima tawaranku, aku berjanji akan memberikan sesuatu yang bagus."

Sorot binar dari sepasang mata hijau itu semakin dingin saat merasakan goresan tajam dari kuku Juan menggores kulit mulusnya.

"Bagaimana menurutmu?"

Dengan wajah cantiknya menghadapi langsung paras rupawan lembut senantiasa dipenuhi senyuman, Sally menarik tangan Juan dari lekukan lehernya.

"Setuju."

"Setidaknya kau tidak hanya impulsif, otakmu masih pintar untuk mengambil keputusan. Cepat keluar dari sini, tunggu aku satu minggu lagi."

"Kau tahu alamat rumahku?"

"Tidak sulit mencarinya. Aku bukan orang remeh seperti dugaan di kepalamu."

Juan menggenggam sehelai surai hitam milik Sally, menciumnya dengan ekspresi erotis. "Aku menantikan hidup bersamamu. Sampai jumpa."

















🦋🦋🦋
Resmi update? belum tahu:) kapan-kapan, jangan lupa masukin perpustakaan biar dapet notif, oke🦕

jangan lupa vote dan komen, krisar dibutuhkan banget 🐣

MAFYCHOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang