↗ White

7 1 0
                                    

Pintu ruangan itu tergeser, tampilkan sosok Fushimi Saruhiko yang baru beberapa menit lalu lenyap dari pandangan anggota Klan Biru---mengatakannya seperti itu, namun pada dasarnya kini fungsi dari golongan yang diikutinya itu sedikit berbeda dari sebelumnya. Pada ruangan kecil dengan enam tatami menyapa, sebuah meja di tengah-tengah diletakkan sementara kepala seorang gadis yang tengah tertidur dibaringkan di atasnya. Netra biru sang pemuda yang baru saja melangkahkan kaki ke dalam, mulai menyapu ruangan; temukan pintu geser pada salah satu dindingnya, untuk kemudian mengkonfirmasi ruangan lain di dekat sana yang mungkin digunakan sebagai peristirahatan.

"Bingo." Mengikis jarak diantara dua makhluk hidup di ruangan itu, ia berjongkok tepat di dekat Konohanamiya Sagisou---yang sepertinya benar-benar telah terbuai ke alam mimpi sampai tak akan menyadari kehadiran penonton pertamanya. Pemuda dengan helai hitam itu terdiam, sejenak … memulas senyum miring---seolah mengejek, seolah pula lukiskan rasa kelegaan di balik itu. Tampak lebih menikmati waktunya untuk tenggelam dalam pesona wajah seorang putri tidur daripada repot-repot membangunkannya.

"Untuk ukuran gadis lemah sepertimu … hebat juga kau bisa bertahan sejauh ini," kala lirih ucapkan itu, jemari bergerak menyingkap helaian cokelat panjang terurai hampir menutup wajah itu---kejadian yang langka, mengingat gadis itu hampir di setiap waktunya mengikat rambutnya dengan pita birunya yang khas.

Jika orang lain melihat apa yang ia lakukan sekarang, mungkin Saruhiko tidak akan lagi berani untuk bergerak menyentuh yang bersangkutan---itu sangat memalukan, omong-omong.

.

.

COLORUARY | White
Pada memori dimana ketiganya berjalan beriringan, pada memori dimana ketiganya seolah tak terpisahkan---meski tak ada kata tersampaikan lagi terkait itu, sang pemuda dapat memahaminya lewat netra yang sering kali menyiratkan rindu.
Ketika salju turun, itu adalah pertanda akan berakhirnya segala batasan. Bukankah ini langkah yang bagus untuk memulai semuanya lagi dari awal?

Fushimi Saruhiko × Konohanamiya Sagisou (OC)
K Series fanfiction by Cordisylum

.

.

Hening dalam pikirannya sejenak, netra Saruhiko memilih menginvasi pada seluruh ruangan. Pada jendela kecil yang membuat iris kebiruan itu mendaratkan perhatiannya terhadap salju turun dan bertumpuk-tumpuk di luar sana. Memang waktu yang dingin seperti ini cukup menyenangkan untuk digunakan sebagai alasan beristirahat, bukan? Setidaknya, ia menganggap hal itu benar dari apa yang sedang disaksikannya.

Sagisou masih tidak bergerak---kecuali dada yang naik-turun menandakan bernapasnya ia dalam damai tidurnya. Saruhiko mendesah pelan. Lega, benar. Ia lega karena setelah semua yang berlalu, gadis itu baik-baik saja. Namun sesirat rasa aneh mengganjalnya kali ini---pertanyaan dalam benaknya mengambil alih; akan apa yang akan terjadi setelah ini? Apa yang sebaiknya ia lakukan setelah ini?

"Hantu itu sudah pergi."

Ia teringat kala Kushina Anna mengatakan hal itu kepadanya. Hantu. Selayaknya sosok yang telah digentayangi oleh bayangan ayahnya dalam beberapa tahun lalu, benar Saruhiko merasa lebih bebas kali ini---tapi apakah benar nyatanya seperti itu? Ia masih membawa banyak praduga dalam kepalanya. Ia sendiri tidak mengerti. Mungkin gadis kecil itu hanya sedang bermain-main dengannya?

Ia menepis pemikiran sulitnya dan berpikir untuk sebaiknya segera meninggalkan tempat---terlalu lama merenungi hal yang sama dan bisa-bisa gadis di dekatnya itu terbangun memergokinya.

'Omong-omong sampai kapan dia akan tertidur?'

Iris biru beralih pada sebuah buku terbuka lebar di dekat kepala sang gadis yang masih terlelap dalam sepi---terbiarkan, kemungkinan sempat dibaca oleh yang bersangkutan. Namun ketika jemari Saruhiko berhasil membalik beberapa halaman diantaranya, sesuatu berhasil mencuri perhatian sang pemuda detik itu: sebuah foto antara dirinya, Sagisou, dan satu lagi Yata Misaki---kemungkinan ketika ketiganya masih menginjak bangku sekolah menengah.

"…." Tidak ada kata tersuarakan, namun jelas dari ekspresinya memendam ribuan kata terkait hal yang ia terpikirkan. Lirih, untuk sejenak kembali letakkan benda itu dan beralih kembali pada sosok Sagisou di seberang sana---sebentar menggeliat, mungkin tak nyaman akan posisi yang ia dapatkan.

"Dasar bodoh."

'Apa kau senang sekarang karena keinginanmu bisa menjadi kenyataan?'

Bagaimana denganmu, Saruhiko? Tidakkah kau senang? Jika pertanyaan yang seperti itu balik dilayangkan kepadanya, belum pasti apakah Saruhiko dapat menjawabnya dengan tegas. Ia teringat kembali pertemuannya dengan Yata Misaki beberapa saat sebelum ini---dan bagaimana sapaan ramah dari pria pendek itu mengudara selayaknya hari-hari biasa di masa lalu.

'Masa lalu, ya?'

'Yang seperti itu rupanya tidak bisa segera berakhir, ya?'

Ia tersenyum---tidak, apakah itu membawa sedikit kelegaan dalam hatinya? Ia menyadari apa yang dilakukannya dan merasa konyol. Namun mengelak kenyataan itu rasanya lebih konyol lagi. Ia melepas napas panjang. Lelah dengan pemikirannya sendiri. Lirik netra mendarat pada sosok yang sama lagi.

Entah mengapa kemudian, putuskan untuk perlahan membawa tubuh mungil Sagisou dalam kedua lengannya---berdiri untuk kemudian menggendongnya ke ruang di balik pintu di dekat mereka yang sempat dibuka. Mengistirahatkan gadis itu pada futon yang entah berapa lama telah digelar. Sang pria berpikir lagi; mungkin Sagisou baru saja akan beranjak tidur ketika tiba-tiba kantuk menyerangnya di ruangan sebelumnya.

Ia memastikan gadis itu berbaring dengan posisi yang lebih baik sebelum kemudian beranjak untuk menyelimutinya. Menatap kembali, dimana gadis itu tengah nyaman dengan keadaannya tanpa keluhan terdengar meski sebatas gumaman. Saruhiko tertawa kecil dengan nada mengejek---seolah diperuntukkan untuk dirinya sendiri.

"Kurasa aku mulai menjadi gila."

"Kau menyebalkan sekali dan itu membuatku sakit kepala memikirkanmu." Pada detik dimana ia mendekat untuk membisikkan kalimatnya ke telinga Sagisou yang masih tertidur, teringatkan akan memori dimana keduanya terjebak dalam keadaan harus saling melindungi satu sama lain sampai salah satu diantara mereka terluka. "Setidaknya, bertahanlah sebentar lagi."

"Untuk berikutnya…," menarik dirinya untuk berdiri, menatap lebih jelas pada wajah gadis itu lagi, "sebanyak apapun aku memikirkannya, memang kurasa ada baiknya kita menghabiskan waktu bertiga---seperti di masa lalu."

Punggung yang meninggalkan sosok dalam kunkungan hangatnya selimut di belakangnya, secara perlahan menghilang di balik pintu---tanpa melihat kembali, bagaimana kelopak mata di seberang sana mulai bergerak untuk membuka; perlihatkan netra biru menatap dalam diamnya.

.

.

COLORUARY | White
Tanggal dipublikasi: 16 Oktober 2021
Terakhir disunting: 16 Oktober 2021

» See next chapter?

COLORUARY | Fushimi SaruhikoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang