Sinar mentari menerobos masuk melalui gorden menerangi sedikit bagian kamar yang terlihat gelap, tampak sang pemilik kamar yang tidak terusik dan masih tergulung selimut tampak tidak ingin untuk membuka mata. Tak lama setelah itu, bunyi dering ponsel menggema disepanjang ruangan.
"Ck...".
Mata yang awalnya terpejam kini perlahan terbuka, dengan wajah kantuk dan serta nyawa yang belum terkumpul semua, meraba meja di samping tempat tidurnya, mengambil handphonenya yang masih berdering dengan keras menanpilkan suara penyanyi wanita china.
Ditekannya tombol mati yang tertera pada layar handphone, bangkit duduk untuk mengumpulkan sisa nyawa yang entah melayang kemana, ia menguap sambil merenggangkan badannya sebentar, sebelum kembali mengecek handphonenya.
Ada beberapa pesan masuk dan panggila tidak terjawab di layar handphonenya. Dia membuka sandi layar Handphone, membalas beberapa pesan penting dari teman sekolahnya. Matanya sedikit membulat saat melihat tanggalan di handphone.
Secarik senyuman tipis terlihat pada bibirnya, sorot mata hitam kecoklatan menampilkan kelembutan dan penuh cinta tercetak jelas sekali. Dia bangkit dari ranjang kesayangannya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
~-- '••′--~
Lima belas menit berlalu, tercium wangi khas sabun saat pintu kamar mandi terbuka, menampilkan tubuh telanjang dada dengan handuk biru yang bertengger pada pinggang menutupi aset berharga miliknya, sambil bersenandung kecil dia berjalan mendekati lemari yang terletak disudut ruangan kamarnya.
Membuka lemari itu, kemudian memilah baju apa yang akan dia kenakan. Di tumpukan baju nomor dua terlihat kaos putih dengan logo tulisan jepang dibagian depannya, dia ambil dengan sebuah celana jeans biru, memakainya didepan kaca sambil memandangi kecocokan baju yang dia kenakan.
Dia mengambil sisir, menyisir rapi rambut basahnya, setelah itu dia berjalan pada gantungan baju yang berada di belakang pintu kamarnya, mengambil hoodie biru dengan logo singa di depan dada, memakainya sebelum keluar kamar.
Diluar sudah ada adiknya, Arza yang sedang menyantap mie kuah dengan beberapa iris cabai dan telur.
"Mau kemana tuh, pagi-pagi udah rapi", ucap Arza sambil menatap sang kakak yang berjalan mendekat kearahnya. Buru-buru dia menarik mienya lebih dekat, "kalau mau, ambil sendiri di dapur, mama nyisahin kamu sebelum dinas tadi".
"Dih pelit", Leo, sang kakak berjalan kearah dapur untuk mengambil sarapan paginya, iya, hanya ada mie dengan telur serta susu yang sudah di siapkan, sang mama tidak terlalu sempat untuk menyiapkan makanan karena harus dinas pagi, sementara ayahnya dinas diluar kota.
Dibawanya mangkuk berisi mie dan segelas susu vanila ke meja makan yang terletak tidak jauh dari dapur. Duduk disebelah sang adik yang masih menyantap mienya.
"Tumben rapi, mau kemana emang?", Arza bangkit dari duduknya setelah selesai makan, menyuci piring dan mangkok bekas makannya di wastafel.
"Kepo", Leo menelan kuah mienya.
"Dih, Jangan pergi kalau gitu, aku dirumah sendirian".
"Penakut", Leo mengambil gelas dan meminum susunya.
"Dih, bilangan mama kalau kamu pergi ninggalin aku sendirian", Arza mengambil handphone miliknya.
"Pengadu, ya udah ikut aja", Leo berdiri menuju wastafel, kemudian menyuci piring dan gelasnya.
"Terus rumah gimana?".
"Tinggal kunci".
"Kalau ada orang yang kesini gimana?".