II

12.8K 926 71
                                        

Gila rasanya ketika semua orang menatap Ayaka yang duduk dikelasnya dengan Noa yang berada disampingnya. Sorot tajam Noa menghilang justru Noa tampak bermanja, memainkan rambut Ayaka layaknya seekor kucing yang menggemaskan. Tentu saja ini terlihat aneh—bahkan sangat aneh! Noa dikenal sebagai sosok bermata tajam yang suka mengintimidasi orang lain, ibarat macan lapar yang memancarkan aura kebrutalan, tiba-tiba menunjukkan sisi lain dirinya.

Noa bukan sekadar bad boy yang suka menggoda perempuan. Ia adalah definisi orang jahat, suka membully secara verbal dan nonverbal kepada orang yang tidak mempunyai masalah dengannya, bahkan tak segan melukai orang lain sesuka hati. Mungkin karena sekolah ini—secara harfiah—miliknya, hadiah dari kakeknya saat ulang tahun yang ke 17. Tak heran Noa begitu disegani di sekolah ini.

"Kenapa?" tanya Noa heran sambil merangkul Ayaka—masih bermain-main dengan rambutnya.

"Semua orang... ngelihatin kita," jawab Ayaka dengan nada datar, meski hatinya dipenuhi ketakutan. Matanya bergetar saat melirik Noa sebelum buru-buru mengalihkan pandangan.

"Kamu nggak nyaman?" Noa bertanya lagi.

Ayaka mengangguk pelan.

Dengan napas kasar, Noa menatap sekeliling dengan tajam. "BUBAR BRENGSEK! SAMPAI ADA YANG NGELIATIN KITA GUE CONGKEL MATA LO!" teriaknya.

Suasana langsung kembali normal dalam hitungan detik. Murid-murid yang awalnya mengintip dari kaca koridor langsung lari, sementara teman sekelas Ayaka cepat-cepat duduk, dan menundukkan kepala untuk menghindari tatapannya.

Beberapa murid perempuan justru mengira Noa romantis, rela melakukan apa pun yang Ayaka minta. Namun, kenyataannya Ayaka menahan ketakutan luar biasa. Tangannya gemetar, tapi ia berusaha menyembunyikannya dengan meremas tangannya sendiri.

"Hey, masih cemberut?" tanya Noa, kali ini dengan tatapan hangat.

"Udah bel, kamu gak balik ke kelas?" ujar Ayaka pelan.

"Yaudah... tapi pulangnya nanti sama aku. Aku tunggu di gerbang ya, cantik." Noa mengusap rambut Ayaka sebelum keluar dari kelas dengan senyum tenang—senyum tulus yang jarang terlihat darinya.
















































Ayaka tersenyum saat membalas chat dari Haru—sahabatnya sekaligus tetangganya.


|Curang, ibuku aja lebih sayang ke kamu daripada ke aku, padahal aku anak kandungnya (⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

Ayaka tertawa pelan. Tapi setelah menunggu di depan gerbang lebih dari setengah jam, Noa belum menampakkan diri. Sekolah mulai sepi. Apakah Noa meninggalkannya?

Ia memutuskan pergi ke halte bus sebelum langit orange berubah gelap, duduk menunggu bus berikutnya. Namun, sebuah mobil berhenti di depannya tak lama setelah ia duduk. Jendela kaca mobil perlahan turun, menampakkan wajah Noa dengan ekspresi datar.

"Masuk," perintahnya dingin.

Ayaka diam, ketakutannya menguasai tubuh. Noa kembali berbicara, "atau mau aku gendong? kamu harus tahu aku nggak suka nunggu."

Akhirnya, dengan Ayaka terpaksa masuk kedalam mobil.

"I have a present for you, so we don't go straight home," ucap Noa sambil memasangkan sabuk pengaman Ayaka.

Mobil melaju cepat hingga Ayaka memejamkan mata sambil meremas seat belt yang melindunginya, mobil Noa berhenti di depan sebuah sekolah yang Ayaka kenali. Noa menunjuk ke halte di seberang.

"Lihat ke sana."

Di sana, Haru berdiri, menatap ponsel berulang kali seperti sedang menunggu seseorang. Ayaka terkejut—bagaimana Noa tahu tentang Haru?

Tiba-tiba, Noa mengambil pistol dari dashboard membuat mata Ayaka melebar melihatnya.

"Perlu aku bunuh dia supaya senyumanmu cuma buat aku?" tanya Noa dengan nada frustrasi.

Ayaka membeku. "Noa—jangan," mohon Ayaka dengan suara bergetar.

"Aku nggak akan hubungi dia lagi bahkan senyum lagi! Senyum ini cuma buat kamu!" ucap Ayaka dengan air mata mengalir, meminta belas kasihan.

"Please..."

Ayaka menatap Noa dengan tubuh yang masih gemetar. Detak jantungnya berdebar kencang saat Noa menurunkan pistolnya perlahan, tapi rasa lega itu hanya bertahan sesaat.

"Oke l'll do it, but..." suara Noa terdengar rendah, serak, dan penuh tekanan.

Tubuh Ayaka langsung menegang kembali. Nafasnya tercekat, sementara Noa menoleh menatapnya dengan pandangan gelap yang sulit ditebak. Wajahnya tampak tenang, tapi di balik itu ada sesuatu yang jauh lebih menakutkan dan mencengkam.

"Kiss me," bisiknya pelan namun tajam, seperti perintah yang tidak bisa ditolak. "Then I'll forgive you."

Ayaka membeku. Ketakutan mengikat seluruh tubuhnya, membuatnya sulit bergerak. Dia menelan ludah, mencoba mengatur nafas yang tak beraturan. Ini bukan permintaan—ini sebuah paksaan yang dibalut dengan senyuman mengerikan.

"Noa..." suaranya nyaris tak terdengar, hanya sebuah bisikan lemah yang dipenuhi rasa takut.

Noa mendekat perlahan, jarak di antara mereka semakin menipis. Tangannya terulur, menyentuh dagu Ayaka dengan lembut namun mencengkeram cukup kuat untuk membuatnya mendongak. "You don't want me to change my mind, do you?"

Air mata mengalir di pipi Ayaka. Jantungnya berdebar kencang, rasa takut dan tekanan membuatnya hampir kehabisan nafas. Ia tahu, ini bukan tentang pilihan—ini tentang bertahan.

Dengan gemetar, Ayaka menutup matanya perlahan, membiarkan bibirnya menyentuh pipi Noa singkat, berharap itu cukup untuk menghentikan semuanya.

Namun Noa menahan dagunya ketika ia memundurkan wajahnya, ia menarik wajahnya mendekat hingga napas hangatnya menyentuh kulit saling bersentuhan. "That's not enough pretty," bisiknya, nadanya lembut namun penuh ancaman.

Ayaka akhirnya menyerah, menahan isak tangisnya dan memenuhi permintaan Noa dengan setitik keberanian yang tersisa. Dalam sekejap ia mencium bibir Noa, dia merasa hampa—hanya ingin semua ini segera berakhir.

Noa tersenyum tipis, puas dengan apa yang baru saja terjadi. "Good girl," ucapnya pelan, lalu melepaskan dagunya dan duduk kembali di kursinya.

Ayaka menatap kosong ke luar jendela. Kepalanya penuh dengan ketakutan, namun ada satu hal yang pasti—ini belum berakhir. Tidak dengan Noa yang memiliki obsesi sekuat ini.




To be continued
🦋 © crxdia

wp : crxdia

Ig : @crxdiaa

NOA'S OBSESSION [1] REVISI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang