Bab 1- Gue Adam

138 19 1
                                    

Nama gua Adam Haidar Firdaus. Biasa dipanggil Adam, ibu gua sebenarnya pengen banget manggil gua Firda. Sayangnya nama Firda udah dipake sama janda tukang jamu yang sering keliling pake sepeda elektriknya. Keren kan?? Iya dong, dia kan mbak-mbak jamu kekinian, Katanya.

Gua sekarang bersekolah disalah satu SMA ternama dikota Hujan. Kalian pasti tau, yaitu kota Sukabumi. Ya, bukan lah. Maksudnya Bogor. Umur gua tuh sekitaran 17-an gitu. Gak tau pastinya berapa sih, cuma ya dilihat dari wajah sih, ya kisaran segitu. Masalahnya orang tua gua gak ada yang tau tepatnya hari, tanggal, tahun gua dilahirkan ke bumi pertiwi ini. Kan ada Akta kelahiran?? Nah, kebetulan mereka bikin Akta kelahiran itu pas gua mau masuk SMA. Dan mereka asal tembak aja tanggal lahir gua. Ya, kalo entar faktanya gua ini sebenarnya udah 25 tahun, ya maklumi aja. Tapi sumpah gua baby face dah. Ini gua lagi ngaca.

"Adam...".

Kayaknya itu suara ibu gua yang manggil. Pasti disuruh sarapan sama burger lagi. Padahal kan gua lidahnya, lidah western. Udah kebiasaan tiap pagi, ibu nyiapin sarapan. Tapi kalo dipikir-pikir bukannya emang semua ibu dipelosok bumi ini kayak gitu ya?? Tapi yang jelas ibuku ini spesial. Seperti...

"Kapan kamu mau ngenalin cowo kamu Dam?".

Jika bisa memilih, gua ingin dilahirkan dirahim Nagita slavina atau Ralinesyah. Sumpah, gua pengen nendang makhluk berstatus "ibu" ini. Tapi apalah daya, gua bukan anak sedurhaka itu. Dia tetaplah wanita yang mengandung dan melahirkan gua. Kalian pasti berpikir kalau ibu gua itu Fujoshi, seperti yang sering adik gua sebut-sebut ketika dia nonton Film korea kesukaannya. Bukan, bukan seperti itu. Ibu gua awalnya normal. Layaknya ibu-ibu komplek yang doyan nge-ghibahin tetangga yang udah punya emas baru ditangannya. Seketika berubah saat adik gua yang bernama Hilda Firdaus mencekoki ibu gua dengan aktor-aktor tampan idamannya. Berlanjut nonton bareng dan berujung...

"Nanti, kalo mau berangkat lewatin rumah Bu Marsinah. Suruh kerumah ya. Ada series baru gitu".

Berujung satu komplek ibu-ibu nonton film cowo sama cowo lagi adu mekanik.

Aku hanya bisa mengangguk malas. Mengiyakan apa yang ibu gua suruh. Sebenernya gak ada ruginya sih. Toh gak ada efeknya juga sama gua. Walaupun mereka sering menjodoh-jodohkan gua dengan anak mereka yang notabene adalah temen, sohib gua sendiri. Gua tetaplah Adam yang straight. Setidaknya gua tidak sendirian. Teman satu komplek gua merasakan hal yang sama. Intinya sekarang kita lagi nyari keluarga yang siap mengadopsi kita. Pindah planet juga gak papa.

Ini bukan tentang durhaka atau tidak mau menuruti kemauan ibu sih. Masalahnya ya, gua masih pengen remas-remas melon mbak-mbak loh bukannya--- Akhh sudahlah. Jangan tanya para bapack-bapack diantara kehidupan kita. Mereka tetaplah pria bertanggung jawab yang kerja tapi tidak bisa melawan terhadap makhluk berstatus istri. Selama mereka dikasih jatah ranjang. Mereka tak pernah mengomentari apa-apa. Hanya tertawa halus lalu....

"Ikutin aja maunya ibumu, Dam".

Ikutin apanya. Ini anakmu loh pak.. pak... kalo kawin sama laki gimana ceritanya bisa meneruskan perusahaan ghaib milik leluhur. Sumpah, jika ada yang mau mengadopsi gua. Adopsi aja, gratis. Gua gak makan banyak-banyak kok.

Kalau dilihat dari segi fisik sih, gua oke-oke aja. Termasuk jejeran cowok tampan kok. Hobby juga main  basket. Dan kalo mau sombong perut gua tuh sixpack kayak lee jong suk. Bibirnya juga sama. Sexy-sexy gimana gitu. Ya walaupun bau ketek tapi kan itu menjadikan gua sebagai cowo sejati.

"Dam, kok gak bawa Supra milik bapak lo lagi?". Tanya   Liam. Si cowo paling tajir di kampung gua. Iyalah anak Pak RT gitu loh.

Kita seumuran dan dari kecil udah bareng mulu kek tom and jerry yang gak bisa kepisah.

"Halah, gua ini mau nyamperin Lu. Mau nebeng hehehe. Daripada tuh motor mogok ditengah jalan entar ngalangin Nenek-nenek mau nyebrang". Cengir gua.  Liam mengangguk lalu menepikan motornya. Ia mau beli sarapan dulu.

"Adammmm...". Teriak panggilan dari ibu gua. Ada apa lagi sampe teriak-teriak segala.

"Ada apa bu?".

"Nih, kotak makannya ketinggalan". Ucap ibu seraya memberikan kotak makan berwarna pink keunguan. Mana ada pitanya pula.

Jelas gua gak mau. Menolak mentah-mentah. Kalo bisa gua bakar aja tuh kotak nasi. Pasti isinya juga mie sama telor.

"Ihhh harus dibawa. Biar jadi uke-uke manja". Dengan mata berbinarnya.

"ADAM BUKAN UKE, BUUUUU.....!!!".

TBC.....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Makhluk Bumi No. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang