AWAL

7 1 0
                                    

Udah follow? Oke silahkan baca

Happy Reading
**********

Di pagi hari, Anes dan adikknya Nakin kini terdiam di dalam kamar, kedua kakak beradik itu hanya bisa menyimak (mendengar) keributan di luar

"Kak ayah sama ibu berantem lagi?"

"Tutup teligamu." perintah Anes pada sang adik (ekspresi datar).

Bruk bruk...
Terdengar suara pecahan dan...?

"Kak, itu mama kenapa? Kok teriak teriak." Walau Nakin sudah menutup telinganya menggunakan tangannya, tapi ia masih mendengar suara walau tidak begitu jelas

"Kamu tunggu di sini, jangan kemana mana, tetap tutup telingamu." perintanya lagi dan Nakin mengangguk

Saat keluar, Anes melihat sekelilingnya sudah terdapat banyak pecahan berserakn di lantai. Anes melihat sang ibu yang terduduk di lantai sambil menangis. Dengan hati hati agar kakinya tidak terkena pecahan, Anes berjalan menghampiri sang ibu

"Mama." Anes berdiri di depan sang ibu

Mendongkak. "Anes."

Dengan perasaan sedih Anes langsung memeluk sang ibu dengan mengeluarkan air mata. "Maafin Anes ma, gara gara Anes,  mama seperti ini, mama di perlakukan seperti ini terus sama ayah."

Melepas pelukan dan menatap sang ibu. "Anes janji, Anes bakal kerja supaya bisa dapat uang, A-anes gak bisa ngeliat mama di perlakukan seperti ini terus menerus." Anes menunduk dan menangis

"Tatap mama, tatap mama Anes, dengar, kamu dan adikmu Nakin, gak boleh berhenti sekolah hanya karna ayah kalian,.. masalah ayah kamu, biar mama yang urus, tugas kalian sekolah dan sekolah."

"Tapi ma!"

"Sstt,... hari ini, hari pertama kamu dan Nakin sekolah,... Sekarang Anes siap siap nanti telat kesekolahnya." Anis membelai wajah sang anak sambil tersenyum

Kemudian Anes melihat sekeliling nya. "Biar mama yang beresin, sekarang kamu siap siap kesekolah." Lanjutnya lagi

Anes menatap sang ibu kemudian ia beranjak dan pergi.
...........................................................................

Bel telah terdengar pertanda pelajaran akan segera dimulai. Di kelas Xll IPA, kini sudah ada guru dan siswi baru yang berdiri di depan

"Pagi anak anak, hari kita telah kedatangan siswi baru bernama Anes, pindahan dari bandung."

"Ya Anes, silahkan duduk."

Anes terdiam sejenak, bingung dan melihat isi ruang itu. Di mana dia akan duduk. Anya cewek ber kacamata itu langsung mengangkat tangannya, menandakan supaya Anes bisa duduk sebangku dengannya. Kebetulan Anya duduk sendirian.

Melihat itu, Anes segera menuju tempat duduknya.

"Tuh cewek jutek amat."
..............................................................................

Setelah pelajaran satu dan dua selesai, Anes yang malas berada dalam kelas memilih keluar dan pergi ke kantin.

Anes menyeruput minumannya dan tiba tiba sebuah pergelangan tangan muncul di depannya.

"Hai Nes, gue Anya." Anya menjulurkan tanganya. Anes mendongkak dan menatap wanita yang baru ia kenal itu dengan tatapan datar. "Anes." kemudian ia kembali menyeruput minumannya.

"Gue boleh duduk di sini?"

"Silahkan."
...........................................................................

Di sebuah bar, Nasar (ayah Anes) kini sedang bermain judi bersama teman dan juga orang yang tidak ia kenali.

"Ahahaha, sekarang kamu kalah lagi," ujar lelaki berkepala bokap itu. Kemudian ia merangkul kedua cewek yang satu di samping kanan dan satunya lagi di samping kiri.

"Gimana? Mau lanjut lagi? Ahahahha," ujarnya lagi

"Ck! Mana bisa, uangnya pasti sudah habis.  Biasalah orang miskin. Makanya kaya bro kaya kita nih. Banyak uang, ya gak," ucapan teman si kepala botak itu mengahadirkan gelak tawa bagi mereka semua.

Nasar hanya bisa menahan emosi. Dari pada ia semakin dihina, ia memilih pergi dari tempat itu.

"Sial, gagal lagi gagal lagi, kenapa gue gak pernah menang, selalu aja kalah. Aarrghh."

Kemudian Nasar memeriksa dompetnya, berharap masih ada sisa uang di sana. Benar, di dalam isi dompet itu hanya tersisa 50.000. Tak menunggu lama Nasar yang pusing atas kekalahannya di+ mendapatkan hinaan, memilih pergi ke Bar lain untuk menghilangkan rasa stresnya.
...........................................................................

Di rumah. Setelah membersihkan pecahan pecahan di lantai, Anis langsung membersihkan dirinya. Setelah itu kemudian ia mulai memperbani lebam, luka yang terdapat pada wajahnya.

Tak lama, Nakin bocah kelas 5 sd itu pulang dari sekolahnya. Ia memanggil manggil ibunya tapi tidak ada jawaban. Nakin terus mencari keberadaan ibunya sampai, akhirnya ia menemukan sang ibu di kamar, dan langsung ia memanggil sang ibu dan mengahampirinya.

"Mama, Nakin pulang."

Anis yang menyadari hal itu langsung menyembunyikan alat perban di belakangnya. Walau masih kecil, Nakin tau apa yang terjadi pada ibunya. Dan Nakin terus menatap sang ibu.

"Sayang udah pulang. Pasti anak mama udah laper? Yaudah sini ikut mama kedapur." Anis kemudian memengang tangan sang anak dan membawanya pergi

Sesampainya di dapur Anis menyuruh anaknya untuk duduk (tempat meja makan) . "Anak mama pengen makan apa hm?"

"Telur goreng." Nakin tersenyum.

"Tunggu ya." Anis mengelus ngelus rambut Nakin

Anis menatap westavel dan mencari cari berharap masih sebutir telur. Nihil ia tidak mendapatkan apa, lanjut ia membuka kullas. Di sana juga ia tidak mendapatkan apa apa. Telur? Apalagi telur, yang ada hanya sebotol air didalamnya.

Anis kembali menutup pintu kulkas itu dan menoleh kebelakang untuk melihat sang anak, kemudian ia kembali ke posisi semula. Ia lupa untuk berbelanja bahan bahan makanan.

Tapi percuma juga kalo ia pergi ke pesar. Karna ia tidak mempunyai uang untuk berbelanja. Sang suami jarang memberi uang kepada Anis, terkadang ia mengambil uang sang istri dengan paksa atau mengambilnya begitu saja.

Dikemanakan uang itu? Kalo bukan di tabung di Bar ya dimana lagi. Ngerti gak.

"YaAllah. Telurnya habis. Gimana ini, uangku sudah habis lagi."

Tak sadar ucapannya itu di dengar oleh Nakin. Kemudian Nakin segera turun dari tempat duduknya dan menghampirinya. "Mama."

Menoleh kebelakang. "Eh sayang." Anis panik. "Kamu udah laper ya sayang. Tunggu sebentar ya, mama mau ke warung." Anis yang hendak pergi tiba tiba langkahnya terhenti saat Nakin memegang tangan sang ibu.

"Nakin mau makan pake kerupuk aja, gak mau telur," ujar Nakin dengan wajah tersenyum. Anis menatap sang anak dengan rasa terharu. Anis mengarahkan padangannya ke atas agar air matanys tidak turun.

"Ayo ma ambilin nasi, Nakin udah lapar nih."

Mendengar ucapan Nakin, Anis kembali mengarahkan sang anak untuk duduk kembali. Anis menyendokkan nasi, kemudian menaruhnya di hadapannya Nakin.

"Ma kerupuknya." tunjuk Nakin pada kerupuk yang berada di atas meja (dihadapannya).

"Makasih ma... Uumm enak." lagi lagi senyuman Nakin membuat Anis yang menatapnya terharu.

Anis masih menatap sang anak. Tak sadar air matanya terjatuh, mengetahui hal itu Anis langsung menghapus air matanya lalu tersenyum.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I DON'T CARE [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang