Sekolah itu memang membosankan tapi kalau kita sudah menemukan penyemangat tentu saja apapun yang kita lakukan di sekolah itu jadi berlalu dengan cepat
Benar kan?
Ya tentu saja benar, sekarang Tina sedang berada di depan papan Mading, ia juga membaca dengan teliti sebuah brosur yang ada di Mading terlihat jelas raut wajahnya terukir dengan penuh rasa bahagia dengan cepat kilat Tina merobek brosur itu karena ia khawatir kalau orang lain juga membaca brosur itu dan semua yang ia inginkan jadi sia sia
sreek(robekan kertas)
Tina berjalan menuju kelas dengan terburu-buru sesampai dikelas ia langsung mengambil notebooknya dan dia menulis setiap inci yang dia dapati di brosur itu
"Tina apa itu?" Tanya Lia sahabat Tina
"Brosur" singkat Tina
"Tentang apa?" Tanya Lia lagi
"Kamu tahu? Aku sangat menyukai badmintoon jadi tidak ada salahnya aku mengikuti training ini aku akan segera mendaftarnya" ucap Tina sambil mengembalikan pulpen kelaci mejanya dan berlalu begitu saja melewati Lia tanpa menghiraukan tatapan sedih Lia
Sesampai di ruangan yang tertulis "pendaftaran calon training badmintoon" Tina dengan antusias mencoba menenangkan dirinya karena ia sedikit gugup, dia tidak ragu hanya saja bertemu dengan orang orang baru sedikit memalukan dan canggung dengan segera Tina masuk kedalam ruangan dan membuka pintu dan benar saja semuanya sedang berkumpul disini dan ternyata dugaan Tina salah mengenai brosur.
"Ahh ternyata aku yang terakhir melihatnya" batin Tina
"Apa kamu mau mendaftar juga?" Tanya seseorang yang tidak di kenali Tina
"Ah i-iya" gugup Tania
"Duduklah sebentar lagi akan ada wawancara" ucapnya lagi Tina hanya mengangguk sebagai balasan dan ia segera duduk dan bergabung dengan para pendaftar sesekali Tania juga tersenyum dengan mereka
Waktu terus berlalu hingga pukul 15.30 hampir saja Tina bosan dibuatnya karena dia yang terakhir tentu saja dia yang paling akhir untuk wawancara
"Tina Azzahra " panggil seseorang didepan pintu
"Ah i-iya" gugup Tina
"Masuklah sekarang giliran mu" ucapnya ramah, Tina hanya mengangguk
Tanpa berlalu lama Tina segera masuk hanya sekedar untuk wawancara, 15 menit lamanya untuk wawancara membuat Tina merasa sangat bosan bagi dia hanya mengikuti training saja harus 15 menit apalagi wawancara kerja
"Aihh melelahkan" ucap Tina
"Tina" panggil seseorang dari belakang Tina dan spontan Tina melihatnya dan ternyata sahabatnya Lia, Tina melambaikan tangan untuk merespon panggilan Lia dan juga menghampirinya
"Ada apa?" Tanya Tina
"Apa malam ini aku bisa tidur di dirumah mu? Orang tuaku tidak ada dirumah hanya dua hari saja" ucap Lia
"Hahah, kamu ini tentu saja boleh sampai berhari hari pun boleh" ucap Tina dengan bahagia, Lia hanya terkekeh namun hati dia merasa tidak enak karena kali ini pun dia menyusahkan sahabatnya
"Tenang saja, aku ada bersamamu" ucap Tina seolah dia tahu apa yang terjadi dengan Lia
Tanpa berlarut Tina langsung menggenggam tangan Lia agar cepat mengikuti langkahnya karna Tina merasa waktu terasa sangat singkat jadi dia berusaha untuk secepatnya sampai dirumah, Tina mengandarai motornya dengan kecepatan sedang Karena Lia terus saja menjerit ketakutan
"Tina bisa pelan pelan sedikit"
"Tinaaaa awas motor"
"Tinaaaa polisi tidur"
"Tina jangan ngebut ngebut aku belum siap mati dan aku belum menikah"
"Aaaahh Tina mati jangan ngajak ngajak"Hancur sudah pendengaran suci Tina gara gara sahabatnya yang terus saja berteriak, rasanya Tina benar benar butuh lem mulut sekarang agar bisa membuat Lia terdiam.
Sesampai dirumah Tina langsung memarkirkan motornya dengan rapi dan menyuruh Lia untuk mengikutinya sedikit badmood dengan cerewetnya Lia di perjalanan
"Ahhh lelahnya rasanya aku butuh terapi telinga" gumam Tina sambil meneguk air yang baru ia ambil dari dapur
"Lia aku mau mandi duluan boleh?" Tanya Lia dan Tina hanya mengangguk rasanya menjawab saja lelah banget
Waktu berlalu dan menunjukkan pukul 18.00 Tina hanya mencoba untuk meringankan beban pikirannya dengan tiduran di sofa yang ada dirumahnya sesekali ia juga ngecek ponsel pintarnya untuk melihat info info terbaru.
"Tina, apa ada bahan didapur?" Tanya Lia tiba tiba
"Ada" ucap Tina sambil menatap ponselnya tanpa menoleh kearah Lia
Mendengar Tina menjawab ada, Lia langsung antusias menuju dapur hanya untuk menampilkan bakat memasaknya pada Tina
Tina beranjak dari sofa dan berjalan menuju kamarnya dengan santai ia membuka lemari baju kesayangannya dan mengambil tas raket itu dengan senyum bahagianya ia melihat raket yang sudah lama tak ia gunakan karena raket kesayangan ini adalah milik sang ibundanya yang terlalu berlalu pergi kepada sang pencipta
"Izin kan aku memakainya ya ma, aku janji kita akan menang" ucapnya dengan lembut sambil mengusap raket
Tina berjalan menghampiri laci yang disamping kasurnya ia melihat sebuah kertas yang sudah lama tertaruh di dalam laci, ia mengambil kertas itu dengan pelan ia membukanya dan kembali membaca
"Anakku sayang, jangan nakal ya sayang mama mau putri mama menjadi orang sukses dan bisa melampaui semuanya dengan baik. Mama sangat mengharapkan yang terbaik untuk kamu surat ini hanya firasat mama saja kalau mama tidak bisa menggenggamu lagi sebenarnya mama takut kalau kamu nanti menjadi seorang putri yang tidak terurus, tapi mama menepisnya dengan baik kalau anak mama Tina Azzahra kuat dan bisa melewatinya. Kamu jangan marah kepada ayah kamu dia orangnya baik hanya saja mama juga tidak tahu kenapa dengan ayahmu mungkin ada sesuatu yang mengganjal di pikiranya makanya dia berubah seperti itu, mama tidak marah kok dengan ayahmu walaupun ayahmu melukai mama tapi percayalah sayang mama dan ayah mencintaimu"
"Tidak ma, ayah tidak mencintaiku buktinya dia pergi meninggalkan ku. Dia orang jahat aku membencinya" gumam Tina sambil menyimpan kembali kertas itu kedalam laci
"Aku harus mencari dia dan meminta penjelasan itu semua,tunggu saja pak Arif" gumam Tina sambil tersenyum kemenangan
TBC
Next ✓
Update ✓
Coment ✓
Share ✓
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
ActionTina adalah seorang yang memiliki kehidupan yang suram ketika orang tuanya meninggal, ia menjadi sangat tertutup dan enggan bersosial dengan orang lain. Namun semua itu perlahan hilang ketika ia bertemu dengan Lia di bangku kelas 1 SMA. Tina jadi se...