Dulu saat ku berumur enam tahun, cita-cita ku ingin menjadi astronot. Keinginanku ingin terbang ke luar angkasa sangat besar dulu. Ingin melihat planet, bulan, makhluk asing, entah itu ada atau tidak, dan yang paling ingin aku dekati adalah bintang. Dulu kala, nenek pernah bilang bahwa bintang ukuran aslinya sangat besar, lebih besar dari matahari. Tapi jika kita lihat dari bawah sini sangat kecil bukan?
Saat ku sudah SMA aku bertekad akan kuliah dijurusan astronomi. Bahkan aku belajar mati-matian tentang astronomi saat SMA dulu. Mimpiku sangat terang dan besar saat itu. Tapi kini entah dari mana, aku mengambil jurusan teknik kimia. Ya, aku sudah kuliah. Kata Ayah jika ingin menjadi astronot ambil jurusan teknik kimia dulu. Toh juga sama-sama meneliti. Itu pikiranku dulu.
Tapi kini kusadar. Aku tidak meneliti bintang di angkasa. Melainkan bintang dilaut. Ingin marah ku rasanya. Seperti dibohongi Ayah sendiri. Tapi aku harus yakin. Pilihan Ayah itu adalah yang terbaik buatku. Pasti.
Aku saat ini sedang berada dimeja makan bersama keluargaku, menyantap sarapan kami. Ada bunda, Ayah, dan adikku yang berumur tiga tahun dibawahku.
"Bunda, habis ini aku langsung ke pantai ya?" Tanyaku disela-sela sarapanku.
"Iya, nak. Jangan pulang sore-sore."
Aku menjawabnya dengan anggukan sebagai balasannya. Aku sering kepantai hanya untuk melihat bermacam-macam bintang laut sesekali menghirup udara angin laut.
Lima belas menit kuhabiskan waktuku untuk sarapan. Aku hendak mengambil sepeda abu ku digarasi, dan adik kecil ku menghampiriku. "Bang, Abang ke pantai biasa?" Tanyanya dengan menaruh lengan kanannya ditempat duduk sepedaku.
"Iya. Mau abang bawain kerang lagi?" Tanyaku lembut.
"Hmmm, boleh!" Jawabnya riang. "Yaudah, nanti abang bawain kerang buat kamu. Dah, kamu bantu Ayah cuci mobil sana."
Adikku hanya mengangguk dan menuju Ayah didepan sana. Walau adikku sudah besar dan hanya selisih tiga tahun dibawahku, dan dia laki-laki, adikku suka mengoleksi cangkang kerang. Aku selalu menemukan kerang yang sudah tak berisi lalu kubawa pulang dan memberikannya kepada adikku.
Tak berlama-lama lagi, aku pun mengeluarkan sepedaku dari garasi dan meninggalkan pekarangan rumahku setelah pamit ke Ayah yang sedang mencuci mobilnya dengan adikku.
***
Tak butuh waktu lama untuk sampai dipantai. Aku membayar masuk pantai yang ada dipinggir pantai.
Kutuntun sepedaku dipinggir pantai. Kaki ku dan roda sepedaku terkena sapuan laut dan campuran pasir didalamnya. Sengaja kulepas sandalku dan kumasukkan dikeranjang sepedaku.
Sesekali aku mengambil beberapa kerang mungil mengkilat dan kumasukkan ke keranjang sepedaku untuk adik nanti. "Wah, adik nanti suka banget. Tapi kasian juga, banyak kerang yang mati karena terlepas dari cangkangnya." Ucapku.
Aku memakirkan sepedaku dibawah pohon kelapa tinggi dan aku kembali ke pinggir pantai. Aku berjalan dipinggir pantai sesekali membantu bayi penyu ketengah lautan. Aku melambaikan tanganku ke penyu mungil tersebut yang sudah hanyut ditelan lautan luas. Masa bodoh aku akan dikira gila karena melambai-lambai kearah lautan.
Aku berjalan lagi, lagi, dan lagi. Hingga kutemukan seekor bintang laut cukup besar terdampar dipinggir pantai. "Kasian sekali..." lirih ku. Aku mengambil bintang laut tersebut dan mengelus punggung cangkangnya yang berbentuk bintang yang sangat keras.
"HOYY!"
Aku tidak tahu pasti, ada orang yang memanggilku. Benar atau salah, aku menolehkan kepalaku kekanan dan kekiri. Terlihat dari arah kananku, seorang remaja sebayaku yang sedikit lebih tinggi dari ku tengah berlari menuju kearahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Laut | Lee Haechan [✔️]
General Fiction[1/1] [feat. Lee Haechan] "Bagiku bintang laut adalah bintang yang bersinar."