Bab 5. Februari 2010

40 2 1
                                        

Jakarta, Februari 2010.

Kini aku tidak pernah bertegur sapa lagi dengan Fabian, sekalipun kita berpapasan dijalan, dan dia tidak pernah berusaha menjelaskan apapun padaku, saat ini Tunggal yang lebih sering ada untukku, bahkan ketika aku pergi kemanapun, seperti biasa dia ada dimana mana, menyapaku dan menemaniku walau tidak pernah aku minta.

Seperti biasa sore hari aku pergi jalan-jalan ke taman untuk olahraga sore, aku duduk di kursi taman, tiba-tiba Tunggal datang dan menyapaku, dia langsung terduduk disebelahku sembari memberikan air mineral, eskrim dan permen yang dia bawa.

" Kayanya lu udah moveon nih ya" godanya mengejekku

" Ngapain nangisin terus orang yang bahkan gak peduli sama gua" jelasku sambil membuka botol air mineral yang dia bawa,

Melihatku kesulitan membuka air mineral itu, dia mengambilnya dan membukakannya untukku

" Ya memang harusnya begitu, terlalu menyayangkan kalau seorang "Niran Dilara" menangisi satu laki laki, bahkan ada beberapa laki-laki yang antri ingin menjadi pacarnya" jelasnya mengejekku

" Btw udah berapa cowok nih dikampus yang nembak lu lagi, mereka udah tahu tuh kalau lu udah gak deket sama si Fabian" celotehnya mengejekku kembali

" Tanya aja sama temen-temen lu" jawabku menertawakan ucapannya

" Hahaha laku banget ceritanya ya" ucapnya sembari tertawa

" Mba niran, kalau gua yang nembak lu gimana? lu mau gak jadi pacar gua" tanyanya dengan santai

" Ohok ohok" aku tersedak air mineral yang ku minum, saat dia tiba-tiba bertanya seperti itu

" Lah kok batuk, hahaha" dia tertawa sambil menepuk nepuk punggungku

" Jangan ngejek gua terus deh, gak lucu" jelasku padanya sambil membersihkan mukaku yang terkena cipratan air mineral saat aku batuk tadi

Tiba tiba dia terdiam lalu menatapku, ini tatapan paling aneh dari Tunggal yang pernah aku lihat selama aku mengenalnya, karena yang aku tahu dia adalah orang yang tidak pernah serius, setiap perkataan yang keluar dari bibirnya adalah gurauan semua.

" Kalau ini gua serius gimana? lu mau gak jadi pacar gua? gua suka sama lu" jelasnya masih dengan tatapan yang sama

Aku langsung berdiri dan berniat pergi "Udah ah yuk pulang becanda mulu lu"

Tiba tiba dia menarik tanganku pelan dan berdiri

" Mba, gua gak becanda, serius gua suka sama lu, dari awal gua lihat lu dari luar jendela asrama, tapi gua ngalah karena si Fabian ngambil start duluan, kalau gua tahu dia memang masih punya hubungan sama cewek lain, gak akan gua biarin dia maju sedikitpun" jelasnya meyakinkanku

" Udah ah kita pulang aja ya" pintaku kepadanya supaya mengakhiri pembicaraan itu

" Oke, mungkin gua terlalu terburu-buru, tapi gua gak akan nyerah, gua akan ngerebut hati lu dari si Fabian" ucapnya sambil berdiri dari kursi taman, lalu memberikan eskrim dan permen yang tadi dia bawakan untukku namun aku menolaknya

" Gua udah gak suka eskrim atau permen lagi" jawabku tersenyum dan memberikannya kembali pada Tunggal.

Sejak saat itu aku memutuskan untuk tidak suka lagi dengan eskrim ataupun permen, bahkan akupun berharap untuk tidak suka lagi kepada laki-laki yang bernama Fabian, eskrim dan permen yang sudah aku sukai sejak kecilpun bisa aku lupakan, lalu bukan mustahil kan? jika akupun bisa melupakan Fabian yang baru aku sukai selama beberapa bulan ini.

Senjaku di JakartamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang