Happy Reading!!!
***
"Lepasin gue bangsat! Lepas!" teriak Azalea keras, badannya meliuk-liuk meronta dan mencoba melepaskan tangannya dari cekalan Lucian. Tetapi bukannya terlepas, pegangan tangan Lucian malah semakin mengencang hingga membuat pergelangan tangannya terasa sakit.
"Lo gila yah! Lepasin gue sialan! Lo mau bawa gue ke mana haa? Lepasin, lepasin gue," maki Azalea semakin gencar memberontak.
"Diam, Lea! Gue udah terlalu lunak sama lo akhir-akhir ini, semakin hari lo semakin berani sama gue, yah!" hentak Lucian kasar. Ia menghempaskan pergelangan tangan Azalea dengan kuat. Dengan menahan amarah yang telah menggebu-gebu di dada, Lucian menatap Azalea sinis.
"Lo terlalu jauh, Lea. Gue pikir ini hanya salah satu trik lo yang murahan. Tapi sepertinya gue salah, lo memang telah jauh berubah Azalea! Lo berubah!" imbuhnya lagi dengan tatapan yang rumit.
Lucian menatap wajah Azalea lekat. Terlalu besar perubahan yang terjadi pada Azalea, wajahnya terlihat semakin cantik setiap waktu. Mata Lucian beralih menatap leher jenjang Azalea, begitu putih dan halus. Bibir mungil yang dulu selalu berwarna merah terang menyala, sekarang telah menjadi pink alami. Lucian menelan ludahnya kasar, kenapa Azalea bisa semenarik ini sekarang?
"Terus lo mau apa? Haaa? Dari awal gue udah bilang Lucian, gue gak akan terlibat apapun lagi sama lo. Lo! Lo yang selalu mengganggu ketenangan gue," desis Azalea murka. Tatapan netranya menyorot tajam ke dalam iris mata Lucian. Tangannya terkepal kuat, menunjukkan buku-buku jari yang menonjol dan memutih.
"Lo yang terus berada di sekitar gue. Lo tau Luc! gue udah menyingkir dari kelas yang ada lo, gue menyingkir dari setiap jalan lo, gue menerima permintaan lo untuk memutuskan pertunangan, tapi lo ... Lo selalu menampakkan wajah kotor lo dihadapan gue. Gue bukan orang baik Lucian, jadi jangan paksa gue buat nyingkirin lo dari pandangan gue dengan cara kasar! Karena gue gak akan segan buat jatuhin lo sampai ke dasar, ingat itu!"
Lucian mengeram mendengar kata-kata pedas yang terlontar dari bibir Azalea. Ia ingin membalas tetapi bibirnya keluh, tenggorokannya tercekat, suaranya hanya tertahan di dalam diam.
Azalea benar! Ia yang meminta gadis ini pergi dari sisinya. Tapi mengapa setelah ia menjauh hatinya merasa hampa. Lucian pikir, ia akan bahagia setelah Azalea menghindarinya, tapi kenapa ia tidak merasa bahagia. Ia merasa--kosong.
Bahkan kehadiran Alita yang selama ini dia anggap penenang karena menghindari Azalea, sekarang malah merasa biasa-biasa saja. Tak ada perasaan lebih selain risih.
"Gue ... Gu-gue-"
"Stop! Gue gak mau dengar penjelasan apapun dari lo. Itu gak penting, Luc. Gak penting!" sentak Azalea dengan nada rendah dan penuh penekanan.
"Tetaplah jadi Lucian yang gue kenal. Karena gue gak berniat buat merubah apapun sampai akhir. Lo sama gue, tidak ditakdirkan untuk bisa saling dekat satu sama lain, bahkan walau itu hanya ngomong berdua gini." sambung Azalea kembali sebelum berbalik dan meninggalkan Lucian mematung sendiri.
Azalea kembali ke ruang tamu. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruang tamu. Matanya berhenti bergerak tepat di sosok Dominic yang masih duduk dalam diam sendiri di sofa.
Azalea mendekati Sesil, membisikkan sesuatu, lalu berlalu meninggalkan tempat itu diiringi Zahra dibelakangnya.
***
Zahra menatap sedih pergelangan tangan Azalea yang terlihat memerah akibat cekalan Lucian yang terlalu kuat. Dengan gerakan pelan ia mengelus lembut pergelangan tangan itu. "Nona, ini pasti sakit sekali. Saya akan meminta Alanta untuk membawakan air es untuk mengompres ini Nona."
"Gak usah, Ra. Lo terlalu lebay," kekeh Azalea pelan.
"Tapi Nona-"
"Lo terlalu khawatir, Ra."
"Tapi itu kan demi Nona," ucap Zahra kesal dengan bibir yang mengerucut. Azalea tak lagi menjawab, ia hanya tertawa geli melihat Zahra yang kesal padanya.
Mereka melangkahkan kaki menuju ruang tamu pribadi di lantai dua. Setelah mereka tiba di sana. Azalea menyenderkan punggungnya di dada sofa dengan keras. Sembari menunggu kedatangan Sesil, Azalea mengarahkan kepalanya ke atas dengan mata yang terpejam. Ia mencari kenyamanannya.
Beberapa saat kemudian, Sesil datang diiringi oleh Dominic di belakangnya. Baru saja Zahra ingin membangunkan nona-nya, tetapi Dominic telah memberikan kode untuk diam. Zahra dan Sesil mengerti hal itu, jadi mereka hanya mengangguk dan beringsut mundur untuk meninggalkan Dominic dan Azalea di sana berdua.
Dominic tersenyum, kakinya melangkah perlahan mendekati Azalea. Ia berdiri tepat di depan Azalea dengan menatap lekat wajah gadis yang selalu ia harapkan selama ini. Cantik! Satu-satunya kata yang dapat Dominic simpulkan.
Sungguh kebodohan orang-orang yang menyia-nyiakan gadis secantik Azalea. Andai saja ia memiliki keberanian yang lebih untuk mendekati Azalea selama ini. Dominic sudah pasti akan dengan terang-terangan bersaing dengan Lucian,--tunangan bodoh sang pujaan hati.
Lo terlalu sempurna buat gue, sweety . Tapi lo juga terlalu berharga untuk gue biarkan terus menerus mengejar si bodoh itu!
Dominic membatin dengan mata yang menatap Azalea sendu.
"Lo ngapain natap gue gitu? Suka lo?" sentak Azalea tiba-tiba. Mata bulat indahnya bertatapan langsung dengan netra bening Dominic.
Dominic yang ditatap tiba-tiba begitu tentu saja menjadi kaget dan gelagapan. Sungguh ia merasa malu karena ketahuan menatap wajah Azalea secara dekat dan terang-terangan.
"Iya kan? Lo suka sama gue? Ngaku lo!" desak Azalea. Jari telunjuknya mengacung tepat di depan wajah Dominic.
"Ngimpi lo, makanya bangun biar sadar," elak Dominic menepis telunjuk Azalea kesamping dengan cepat. "Lagian lo ngapain ngajak gue kesini. Ahh ... Gue tahu--atau jangan-jangan lo yang naksir sama gue kan."
"Sadar brader. Pangeran William lagi nungguin gue buat jadi ratunya, sama lo...? Ogah gue, ehh tapi kalo dibayar boleh sih hehehe," canda Azalea yang sukses mendapatkan satu lemparan bantal sofa tepat di wajahnya.
"Si matre memang beda yah wak. Bay the way lo yakin masih mau sama si bodoh cecunguk gila itu?" tanya Dominic merujuk pada Lucian.
"Siapa? Gue gak suka siapa-siapa yah, Dom. Tapi kalo lo mau sama gue bisa diatur," jawab Azalea dengan mata naik turun menggoda. Ia memang sengaja menghindar dari pertanyaan Dominic. Azalea tahu semenjak kejadian di atas rooftop tempo hari ia dengan Dominic memang terlihat lebih dekat dan terbuka, tetapi itu bukan berarti ia akan menceritakan segalanya pada laki-laki ini. Tentu saja tidak, keberadaan Dominic di sisinya tidak lebih dari salah satu pion yang akan menjadi pelindungnya.
"Sejak kapan lo jadi jamet?" tanya Dominic dengan bahu bergidik ngeri.
"Enak aja jamet. Enggak yah!"
"Terus lo napa dah, narsis mulu dari tadi,"
"Hanya merilekskan pikiran cuy, capek gue di dekat orang-orang bodoh. Sekali-sekali bercanda gak apa-apa kali ahh, serius bae si bambank."
"Terserah lo dah, serah!" pasrah Dominic malas. Pada akhirnya mereka hanya menghabiskan waktu dengan mengobrol dan bercanda di mansion Azalea. Rencana mereka untuk keluar harus dibatalkan karena Azalea beralasan telah merasa lelah karena menghadapi para manusia bodoh yang selalu mencari sensasi di matanya.
***
Hei hoo ...Bantu Scorpio mencarikan Azalea pasangan kuy :V
Azalea❤️ Dominic
Azalea❤️ Sobian
Azalea❤️ Xander
Azalea ❤️ Lucian
Or Azalea Alone!Pasti kalian bertanya-tanya siapa Xander? Scorpio kasih bocoran yah. Dia adalah masa lalu Altheda guys shutt🤫🤫😂
KAMU SEDANG MEMBACA
The Thread of Destiny [Tamat✓]
Fantasy🎀 Follow Noonavhe sebelum baca🐿️❤️ Altheda Estrella seorang gadis remaja dengan kehidupan yang biasa-biasa saja. Kehidupannya yang sederhana, dan sebatang kara tidak menyurutkan semangatnya untuk menyelesaikan pendidikan setinggi mungkin. Hingga...