CHAPTER 1

15.5K 882 72
                                    

AUTHOR POV

Pagi ini cuaca amat buruk, tidak seperti hari hari sebelumnya. Tepat tadi malam badai salju menerjang kota Seoul. Beberapa jalan raya terpaksa ditutup dan dialihkan ke jalan lain. Akses ke beberapa tempat ditutup. Tak luput orang orang yang memang tidak memiliki kegiatan pada akhir pekan seperti sekarang memilih untuk tinggal di rumah mereka masing masing, menyalakan penghangat ruangan atau menyalakan tungku perapian di dalam rumahnya. Tapi kegiatan tersebut tidak berlaku bagi orang orang yang memiliki pekerjaan penting. Walau salju sekarang benar benar tebal sepanjang jalan, belum lagi langit yang tidak henti hentinya menurunkannya terus menerus. Memberikan banyaknya kesulitan bagi para pejalan kaki. Termasuk salah satu pekerja keras yang tinggal di apartemen kecil yang tidak terlalu jauh dengan tempat kerjanya. Hanya beberapa ratus meter. Sebenarnya ia tidak mengeluh jika harus berjalan kaki, hanya saja ditengah hujan salju seperti ini ia merasa agak sedikit kesulitan untuk berjalan. Belum lagi udara sangat menusuk yang bisa membuat siapa saja benar benar enggan melangkah.

Setelah perempuan tangguh ini sampai di depan gedung tempat ia bekerja. Ia segera menaruh payungnya yang basah akibat hujan salju, menaruhnya di tempat yang sudah disediakan. Ia membersihkan sedikit mantelnya yang dipenuhi beberapa bulir salju sambil melangkah ke lift yang masih tertutup. Sebelum lift terbuka dia hampir meloncat karena seseorang mengagetkannya dari belakang.

"Lalisa!!!!" teriak seseorang sambil menepuk pundak wanita tersebut.

"Astaga, Rose. Apa yang kau pikirkan hah?!?! Apa kau gila? Ingin membunuhku?!?!" wanita itu berkata sambil memegang dadanya dan melonjak kaget.

Berniat hanya untuk bercanda kembali dia urungkan karena wanita disampingnya nampak tidak sedang dalam keadaan baik baik saja.
"Maafkan aku, kupikir kau tidak akan sekaget itu. Kupikir hampir setiap saat aku mengagetkanmu tapi kau tak pernah sekaget ini." sesal Rose, rekan kerja sekaligus teman dekat Lisa.

Lift terbuka dan mereka berdua bergegas masuk ke dalam. Lisa menekan tombol angka 5 dimana itu adalah letak studio untuk dia dan Rose bekerja.
"Apa yang menganggu pikiranmu?" tanpa basa basi Rose bertanya pada teman yang sudah 2 tahun bekerja sama dengannya.
Namun usahanya gagal, Lisa sama sekali tidak menjawab pertanyaan Rose hingga lift mereka sampai di lantai 5.

Mereka terus melangkah memasuki studio. Lisa membuka mantelnya. Masih terdiam seribu bahasa. Sepertinya Rose paham bahwa temannya sedang dalam kondisi hati yang buruk, bukan hanya karena dikagetkan olehnya.

"Lisa, apa menurutmu dengan mendiamiku akan membuat pekerjaan kita mudah?"

Lisa yang sejak tadi diam saja meruncingkan matanya dan agak sedikit terganggu dengan pertanyaan Rose.
"Apa maksudmu? Kau pikir setelah beberapa menit yang lalu kau yang hampir membuat jantungku lepas dari tempatnya, aku akan dengan mudah memaafkanmu dan menganggap semuanya baik baik saja?"

"Lisa kenapa kau sangat berlebihan sekali? aku hanya mengagetkanmu, itu saja. Bukan hal yang harus dibesar besarkan seperti ini? Apa kau dijalan tadi tersedak bongkahan es salju sehingga sekarang kau dingin seperti ini. Aneh sekali." Rose benar benar dibuat bingung oleh sikap Lisa yang sama sekali tidak dimengerti. Karena selama 2 tahun dia mengenal Lisa, baru hari ini dia merasa sikap Lisa yang dingin dan pemarah. Berbeda dari biasanya yang selalu riang, ceria dan bercanda setiap Rose mengejeknya.

"Lupakan Rose. Maafkan aku. Maaf aku terlalu kekanak kanakan." ucap Lisa sambil mempersiapkan headphone untuk segera dia gunakan.

MY ANNOUNCER | JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang