prolog

14 1 0
                                    

BULAN sudah siap dengan seragamnya untuk segera berangkat sekolah, namun saat ini dia sedang menunggu seseorang yang semalam berjanji akan berangkat bersama dengannya. Jam pun sudah menunjukkan pukul 6.50 yang diperkirakan sekitar 25 menit lagi bel sekolah akan berbunyi.

"25 menit lagi kalau gua belum sampe sekolah, gua bakal telat. Gua udah terlanjur nolak ajakan Varo, pak Soleh udah gua suruh nganterin bi Rena ke supermarket, terus gua berangkat sekolah naik apa ?? grab ??? MANA BERANI GUAA" ucap Bulan berteriak diakhir karena sudah tidak tahu lagi bagaimana caranya dia pergi ke sekolah agar tidak terlambat.

Bulan sudah tidak mau menunggu Bintang lagi karena sudah dipastikan jika hingga jam segini Bintang belum menjemputnya berarti dia tidak akan menjemputnya. Sudah terlalu hafal dengan janji manis Bintang seperti ini.

Brummm brumm ....

Dari arah pintu gerbang rumah Bulan tampak seorang laki-laki mengendarai motor dan memasuki halaman rumahnya. Bulan tahu siapa laki-laki tersebut, hanya bisa mengerutkan dahinya karena tadi pagi beberapa saat sebelum Bulan mengomel karena Bintang tidak kunjung menjemputnya, laki-laki itu memutuskan untuk berangkat terlebih dulu. Tapi, kenapa sekarang dia bisa ada di hadapan Bulan lagi.

"Ngelihatin apaa?" tanya Varo saat melihat ekspresi wajah Bulan yang sangat menunjukkan rasa herannya terhadap dirinya.

"Kok lu masih ada disini? Katanya berangkat duluan tadi" ujar Bulan sambil melipatkan kedua tangannya didada dengan wajah kesal.

"Gua ga setega itu ninggalin lu, udah ini pake, ayo berangkat kalau sampe telat jangan ngomel ke gua" ucap Varo sambil memberikan Bulan helm.

Varo sudah terlebih dulu menaiki motornya, sedangkan Bulan masih enggan beranjak dari tempatnya berdiri sejak tadi.

"Nungguin apa lagi? Bintang ? udah berangkat sama Abel, lu mau telat atau gimana? Gua tinggal yaa" ucap Varo yang siap untuk menjalankan motor.

"Iyaa iyaa sabar aelah" kesal Bulan yang langsung memakai helm dan naik ke motor yang lumayan tinggi itu.

Akhirnya meraka berdua pun meninggalkan rumah bulan dan berangkat menuju sekolah dengan kecepatan tinggi karena jarak rumah Bulan ke sekolah lumayan jauh. Tiba-tiba saat di jalan Bulan mulai merasakan nyeri perut karena tadi pagi belum sempat makan, semalam Bulan berencana untuk sarapan bubur didepan sekolah bersama Bintang. Namun kenyataanya tidak sesuai dengan realita. Tidak lama kemudian Bulan dan Varo sampai di sekolah sebelum bel masuk berbunyi.

"Nih roti, di makan dulu sebelum pelajaran dimulai, sama satu lagi, obatnya ada didalem tas bagian saku depan sebelah kanan, vitamin untuk nanti siang juga ada disitu, dan di dalem paper bag itu ada catetan kimia. Nanti jam ke empat setelah istirahat ada ujian kimia, gua tau lu belum belajar karena keasikan sama pacar fiksi lu semalem, nanti dibaca plus diinget-inget rumusnya, gua tau lu ga bakal remidi di ujian kali ini. Untuk tugas matematika peminatan suruh kerjain dua bab, semalem udah gua kirimin pake email lu ke pak Reyhan. Gausah bilang terimakasih, gua semalem gabut dan tugas gua udah selesai semua. Oke gua ke kelas duluan ya, semangat untuk hari ini Bulan!!!." Jelas Varo yang sangat Panjang dan berlalu meninggalkan Bulan duluan.

Sedangkan Bulan yang sedari tadi mendengarkan penjelasan Varo hanya bisa terpaku dan terkejut dengan hal yang dilakukannya. Varo itu sudah seperti malaikat yang di turunkan Tuhan untuk selalu ada disaat Bulan benar-benar membutuhkan bantuan. Tetapi, sayangnya Bulan tidak bisa membedakan siapa yang beneran tulus dan mana yang datang hanya memanfaatkan atau bahkan hanya sekedar mengisi kekosongan didalam hidupnya. Berhubung ada nya Bulan dan Bulan mudah untuk menerima seseorang datang di kehidupannya yasudah, ini yang terjadi. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Titik Jenuh 1.11Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang